Dewasa ini, informasi terkait stunting maupun parenting di kalangan orang tua atau warga masyarakat yang telah menjalani pernikahan menjadi hal yang sayang untuk dilewatkan.
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, Rabu (25/1) menunjukkan bahwa angka prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022.
Angka tersebut memang menunjukkan penurunan, namun Bapak Joko Widodo selaku Presiden Republik Indonesia menargetkan angka kasus stunting turun hingga 14% pada tahun 2024.
Terpantau masih jauh bukan? Untuk mencapai target tersebut nyatanya tak semudah membalikkan telapak tangan. Namun beliau menyampaikan dalam forum bahwa target tersebut bisa tercapai jika dilakukan bersama-sama.
Salah satu desa yang masih terkendala dengan kasus stunting adalah desa Argosari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Berdasarkan data dari pengurus POSYANDU desa Argosari, terdapat kurang lebih 6 bayi atau balita yang terdiagnosa stunting.
Melihat keadaan tersebut, mahasiswa KKN Persemakmamuran Ex. IAIN Sunan Ampel dari kelompok 9 dan 13 di desa Argosari melakukan sosialisasi terkait stunting dan parenting dengan sasaran peserta yaitu calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, serta ibu yang mempunyai anak balita.
Sosialisasi ini dilaksanakan di Balai Desa Argosari pada hari Senin, 17 Juli 2023. Bertajuk "Generasi Emas, Bebas Stunting, Melek Parenting", mahasiswa KKN Persemakmuran bekerjasama dengan ibu-ibu posyandu dan bidan desa untuk berbagi ilmu terkait stunting dan juga parenting.
Saudari Siti Rodliyah Eka Agustina selaku moderator membuka acara di depan ibu-ibu yang mengikuti sosialisasi sembari menjaga balita atau menggendong bayinya. Setelah itu, materi sosialisasi disampaikan oleh saudara Muhnur Halimi dan saudari Annisa Surya Cahyaning Akhfa yang sama-sama berasal dari jurusan Psikologi.
Definisi stunting menurut World Health Organization (WHO) adalah kondisi dimana seorang anak tampak lebih pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut usia pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversible yang terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan.
Saudari Annisa memaparkan bahwa diantara penyebab kasus stunting adalah kurangnya asupan gizi, baik sejak bayi masih dalam kandungan maupun saat usia balita. Gizi yang tak tercukupi tentu berpengaruh pada pertumbuhan bayi atau balita.