Mohon tunggu...
Rodif Bosid
Rodif Bosid Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sedang menempuh pendidikan tinggi di salah satu PTN Tanah Air. Ingin mencintai Tanah Air ini dengan sepenuh hati.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ramadhan Hamba

21 Juli 2013   02:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:16 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Siapa sangka sekarang kita berubah
Kemarin kalian masih ada di sampingku
Kata mereka, kemarin kami bercumbu tiada lelah
Kata mereka, kemarin tiada pernah kami malu

Waktu bergulir hingga dedaunan kembali bersemi
Mengubah kemarin menjadi kini
Terus berputar menuju esok hari
Mengalir menghanyutkan hati

Kemarin, kini, dan esok
Kemarin kata mereka begitu
Kini kami begini elok
Dan esok hanya Tuhan yang tahu

Ramadhan telah tiba
Menyemai hidup yang serba berkah
Ramadhan katanya mulia
Karena kami menahan amarah

Benarkah Ramadhan itu agung?
Ketika amal diganjar langsung
Ketika manusia banyak merenung
Duduk berdzikir memuja Sang Maha Agung

Ramadhan itu suci, katanya
Karena setiap kami mengucap taubat
Dimana kami yakin akan Rahmat-Nya
Tertabur kasih kepada semua umat

Ini hanya sebatas kewajiban
ataukah ini sebagai tanggung jawab penghambaan
Jika telah gugur maka usai
Dan segalanya telah tercapai

Tidakkah kita berpikir
Tentang sebuah ketaqwaan
Tentang keteladanan sikap yang harapannya akan terus bergulir
Bahwa menjadi insan yang bertaqwa adalah tujuan

Ramadhan bukan sekadar untuk mencari kemuliaan
Bukan pula untuk berlomba dalam pahala
Apalagi sekadar menahan diri dari segala godaan
Ramadhan adalah bulan menuju ketaqwaan

Sia-sia jika hanya menahan lapar dan dahaga
Terperosoklah jika semua menjadi riya
Lapar dan dahaga hanyalah secuil ujian
Lebih dari itu adalah kesabaran dan kejujuran

Sabar dan sadar!
Sabar menahan nafsu dan goda
Sadar sebagai sosok hamba yang penuh noda
Patutnya kita malu kepada waktu

Jujur hingga mujur
Jujurlah pada hatimu sendiri betapa keji kau selama ini
Gemar menipu Tuhan Yang Maha Tahu
Jujurlah jika kelak di sana kau ingin hidup mujur

Ramadhan bukan saja bulan kami
Ramadhan adalah bulan bagi semua umat manusia
Rahmat telah Ia bagi
Sebagai wujud cinta kepada makhluk-Nya

Siang demi siang, malam demi malam
Masih saja belum mampu kita memaknainya
Sampai kapan akan seperti ini
Tapi Dia tiada pernah bosan memberi kita kesempatan

Ramadhan adalah bulan yang mulia, katanya
Laku mulia manusia pun telah mewarnainya
Bak padi yang disiram air hingga menguning bersama-sama
Lalu dapat dituai benih-benih pahala

Namun kemuliaan itu rasanya akan hilang
Bersama pudarnya bulan nan suci
Inikah yang selalu terjadi?
Padi yang sudah menguning nantinya akan kembali hampa

Siapa sangka sekarang kita berubah lagi
Kemarin Tuhan telah kita tipu
Kini kita sedang bersuci
Dan esok kita akan kembali bercumbu dengan bujuk rayu

Seperti itukah hidup ini?
Ramadhan pasti akan segera berlalu
Mungkin kemuliaannya tiada bersisa
Dan kita akan kembali mendosa

Jangan!
Ramadhan akan meninggalkan sisa
Jika kita mau memahami makna penghambaan
Jika kita mau terus berbenah untuk ketaqwaan

Yang Mulia tentu tidak pernah salah
Tatkala menurunkan Ramadhan sebagai berkah
Agar makhluk mau berbenah
Bersimpuh dan bersujud untuk ibadah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun