Mohon tunggu...
Rodame Napitupulu
Rodame Napitupulu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan

Seorang ibu, memiliki tiga orang anak, senang menulis dan ingin berbagi melalui tulisan. Kini berprofesi sebagai Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan. Salam sehat dan sukses selalu.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Memperindah Wajah Kesehatan Indonesia Melalui Aksi Gotong-Royong Bersama BPJS Kesehatan

19 Juni 2016   22:07 Diperbarui: 19 Juni 2016   22:28 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gotong-Royong bersama BPJS Kesehatan Demi Indonesia yang Lebih Sehat (Dok. Rodame)

Dosen A : “ngapain ikutan BPJS?, BPJS itu makan uang rakyat? Tidak syariah?”

Dosen B : “kenapa begitu?”

Dosen C : “iya, gak ada gunanya sosialisasi, BPJS Cuma akan membebani saja”

Dosen D, E, F dan yang lain : “kenapa-kenapa?”

Dosen A : “gini ya, coba teman-teman pikirkan baik-baik, kita kan kalo jadi peserta membayar iurannya tiap bulan, tiap bulan loh ya, terus kalo kita gak sakit iuran yang kita setorkan itu kemana, diapain, ya kan jelas kita dirugikan. Masa gak sakit, uang gak kembali, mendingan nabung aja dapat bagi hasil lagi, ya kan?”

Dosen B, C dan yang lainnya : “oooooo iya betul juga ya, keterlaluan nih BPJS apanya yang nolong?”

Dosen A menjelaskan dengan semangat berapi-api dan panjang lebar tepat sekitar 10 menit acara sosialisasi BPJS Kesehatan dimulai di ruang Auditorium kampus. Saya memperhatikannya dengan seksama sambil berpikir, mungkin masih banyak yang berpikir tentang BPJS Kesehatan seperti itu bukan cuma oknum  tersebut bahkan bisa saja yang lainnya ikut berpendapat sama dengan opini miris yang disampaikannya itu. Seolah-olah hari itu menjadi mimpi buruk buat mereka yang hadir dalam acara sosialisasi.

Sosialisasi JKN-BPJSK di Kampus IAIN Padangsidimpuan dengan dr. Fadly (Dok. Rodame)
Sosialisasi JKN-BPJSK di Kampus IAIN Padangsidimpuan dengan dr. Fadly (Dok. Rodame)
Sebaliknya, saya justru siang itu sangat bersemangat, saya duduk di baris kedua sambil mendengarkan perbincangan para dosen yang hadir pagi itu, saya terus berpikir kenapa pemikiran seperti itu bisa datang, rasanya pemikiran yang seperti itu koq minim ilmu dan tak berdasar ya.  Tiba-tiba seorang teman yang juga dosen yang duduk selang sekursi dengan saya bertanya dengan nada yang sangat penasaran kepada saya perihal perbincangan para dosen sebelumnya.

Saya pun dengan lantang menjawabnya, “begini ya, BPJS Kesehatan itu gotong-royong, tempat kita saling menolong satu sama lainnya, kalo kita bergabung jadi peserta BPJS Kesehatan nantinya berarti kita ikut berpartisipasi dalam menyehatkan orang Indonesia, ikut menolong mereka yang sakit dan tak mampu, ikut berbuat baik dan melakukan sebuah perbuatan yang terpuji”, jelas saya dengan nada yang penuh antusias.

Tapi dia belum puas juga lalu kembali melontarkan pertanyaan, “iuran kita nanti tidak kembali, tidak dipake untuk kita kan ya, lalu itu yang dipake untuk orang lain?, begitu maksudmu?”.

“Yes, tepat sekali. Menurutku itulah indahnya BPJS Kesehatan, mengajarkan kita untuk berbagi. Ketika kita menjadi peserta BPJS berarti kita menjadi bagian dari kesehatan Indonesia, itu artinya iuran kita itu dengan rela dan ikhlas kita serahkan pada BPJS Kesehatan untuk dipakai dengan sebaik-baiknya untuk nolong siapapun yang sedang sakit dan butuh pertolongan dimana saja di Indonesia, dan kalo kau termasuk salah satu yang memberi iuran itu artinya berkat iuranmu itu banyak orang tertolong dan terselamatkan”, jawab saya kembali dengan penuh nada optimis sambil tersenyum.

Beberapa waktu kemudian, sosialisasi BPJS Kesehatan pun dimulai. Semua orang mendengarkan sebagian masih terus menggerutu tentang ketidaksepakatannya dengan penggunaan iuran yang disetor ke BPJS. Saya mendengarkan dengan teliti sambil menunggu sesi tanya jawab. Sangkin banyaknya yang bertanya, saya tidak kebagian nanya. Yang jelas siang itu berakhir dengan banyak perdebatan. Sosialisasi berubah jadi aksi curhat meskipun dokter Fadly sebagai narasumber dan perwakilan BPJS Kesehatan Padangsidimpuan dengan sabar terus berusaha memuaskan hati para penanya.

Saya memang belum menjadi peserta BPJS Kesehatan, itu karena kami semua civitas akademika di kampus menunggu MoU antara BPJS Kesehatan dengan kampus. Kalau MoU sudah oke, saya berniat segera mendaftarkan diri berikut 4 orang anggota keluarga lainnya yang boleh saya tanggung dengan pemotongan gaji otomatis dari rekening pribadi saya. Saya sangat mendukung program BPJS Kesehatan ini karena saya sendiri merasa lebih banyak manfaatnya daripada ruginya. Selain kita ‘sedia payung sebelum hujan’ maka kita juga bergotong-royong dalam mendukung Indonesia yang lebih sehat. Semoga keikutsertaan kita menjadi peserta BPJS menjadi ladang amalan juga.

Menurut penuturan ibu mertua saya, kala itu bapak mertua mendadak tidak bisa bicara dengan kondisi fisik pada bagian mulut dan wajah yang tidak seperti biasanya. Dokter pun dipanggil lalu bapak mertua dicek dan direkomendasikan untuk dirawat ke rumah sakit tersebut secepatnya, sebelum terlambat. Dokter berkata seharusnya tidak perlu ragu karena ibu dan bapak kan punya ASKES, disana akan dilayani dengan baik. Ibu mertua saya kemudian membawa bapak mertua ke rumah sakit tersebut dan apa yang terjadi selanjutnya. Pihak rumah sakit meminta untuk ditunjukkan ASKES milik bapak mertua untuk bisa pendataan. Masuk langsung di kelas I. Di ruangan perawatan hanya ada 2 orang beserta 2 anggota keluarga yang menjaga bergantian.

Kartu ASKES Milik Ibu dan Bapak Mertua (Dok. Rodame)
Kartu ASKES Milik Ibu dan Bapak Mertua (Dok. Rodame)
“alhamdulillah, sepeser pun tidak ngeluarin uang untuk rawat dan obat di rumah sakit stroke Bukit Tinggi, ini semua berkat ASKES, kita tertolong”, itulah ucapan ibu mertua saya. Kala itu keuangan keluarga sedang serba pas-pasan bisa dibayangkan mendadak terserang stroke, bagaimana mungkin  bisa mempersiapkan semua biaya tapi karena memiliki ASKES, dan selama kurang lebih 34 tahun ibu mertua menjadi PNS dan membayar iuran untuk ASKES, tidak pernah ada penyesalan telah mengeluarkan uang untuk iuran tersebut. Karena baginya yang terpenting adalah ASKES sudah membantunya di kala sulit sampai akhirnya suaminya bisa sembuh total dari stroke ringan tersebut.

“gak bisa kubayangkan kalo gak ada ASKES waktu itu”, begitu katanya dengan haru bahagia.

Perlu diketahui dulu memang namanya ASKES tapi sekarang sudah berganti ke JKN-BPJSK semenjak 1 Januari 2014. Pelayanannya sama dan peranannya pun sama. Masih bertujuan menjadikan Indonesia yang lebih sehat dengan cara gotong-royong.

Mungkin masih banyak yang bertanya-tanya, rilnya gimana sih ‘gotong-royong’ untuk Indonesia yang lebih sehat itu. Coba lihat kasus Ibu Titin yang mengalami pembengkakan jantung berdomisili di Lampung. Bayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh ibu dan keluarganya tersebut jika tanpa BPJS Kesehatan. Menurut penuturan anaknya, setiap berobat paling tidak keluar 2 juta. Untuk memperoleh 2 juta dalam sekejab tentu tidak mudah. BPJS Kesehatan membuat semua jadi mungkin. Bagaimana caranya? Subsidi silang. BPJS Kesehatan menolong masyarakat yang kurang mampu seperti ibu Titin dengan memanfaatkan dana yang terkumpul dari iuran seluruh peserta BPJS Kesehatan yang ada di Indonesia. Dengan kata lain, siapa yang sakit dan membutuhkan pertolongan ya itu dulu yang diprioritaskan dan seterusnya semakin banyak dana di BPJS Kesehatan terkumpul tentu akan semakin banyak dan semakin cepat orang sakit tertolong / terselamatkan. 

Bukti Gotong-Royong Ala BPJS Kesehatan (sumber : Tribun Lampung)
Bukti Gotong-Royong Ala BPJS Kesehatan (sumber : Tribun Lampung)
Saya yakin di dunia ini tidak ada yang ingin sakit. Semua ingin sehat tapi sayangnya sakit bisa datang kapan saja dan menyerang siapa saja dimanapun kita berada. Bayangkan jika waktu itu datang pada kita atau keluarga kita sementara itu kita tidak memiliki persiapan untuk pengobatan, apa yang terjadi? jangan dibayangkan pasti tidak ingin itu terjadi, ya kan? BPJS Kesehatan siap menolong kita ketika itu datang. Buktinya bapak mertua saya sembuh dengan bantuan ASKES begitu juga Ibu Titin yang di Lampung bisa melakukan pengobatan untuk pembengkakan jantungnya berkat BPJS Kesehatan. Indahnya gotong-royong.

Gotong-Royong bersama BPJS Kesehatan Demi Indonesia yang Lebih Sehat (Dok. Rodame)
Gotong-Royong bersama BPJS Kesehatan Demi Indonesia yang Lebih Sehat (Dok. Rodame)
Ketika kita berbuat baik, sekecil apapun itu pasti ada manfaatnya. Begitu juga dengan menjadi bagian dari BPJS Kesehatan, artinya kita ikut menjadikan Indonesia lebih sehat. Makin banyak yang sehat, makin produktif, makin sejahtera. Sebaliknya makin banyak yang sakit, makin lemah maka jauh dari kesejahteraan. Semoga saja, kita semakin peduli dengan hal ini sehingga makin sadar bahwa kesehatan masyarakat kini tanggung jawab kita bersama bukan hanya pemerintah atau pihak tertentu saja. Terbukti, kita bisa menjadikan Indonesia lebih sehat dengan cara gotong-royong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun