Rasa kehilangan, dikhianati dan tidak mendapatkan apa yang diharapkan setelah semua yang dikorbankan tersebut lah yang mengubah kharakternya menjadi Mad Queen.Â
Daenerys memilih untuk mengapus perbudakan dengan tirani, ia memilih untuk menjadi pemimpin yang ditakuti ketimbang dicintai. Hal yang sama seperti yang dilakukan Thanos di Marvel Cinematic Universe. Padahal, Daenerys merupakan salah satu kharakter terfavorit penikmat GoT selama kurang lebih 8 season, sebuah antiklimaks yang tidak disangka-sangka oleh penonto
Berbeda dengan Jon Snow yang digambarkan sangat heroik, ia juga menjadi kharakter terfavorit dalam series ini. Sama dengan Daenerys yang tampaknya tidak berpotensi menjadi siapa-siapa, namun melalui serangkaian perjuangan ia menjadi pahlawan perang.Â
Bagaimana ia menyatukan Wildling yang liar dengan Northmen yang terpecah-pecah, merebut kembali Winterfell hingga mendapatkan aliansi-aliansi kuat menghadapi Night King.Â
Dari Bastards (isitilah anak haram hasil hubungan gelap raja dengan rakyat biasa) menjadi Lord Commander Nightwatch, kemudian menjadi King in the North, hingga berpeluang menjadi raja di Seven Kingdoms. Dia lebih dicintai oleh pengikutnya ketimbang ditakuti, itu sebabnya ia memiliki semakin banyak aliansi.
Sebenarnya cara termudah untuk mengakhiri series ini adalah keduanya memerintah bersama-sama, baik Jon Snow dan Daenerys, terlepas dari hubungan darah yang mereka ketahui belakangan. Hingga sebelum season 8 bergulir, Daenerys dan Jon Snow tampak dapat memerintah secara berdampingan, menjadi raja dan ratu yang bijak. Namun tampaknya sutradara David Benioff & D.B. Weiss merasa kurang "greget" kalau harus memiliki ending seperti itu.Â