Hidup adalah seni. Seni dalam memaafkan, seni dalam tumbuh dan seni dalam berkembang. Jika hidup dibagaikan seperti seni, berarti seseorang akan menerima rasa sakit dengan senang hati, tanpa mengutuk takdir. Sering kali kita mendengar bahwa pelukis bisa menciptakan karya ketika dia dalam keadaan terburuk. Hal ini mengatakan, bahwa seni mengajarkan sesuatu buruk tidak perlu menghasilkan yang buruk juga. Biarkan perasaan itu mengalir bagaikan air. Hingga setiap perasaan itu tidak mengendap dihati. Tapi kebanyakan para pengelana hidup, tidak mengerti arti kehidupan sendiri. Mereka mendefinisikan kehidupan hanya dari kejamnya dunia. Padahal kehidupan mengajarkan arti yang sangat luas. Jika karya terbaik terlahir dari rasa sakit. Maka kehidupan terbaik tercipta dari sesaknya penderitaan. Kamu akan belajar arti kehidupan, ketika kamu tetap memilih untuk bertahan. Hidup memang kejam, ketika kamu hanya memilih untuk mengeluh. Hidup akan terlihat hampa, ketika kamu hanya memikih diam. Hidup akan terlihat busuk, ketika kamu memilih kabur. Tapi sebaliknya, hidup akn terlihat indah, ketika kamu memilih untuk berjuang, ketika kamu memilih untuk berubah. Dan itulah seni, sesuatu yang hanya bisa dirasakan dengan perasaan tapi bisa menghasilkan sebuah mahakarya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H