.
Nah, saat ngajar di tingkat yang lebih tinggi malah justru agak ringan. Karna yang diajar sudah bukan dikategorikan anak-anak lagi, tetapi sudah memasuki usia remaja. Yaitu saat mereka sudah bisa membedakan mana yang baik untuk diri sendiri dan mana yang buruk.
.
Termasuk juga di tingkat perkuliahan, stok sabar tidak terlalu banyak dibutuhkan. Hanya saja butuh kecerdasan yang lebih dibanding sebelumnya. Atau bisa juga dikatakan butuh kecerdikan.Â
Karena pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan terkadang bukan karena memang ingin tahu lebih lanjut, tetapi sekedar ngetes atau diplesetkan ke yang lain.
.
Pernah pas ngajar waktu itu tentang imla'/dikte dalam tulisan arab. Dijelaskan disitu tentang huruf-huruf yang bisa digandeng dengan huruf setelahnya atau tidak bisa.Â
Ada satu huruf yang tidak bisa digandeng dengan setelahnya dan letaknya harus di akhir kata, yaitu ta' marbuthoh. (Ta' yang bentuknya bulat)
.
Tiba-tiba salah satu dari mereka ada yang tanya, "Bu, kenapa ta' marbuthoh tidak mau diletakkan di awal Bu?"
Saya jawab serius waktu itu, "Karena ta' marbuthoh memang sebagai tanda muannats (tanda perempuan) dalam bahasa arab, jadi tidak bisa terletak di awal, harus ... ."