6. Kualitas guru itu sendiri
Tak dapat dipungkiri, kualitas guru juga menjadi satu permasalahan nyata di dunia pendidikan. Kualitas guru sebagai pengajar dan pendidik semakin tergerus oleh tuntutan kurikulum sehingga menganggap guru sekedar sebagai profesi belaka.
Karenanya, menjadi guru sama halnya dengan menjadi profesi yang lain. Sedangkan sejatinya, di pundak guru ada nasib generasi dari proses pendidikan yang mereka jalankan. Namun, hal ini seringkali terlupakan.
Guru pun juga terlibat pada beberapa tindakan asusila di masyarakat, seperti terjerat pinjol karena tuntutan kesejahteraan yang tak terpenuhi, kasus amoral yang menjadi hasil dari jauhnya guru sebagai pendidik generasi, serta beberapa persoalan lainnya.
Akibat Sistem Rusak
Segala permasalahan yang dihadapi oleh guru saat ini tak terlepas dari penerapan sistem kehidupan yang ada. Sistem kapitalis memposisikan guru sebagai pekerja saja yaitu sebagai bagian faktor produksi. Sehingga, biaya dari faktor produksi ini haruslah ditekan seminimal mungkin untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Inilah yang membuat rendahnya gaji guru saat ini.
Sistem sekuler yang memisahkan aturan agama dari kehidupan juga membuat penerapan sistem pendidikan tak dilandaskan pada aturan agama. Agama hanya dijadikan sebagai pembelajaran moral saja yang setara dengan mata ajar lainnya di sekolah.
Kurikulum dibuat untuk memenuhi target penyediaan tenaga kerja dan kebutuhan pasar. Tujuan pendidikan tak lagi untuk menciptakan generasi emas. Melainkan untuk mencetak tenaga buruh trampil yang murah serta tak melek politik.
Kurikulum yang ada tidak menopang tercapainya tujuan pendidikan yaitu mencetak generasi yang berkualitas. Makna kualitas pun bias dengan tujuan kapitalis yaitu sesuai dengan kebutuhan pasar. Sedangkan, tujuan pendidikan untuk mencetak generasi yang beriman dan memberikan kebermanfaatan pada umat tentu bukan menjadi perhatian.
Terjadi pula kapitalisasi dan komersialisasi pendidikan di mana negara semakin melepaskan tanggung jawabnya. Negara hanya memainkan peran sebagai fasilitator dan regulator. Pelaksanaan dan pengelolaan pendidikan disamakan dengan pengelolaan aspek bisnis sehingga tak lagi muncul peran pelayanan dalam pendidikan, yang ada adalah aspek bisnis.
Pelemahan generasi dalam sistem pendidikan saat ini semakin terjadi dengan adanya kombinasi dari Kurikulum Moderasi Beragama (KMB) dan Kurikulum Merdeka (KM). KMB menitikberatkan pada ide sinkrentisme, narasi semua agama sama, moderasi beragama, pluralisme, tuduhan intoleransi saat meyakini kebenaran akidah islam, tidak boleh menggunakan frase kafir kepaa non muslim. Sedangkan KM juga berpusat pada ide sekulerisasi, tidak adanya keterkaitan iman dengan amal, akidah tak ada hubungan dengan syariah (aturan), serta adanya glorifikasi kebebasan/HAM.