Beberapa bulan lalu saya berpikir bahwa Netflix akan menjadi rajanya layanan video streaming on demand. Keragaman konten dan kualitas film yang ditawarkan memang sulit untuk ditandingi, sebut saja series semacam Stranger Thing, Narcos, 13 Reason Why, dan tentunya seriesnya Marvel (Daredevil, Iron Fist, Jessica Jones dkk).Â
Selama beberapa tahun terakhir tampak Netflix masih aman posisinya sebagai raja dan belum ada pesaing yang benar-benar memberi perlawanan berarti. Namun dalam beberapa bulan ke depan, khususnya sejak November 2019, Netflix perlu waspada.
Tidak lain karena Disney telah mengumumkan bahwa mereka akan merilis layanan video streaming besutan mereka yaitu Disney Plus/Disney+. Pesaing satu ini perlu diwaspadai Netflix karena ia menawarkan persaingan yang berbeda dibanding pesaing lainnya.
Sejauh ini, Netflix memang sukses mengubah cara orang mendapatkan film favoritnya. Dari yang dulunya menggunakan rental disc atau bahkan TV berlangganan, Netflix memperkenalkan video on demand.Â
Bedanya dengan TV kabel atau yang berlangganan adalah pada video on demand kita bisa menonton acara apa pun yang kita suka tanpa terpaku oleh jadwal tv.Â
Forbes bahkan menyebut bahwa pada tahun 2018 rata-rata penduduk USA usia 22-45 tahun sudah tidak lagi menonton televisi dan beralih ke layanan video streaming.
Ibarat menyajikan menu keseluruhan acara TV dalam sehari dan kita diberi keleluasaan untuk memilih acara mana yang mau kita tonton saat itu juga, atau menghadirkan rental film di dalam layar tv.Â
Memang ada juga layanan video on demand lain yang menjadi kompetitor tetapi Netflix unggul dari segi kedalaman dan keberagaman konten. Netflix dikatakan mampu menjaga konsistensi kualitas konten film yang mereka produksi pada original series/movies nya. Lalu, apa yang membedakan Disney+ dengan pesaing terdahulu Netflix?
Biaya Berlangganan Lebih Murah
Salah satu aspek mendasar yang diunggulkan oleh Disney adalah biaya berlangganan yang lebih terjangkau dibanding Netflix. Disney memang belum merilis secara resmi biaya berlangganannya namun Kevin Mayer, Direktur Direct-to-Consumer & Divisi Internasional Disney, mengatakan bahwa biayanya akan lebih murah.Â
Apabila untuk berlangganan Netflix HD harus mengeluarkan Rp 140.000 /bulan maka Disney+ berkisar Rp 100.000 /bulan, sudah termasuk bundel ESPN Plus dan Hulu serta konten National Geographic yang disediakan secara offline.
Konten
Di era dimana kamu bisa menonton acara apa saja selagi ada sinyal, menyajikan konten yang menarik tentunya adalah hal yang mutlak dilakukan supaya tetap menjadi pilihan konsumen. Netflix sebenarnya paham akan hal itu dimana pada tahun 2018 mereka mengeluarkan $12 miliar dolar untuk menghasilkan konten original milik Netflix sendiri.Â
Sejauh ini langkah tersebut berhasil, konten original Netflix banyak digemari seperti series yang saya sebutkan sebelumnya. Namun kemudian Disney masuk ke dalam persaingan.
Sejak kecil, hampir setiap orang yang masa kecilnya hobi menonton kartun dan animasi pernah mendengar Disney. Tokohnya dapat dijumpai dimana-mana, di tas sekolah, di majalah, di bungkus jajanan atau bahkan sandal jepit. Intro kastil dengan tulisan Disney di depan pun bisa dikatakan sangat ikonik. Bagi warga Amerika, The Walt Disney Company (DIS) bahkan menjadi perusahaan paling ikonik.Â
Disney juga punya banyak wahana Disney Land di seluruh dunia. Tokoh ikonik seperti Donald Bebek, Mickey Mouse, Aladdin, dan banyak lagi kharakternya menjadi jaminan ketenaran Disney hingga sekarang. Bagi Anda penggemar Avengers atau saga Star Wars juga perlu tahu bahwa sekarang Marvel dan Star Wars dimiliki oleh Disney.
Bayangkan jika Disney memutuskan bahwa semua film dan tokoh ikonik lintas generasi tersebut tersedia di Disney+. Jika itu belum cukup, mari kita lihat lebih jauh potensi konten Disney di masa depan.Â
Selain tokoh ikonik tadi, Disney juga memiliki Marvel, Star Wars, The Simpsons, Pixar Animations, ESPN, ABC News, serta National Geographic.Â
Dalam kurun delapan tahun terakhir, Disney menghasilkan film dengan penjualan terbanyak. Bahkan jika dihitung sejak tahun 2018 saja, Disney punya sembilan film dengan pendapatan terbanyak yaitu Avengers Infinity War, Captain Marvel, Black Panther, Incredibles 2, Bohemian Rhapsody, Aladdin, Toy Story, Spiderman Far From Home dan Avengers: End Game (empat judul terakhir masih tayang saat artikel ini ditulis), belum ditambah Lion King yang akan tayang beberapa hari lagi.
Disney mengkonfirmasi bahwa saat peluncurannya, akan ada 25 series original dan 10 film spesial yang hanya bisa dijumpai di Disney+. Mereka juga dipastikan akan menampilkan series Star Wars dan spin-off Marvel seperti Loki dan Wanda-Vision dalam waktu dekat.Â
Apabila di masa mendatang Disney memutuskan film-film ikonik tersebut hanya bisa dinikmati di Disney+, bisa dibayangkan jutaan subscriber Netflix yang akan hilang karena berubah haluan.Â
Puluhan tokoh ikonik Disney akan menarik jutaan konsumen yang ingin anaknya menikmati kartun Aladdin, Mickey Mouse, Frozen serta Toy Story. Penggemar Star Wars tentunya akan dimanjakan dengan series terbaru Star Wars di Disney+, atau hanya sekedar menonton ulang Star Wars versi lama.Â
Demikian juga penggemar Marvel Cinematic Universe yang dapat menikmati series Marvel yang akan dirilis Disney+, dan berbeda dengan karakter Marvel di Netflix yang bukan bagian dari Avengers, Wanda-Vision atau Loki tentu tidak asing bagi penggemar Avengers.
Kepemilikan Disney terhadap franchise ikonik tersebut memberi mereka sesuatu yang tidak bisa dibeli uang. Sementara Netflix berusaha memperkenalkan series dan film original terbaru, Disney sudah punya modal bagus yang bisa mereka maksimalkan.
Kehadiran Disney+ memang tidak akan langsung mematikan Netflix, namun jika tidak berinovasi, Netflix akan kehilangan banyak sekali pelanggan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H