Mohon tunggu...
Rodame Napitupulu
Rodame Napitupulu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan

Seorang ibu, memiliki tiga orang anak, senang menulis dan ingin berbagi melalui tulisan. Kini berprofesi sebagai Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan. Salam sehat dan sukses selalu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Sinergi, Regulasi dan Inovasi sebagai Kunci Menuju Kemandirian Energi Nasional

30 Desember 2015   18:25 Diperbarui: 30 Desember 2015   20:18 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertamina adalah satu-satunya BUMN di Indonesia yang dipercaya dalam mengelola kekayaan alam yang ada di Indonesia untuk menyediakan energi domestik. Pertamina bahkan sudah berkomitmen akan mengembangkan 5 energi baru dan terbarukan demi mencapai kemandirian energi nasional. Kelimanya adalah Geothermal, Coal Bed Methane (CBM), Shale Gas, Algae dan Angin. Pertamina berencana mengembangkan energi baru dan terbarukan dengan meningkatkan produksi pembangkit tenaga listrik. Semua harapan tersebut, dapat terwujud jika masyarakat juga ikut memikirkan masa depan energi nasional. Bahu membahu. Jika tiap daerah sudah mandiri dengan caranya masing-masing tentu menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk meraih kemandirian energi nasional.

[caption caption="Rencana Pengembangan Energi Alternatif oleh Pertamina (www.pertamina.com, 2015)"]

[/caption]

Akhirnya apa? Kita sudah tidak tergantung lagi pada BBM sehingga subsidi BBM bisa dihapuskan. Perlu diingat selama ini subsidi BBM telah membebani kas negara. Kemudian, Pertamina diberi hak lebih dalam mengelola sumber energi baru dan terbarukan di Indonesia, kurangi hak pihak asing. Agar Pertamina mampu bersaing dengan pihak asing. Regulasi yang memihak pada kepentingan tertentu jelas akan merugikan kita sendiri. Jika berbagai energi baru dan terbarukan yang dikembangkan Pertamina berhasil bukan tidak mungkin Indonesia menjadi role model yang memiliki peranan besar dalam bisnis energi baru dan terbarukan dunia. Seperti kita ketahui bersama, bahwa salah satu kunci daya saing dan pembangunan adalah ketersedian sumber energi yang murah dan berkelanjutan.

Pertumbuhan kebutuhan energi dunia hingga tahun 2025 diprediksi akan terus meningkat dan didominasi oleh negara-negara Non-OECD termasuk Indonesia. Sementara bagi negara negara Non-OECD selektifitas dalam pemanfaatan energi baru dan terbarukan sangat penting mengingat harganya masih relatif tinggi. Indonesia masih mengharapkan dukungan feed in tariff dan insentif insentif lainnya agar dapat mengembangkan energi baru dan terbarukan. Kesalahan pemilihan jenis energi baru dan terbarukan yang berharga mahal, nantinya masyarakat enggan beralih pada energi baru tersebut. Dampak panjangnya justru akan membebani negara terutama karena Indonesia juga negara berpenduduk besar, kebutuhan akan energi juga tinggi.

Kesalahan tersebut bisa berdampak sistemik, ketika masyarakat sudah bergantung pada energi baru kemudian harganya dinaikkan menjadi mahal, maka kejadian subsidi BBM akan terulang lagi. Karena itu, kemandirian energi harus segera direalisasikan. Indonesia melalui Pertamina sebenarnya sangat mungkin menjadi produsen energi baru dan terbarukan selama pengembangannya fokus, terarah dan berkesinambungan.

Indonesia telah berkomitmen akan meningkatkan konstribusi energi baru dan terbarukan hingga 23% pada tahun 2025 dan mencapai 31% pada tahun 2050. Komitmen nasional terhadap dunia bertujuan agar Indonesia juga berkontribusi terhadap perubahan iklim. Hal tersebut sangat berat. Solusinya adalah kerjasama Internasional di bidang energi, sehingga Indonesia tidak menjadi pasar produk peralatan energi baru dan terbarukan semata. Dengan begitu, dukungan Internasional akan berdampak pada peningkatan investasi dalam roda perekonomian nasional dari sektor energi. Pertamina dalam hal ini juga sudah melakukan kerjasama dengan Akuo Energy. Selain itu melakukan penandatanganan dua kontrak wilayah kerja migas dan berencana melakukan investasi sebesar US$ 5,31 miliar di tahun 2016. Hal tersebut tentu dilakukan dalam upaya pencapaian kemandirian energi nasional.

Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan bahwa semua pihak berperan penting dalam mencapai kemandirian energi nasional. Diperlukan lebih dari sekedar berhemat energi dan pengembangan energi baru dan terbarukan untuk mewujudkannya. Sinergi, regulasi dan inovasi adalah kunci kemandirian energi. Sinergi dari semua pihak (pemerintah, Pertamina, swasta, masyarakat) dalam mengembangkan energi baru yang tepat yang diintegrasikan dari hulu ke hilir, regulasi yang mendukung kemandirian energi dan menguntungkan semua pihak termasuk dalam memberikan suntikan dana riset kepada Pertamina sebagai BUMN bidang energi, pembatasan pihak asing juga penentuan harga yang tepat untuk energi baru yang terpilih. Inovasi terus-menerus untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan yang murah, aman bagi lingkungan juga berkelanjutan. Saya mengajak kita semua untuk menjadi good driver bukan passengger semata. Membangun mental pemenang diperlukan agar kita bisa menjadi role model kemandirian energi di dunia, bahkan leader energi baru dan terbarukan bukan sekedar follower.

 

Sumber Referensi

[1] Indonesia Energy Outlook 2014

[2] Berdasarkan presentasi R. Smalley pada MIT Enterprise Forum 1/22/03

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun