"Stunting akhir tahun kemarin angkanya masih 21,5% sudah turun, tapi seharusnya Kita mencapai 14%. Tapi saya hitung ini tidak mudah, untuk mengatasinya program ini harus terintegrasi" kata Presiden dalam acara (Rakerkesnas) tahun 2024 yang diselenggarakan pada tanggal 24 -- 25 April 2024, di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten.Sedangkan standard WHO terkait prevalensi stunting harus di angka kurang dari 20%.
Hal ini memang telah menjadi PR panjang bagi negara kita yang kenyataannya memiliki sumber daya yang kaya. Bukan berarti usaha pemerintah kita selama ini tidak berhasil namun hanya saja masih belum optimal dan masih berproses. Hal ini terlihat dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, Rabu (25/1) dimana prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022.
Apa itu stunting?
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan.
Apa penyebab stunting?
Penyebab stunting antara lain yaitu asupan gizi dan status kesehatan yang meliputi ketahanan pangan (ketersediaan, keterjangkauan dan akses pangan bergizi), lingkungan sosial (norma, makanan bayi dan anak, hygiene, pendidikan, dan tempat kerja), lingkungan kesehatan (akses, pelayanan preventif dan kuratif), dan lingkungan pemukiman (air, sanitasi, kondisi bangunan).
Ibu hamil dengan konsumsi asupan gizi yang rendah dan mengalami penyakit infeksi akan melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan atau panjang badan bayi di bawah standar. Asupan gizi yang baik tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga tetapi juga dipengaruhi oleh pola asuh seperti pemberian kolostrum (ASI yang pertama kali keluar), inisiasi menyusu dini (IMD), pemberian ASI eksklusif, dan pemberian makanan pemdamping ASI (MP-ASI) secara tepat. Selain itu, faktor kesehatan lingkungan seperti akses air bersih dan sanitasi layak serta pengelolaan sampah juga berhubungan erat dengan kejadian infeksi penyakit menular pada anak.
Penyebab tidak langsung masalah stunting dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan urbanisasi, globalisai, sistem pangan, jaminan sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan. Untuk mengatasi penyebab stunting, diperlukan prasyarat pendukung yang mencakup: komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan, keterlibatan pemerintah dan lintas sektor, dan kapasitas untuk melaksanakan.
Apa saja dampak dari stunting?
1. Dalam jangka pendek
Stunting menyebabkan gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik, dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme.
2. Dalam jangka panjang
Stunting menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual. Gangguan struktur dan fungsi saraf dan sel-sel otak yang bersifat permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan menyerap pelajaran di usia sekolah yang akan berpengaruh pada produktivitas saat dewasa. Selain itu, kekurangan gizi juga menyebabkan gangguan pertumbuhan (pendek dan atau kurus) dan meningkatkan resiko penyakit tidak menular seperti diabetes melliltus, hipertensi, jantung koroner dan stroke.
Bagaimana cara untuk menurunkan stunting?
Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu intervensi gizi spesifik untuk mengatasi pemnyebab langsung dan intervensi giszi sensitive untuk mengatasi penyebab tidak langsung.
1. Â Intervensi gizi spesifik
- Intervensi prioritas, yaitu intervensi yang diidentifikasi memiliki dampak paling besar pada pencegahan stunting dan ditujukan untuk menjangkau sasaran prioritas.
- Intervensi pendukung, yaitu intervensi yang berdampak pada masalah gizi dan kesehatan lain yang terkait stunting dan diprioritaskan setelah intervensi prioritas dilakukan.
- Intervensi prioritas sesuai kondisi tertentu, yaitu intervensi yang diperlukan sesuai dengan kondisi tertentu, termasuk untuk kondisi darurat bencana.
2. Intervensi gizi sensitif
Mencakup peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi, peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan, peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak, serta peningkatan akses pangan dan gizi .
Kapan dan bagaimana cara mencegah stunting?
 Stunting bisa di intervensi dengan 10 cara berikut:
a. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah
b. Pemberian makanan tambahan ibu hamil
c. Pemenuhan gizi
d. Persalinan dengan dokter atau bidan ahli
e. IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
f. Berikan ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan
g. Berikan makanan pendamping ASI untuk bayi diatas 6 bulan hinggga 2 tahun
h. Berikan imunisasi dasar lengkap dan vitamin A
i. Pantau pertumbuhan balita di posyandu terdekat
j. Lakukan perilaku hidup bersih dan sehat
Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai macam cara intervensi spesifik melalui 2 cara utama yakni intervensi gizi pada ibu sebelum dan saat hamil, serta intervensi pada anak usia 6 sampai 2 tahun yang mana diharapkan dapat mencapai target penurunan stunting di angka 14% di 2024. Selain itu butuh kerja sama dari berbagai sektor untuk mencapai target tersebut.
Namun terkadang segala upaya yang telah di lakukan masih saja belum telihat efektifitasnya akibat penatalanksanaan yang lambat pada balita yang sudah terdiagnnosis stunting. Apalagi dengan kondisi orang tua yang tidak kooperatif dengan bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah. Yang mana menyebabkan kondisi anak yang semakin memburuk. Inilah yang menyebabkan kondisi stunting tetap menjadi PR yang berat bagi negara kita.
Maka dari individu masing-masing lah yang harus berusaha unttuk meningkatkan gizi anak-anak kita dengan mencari informasi dan bantuan dari kader atau petugas Kesehatan terdekat untuk memudahkan bantuan dari  pemerintah agar tersalurkan dengan baik. Sehingga angka stunting dapat turun dengan signifikan.
Maka, marilah atasi stunting dari rumah kita sendiri!
Referensi :
Rokom. 2023.Sehat negriku Sehatlah Bangsaku.Jakarta
Evi Nuryuliyani, A.Md.Keb .2023. Kemenkes Direktorat Jendral Pelayanan KesehatanRSUP dr. Sardjito Yogyakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H