Pertamina sebagai satu-satunya BUMN yang menangani migas di Indonesia telah melakukan upaya penghematan energi nasional. Salah satunya adalah pembentukan Energi Patrol di bulan energi yaitu 26 Maret - 1 Juni tahun 2015 ini. Program efisiensi Pertamina adalah melakukan penghematan dalam pengelolaan energi, baik di area kilang maupun di perkantoran dan rumah dinas. Tim Energy Patrol yang beranggotakan pekerja dari fungsi Production, Engineering & Development, OPI, Security, General Maintenance, S&W, dan Fire & Insurance bertugas melakukan patroli rutin di area kilang, perkantoran, dan perumahan. Tujuannya untuk meningkatkan awareness pekerja dan keluarga dalam penggunaan energi agar lebih hemat dan bijak.
Tentu saja bukan hanya Pertamina yang harus melakukan efisiensi penggunaan energi tetapi juga kita semua masyarakat Indonesia yang juga sama-sama menggunakan dan membutuhkan energi dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan Energy Patrol sebaiknya juga diterapkan di tiap daerah, kecamatan bahkan desa yang ada di Indonesia. Agar masyarakat tidak menjadi pasenggers saja melainkan turut menjadi driver yang memikirkan dampak dari pemborosan energi.
Upaya penghematan energi lainnya yang dapat dilakukan di masyarakat adalah mematikan listrik saat tidur di malam hari, mematikan mesin atau perangkat elektronik seperti AC jika sudah tidak diperlukan lagi dan menggunakan berbagai peralatan tanpa listrik untuk kebutuhan sehari-hari. Penggunaan teknologi tepat guna yang sederhana dimana tidak memerlukan energi besar bahkan tanpa energi seperti lampu, charger handphone, pengisi daya, radio yang bertenaga surya, bisa juga menggunakan kompor biomas sehingga mengurangi penggunaan gas. Hal tersebut jika diterapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia tentu akan menghasilkan penghematan energi nasional yang luar biasa. Sebagai gambaran  jika setiap keluarga terdiri dari 3 orang dapat menghemat 300 watt atau sekitar 0,3 kWh per hari. Maka  keluarga tersebut dapat menghemat sekitar Rp 300.000,00 setiap tahunnya. Jika kita kalikan angka tersebut dengan populasi Indonesia yaitu sekitar 63 juta keluarga, maka terdapat  jumlah penghematan listrik melebihi 18 miliar kWh.
[caption caption="Perilaku Hemat Energi"]
Menjadikan perilaku hemat energi sebagai budaya bangsa sangat penting. Mengingat dampak positifnya yang sangat besar menuju kemandirian energi nasional. Mulai dari diri sendiri, keluarga hingga lingkungan tempat tinggal dan kantor tempat bekerja. Semua pihak perlu menyadari pentingnya perilaku hemat energi demi ketersediaan energi anak cucu kita kelak. Hal ini juga harus didukung oleh pemerintah. Misalnya dengan mendukung penyedia maupun pengguna perangkat elektronik bertenaga surya juga kompor biomas melalui pengembangan usaha baik ketersediaan modal maupun apresiasi terhadap masyarakat yang peduli terhadap kemandirian energi nasional. Semuanya itu baiknya ‘dibungkus’ dengan regulasi yang berpihak pada kemaslahatan umat, agar kita semua baik masyarakat maupun perusahaan yang bergerak pada pengembangan dan penyediaan energi nasional patuh pada ketentuan yang ada.
 Pengembangan Energi Alternatif
Sementara itu untuk skala yang lebih luas kita dapat membangun perilaku hemat energi dengan cara melakukan pengembangan energi alternatif  melalui pemanfaatan setiap potensi energi dalam negeri. Dengan mengurangi impor BBM, pemerintah menghemat devisa dan anggaran subsidi yang membebani negara. Pemanfaatan seluruh potensi energi yang ada di Indonesia adalah cara ‘jitu’ menuju kemandirian energi berkelanjutan. Cara tersebut sangat mungkin dilakukan mengingat daerah di Indonesia dianugerahi kekayaan alam berlimpah yang berpotensi menjadi sumber energi baru dan terbarukan. Pemanfaatan sumber energi alternatif ini juga dilakukan oleh Pertamina dan sedang dikembangkan terus.Â
Indonesia sangat kaya. Karena mulai dari letak geografis, panjang garis pantai, bahari, gunung, hutan tropis, curah hujan, angin, panas bumi, lahan gambut, ampas pertanian dan perkebunan serta keanekaragaman hayati dimana semuanya berpotensi menjadi sumber energi.  Sungguh rugi jika semua potensi tersebut tidak dimanfaatkan dengan optimal. Artinya kita telah menyia-nyiakan segala potensi yang ada.Â
Saya sangat tertarik dengan perkebunan kelapa sawit. Saat ini Indonesia merupakan negara dengan luas areal kelapa sawit dan produsen CPO kedua terbesar di dunia. Tandan kelapa sawit kosong sebagai limbah dan jumlahnya banyak tersebut sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai biomassa menjadi BBM dengan Integrated Authothermal Technology. Jika saja limbah dari seluruh areal perkebunan kelapa sawit baik yang milik pemerintah, swasta maupun rakyat dikelola dengan optimal maka jumlah engine fuel yang merupakan hasil konversi limbah biomassa, juga akan tinggi. Tentu jumlah tersebut sangat mungkin mengurangi ketergantungan kita terhadap BBM.
[caption caption="Potensi Energi Baru dari Konversi Limbah Biomassa menjadi BBM"]
Bayangkan, jika semua potensi yang ada ‘digali’ dikelola dan dimanfaatkan dengan benar dan optimal dengan inovasi yang intensif, bukan tidak mungkin kemandirian energi nasional dapat diraih. Di mulai dari kemandirian energi di masing-masing daerah. Pemerintah sebaiknya menghimbau agar tiap daerah di Indonesia mencari potensi sumber energi baru dan terbarukan lalu mengembangkannya masing-masing dan menggunakannya untuk kebutuhan daerah. Sekarang kan daerah memiliki hak otonom, berdiri sendiri. Harusnya, itu juga berlaku untuk kemandirian energi. Sebut saja pohon kemiri sunan (Reutealistrisperma) di Nusa Tenggara, rumput laut di Maluku. Belum lagi, jumlah sampah yang banyak, tiap daerah menghasilkan sampah, karenanya sangat memungkinkan untuk pengembangan biomassa sebagai sumber energi.