Mohon tunggu...
Rocky Saputra
Rocky Saputra Mohon Tunggu... -

Seorang wni yang sipit,meminjam istilah ahok.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Happy Discounted Christmas"

25 Desember 2017   00:51 Diperbarui: 25 Desember 2017   00:58 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu hal yang jamak atau umum, hampir di seluruh belahan dunia, menjelang tanggal 25 Desember ( Hari Natal ) , ornamen ataupun benda-benda yang dianggap mewakili momen kelahiran Kristus tersebut, muncul menghiasi berbagai tempat umum.

Hal Hal tersebut antara lain :

  1. Diorama Tuhan Yesus dilahirkan dikandang ditampilkan secara baik. Pada tahun 2017 ini,  saya melihat diorama tersebut di satu hotel di Bali.
  2. Pohon Natal menjadi salah satu "best  selling item" di toko retail karena dibeli oleh shopping mall ataupun "office building" dan pihak pihak lain
  3. Santa Claus bermunculan di berbagai mall ataupun sekolah membagikan permen ataupun mengajak foto selfie.

 

Saya melihat ini adalah suatu branding yang hebat, karena berhasil mengkaitkan hal-hal diatas dengan kelahiran Yesus Kristus. Kenapa saya mengatakan demikian ? Alkitab tidak pernah menuliskan Yesus lahir di Kandang. Pohon Natal dan Santa Klaus / Sinterklas juga tidak ada hubungan dengan kelahiran Yesus, apalagi mengharapkan 2(dua) hal tersebut tertulis di Alkitab. Juga tidak ada bukti bahwa Yesus lahir tanggal 25 Desember. Namun saya tidak akan mendiskusikan hal branding ini lebih jauh.

Hal lain yang seringkali lebih menarik berkaitan dengan momen Natal, adalah adanya pemberian diskon ( yaitu pengurangan dari nilai sebenarnya ) di berbagai tempat belanja ( baik on-line ataupun off-line) dan tempat makan. Tidak jarang mereka menyebutkan sebagai "Christmas Discount" atau "Diskon Natal" . Ini tentunya bukan hal yang berbahaya , karena pada umumnya manusia menyukai diskon.

Yang saya lihat berbahaya adalah apa yang saya sebut sebagai "Discounted Christmas" . Bilamana saya terjemahkan secara literal kedalam bahasa Indonesia, bisa diterjemahkan sebagai "Mendiskon Natal" atau "Natal Yang di-diskon"

Seringkali umat Kristen,termasuk saya, jatuh didalam kondisi "Discounted Christmas" menjelang Christmas / Natal.

Discounted Christmas bisa didefinisikan sebagai Pengurangan Nilai akan Momentum Kelahiran Yesus.

Saya memberikan beberapa contoh akan kondisi "Discounted Christmas" tersebut :

  1. Menjelang Natal, banyak Yayasan Yatim Piatu dan Janda serta manula, mengalami over supply sumbangan. Beberapa tahun lalu, ketika menelpon suatu yayasan, berkaitan dengan kegiatan sosial di hari Natal,  mereka menjawab "harap jangan memberi beras karena sudah banyak" , dan selanjutnya (yang membuat saya tertegun) dia berkata "biasa seperti ini kalau natalan".
  2. Untuk umat Kristen, Kegiatan gerejawi tentunya sangat penuh / padat. Tidak aneh ada panitia Natal yang terbentuk beberapa bulan sebelumnya. Sumbangan-Sumbangan juga mengalir kedalam gereja, karena dibutuhkan dana untuk berbagai kegiatan natal. Kegiatan tersebut antara lain kegiatan sosial, drama musikal, membeli hiasan natal dan sebagainya
  3. Merayakan Kelahiran Yesus sebagai suatu hal yang terjadwal. Dalam arti "tanggal 25 Desember" adalah tanggal ulang tahun Yesus, jadi mari kita rayakan. Sama seperti kelahiran teman, ayah, ibu ataupun orang lain pada umumnya.

Kenapa saya mengatakan 3(tiga) hal diatas dapat berpotensi masuk dalam kategori "Discounted Christmas" ?

Yang pertama adalah bahwasanya memperhatikan Yatim Piatu serta Janda dan manula, harusnya dilakukan setiap saat. Bukan hanya pada hari Natal. Hal ini bisa dianggap sebagai menyamakan hari Kelahiran Yesus sebagai Hari mengingat kaum yang butuh pertolongan. Umat Kristen "tiba-tiba" mengingat anak anak Yatim Piatu, janda dan manula pada bulan Desember. Padahal mereka butuh perhatian di bulan lainnya juga, bukan hanya di Desember.

Yang kedua adalah kegiatan aktif di gereja pada saat natal, rentan jatuh pada religiusitas ("religiosity") belaka. Momentum Natal direduksi menjadi suatu kegiatan yang seakan memuliakan Yesus , namun sebenarnya tidak. Tidak sedikit orang Kristen yang jarang ber gereja, tiba tiba aktif menjelang Natal, baik sebagai pemain drama ataupun bagian lainnya.

Yang Ketiga, tidak jarang fokus kita (termasuk saya) sebagai umat Kristen, adalah hanya apa yang mau kita lakukan pada momen natal tersebut. Tidak lebih seperti kita mau merayakan seseorang yang ulang tahun pada tanggal tertentu. Tentunya momen kelahiran Yesus berbeda dengan momen kelahiran manusia biasa.

3(tiga) hal diatas (Membantu Anak Yatim Piatu , Aktif di Gereja serta Merayakan Kelahiran Yesus) pada dasarnya bukanlah hal yang salah.

Namun kita harus mawas diri terhadap hal hal tersebut.

Kehadiran Kristus didalam sejarah dunia merupakan hal yang bukan saja merubah dunia, namun memberikan harapan keselamatan bagi manusia.

Dia datang bukan untuk orang benar, namun untuk orang berdosa (Markus 2:17).

Saya (sebagai orang berdosa) dan kita semua, harus mengerti tujuan Yesus datang ke dunia ini.

Ketika kita mengerti tujuan kedatangan Dia, yaitu demi keselamatan manusia, seharusnya kita dapat merefleksikan-nya dalam kehidupan kita. Salah satunya dengan tidak "mendiskon" nilai mulia dan agung dari kelahiran Yesus.

Anugrah Keselamatan yang diberikan kepada kita , tentunya diawali dengan momentum kelahiran Yesus ke dunia.

Jangan membantu kaum yang kesusahan (yatim piatu,janda,manula dll) hanya pada momen menjelang Natal. Momentum kelahiran Kristus memberikan keselamatan bagi kita umat Kristen, dimana kita diajarkan untuk membantu sesama manusia setiap saat. Bukan hanya pada momen natal, yang seakan membuat hari natal didiskon sebagai "hari harus berbuat baik"

Memberikan support ke gereja (baik dalam bentuk keuangan ataupun lainnya) wajib dilakukan juga diluar momentum Natal.Bilamana kita "sibuk" pada momentum sekitar Natal, maka kita sebenarnya belum mengerti kenapa Yesus lahir. Momentum Natal jangan didiskon sebagai "Hari Sibuk di Gereja"

Merayakan kelahiran Yesus tentu bukanlah hal yang dilarang. Namun harus diingat bahwa yang lahir adalah bukan sosok manusia biasa. Seringkali (tanpa sadar) kita hanya ingat "Yesus Lahir" tanpa mengkaitkan Dia dengan rencana Keselamatan Umat Manusia, yang diawali dengan kelahiran Dia di dunia ini. 

Sehingga tidak ada rasa bersyukur atas kehadiran Dia. Melupakan hal tersebut, tentunya "mendiskon" / mereduksi nilai Kelahiran Yesus menjadi "Hari Ngumpul Bareng"

Pada akhirnya, saya berharap pengikut Kristus (termasuk saya) lebih mawas diri agar terlepas dari kondisi "Discounted Christmas"  , sehingga dapat Merayakan Christmas / Natal dengan benar dan tidak terjebak religiusitas atau suatu ritual belaka.

Nikmati "diskon natal" di shopping mall namun jangan "Mendiskon Natal"

Happy Christmas and Jesus Bless You

By RN-251217

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun