Mohon tunggu...
Roby Permana
Roby Permana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Terus menjadi lebih baik lagi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aliran yang Suka Mendahulukan Akal dan Pikiran daripada Prinsip Ajaran Al Qur'an dan Hadist

30 September 2018   16:37 Diperbarui: 30 September 2018   16:49 1460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

ALIRAN QODARIYAH

Qodariyah berkata saya berbuat dan berkehendak tidak ada takdir allah SWT,

Qodariyah adalah orang yang mengingkari takdir, menurutnya tidak ada takdir

menurut Qodariyah rukun iman hanya ada lima, pertama iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasull Allah, iman kepada hari akhir.

Takdir itu tidak ada, mereka memusuhi yang namanya takdir.

Qadariyah berakar pada qadara yang dapat berarti memutuskan dan memiliki kekuatan atau kemampuan.Sedangkan sebagai suatu aliran dalam ilmu kalam, qadariyah adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham qadariyah manusia di pandang mempunyai qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada qadar dan qada Tuhan.

Mazhab qadariyah muncul sekitar tahun 70 H(689 M). Ajaran-ajaran tentang Mazhab ini banyak memiliki persamaan dengan ajaran Mu'tazilah sehingga Aliran Qadariyah ini sering juga disebut dengan aliran Mu'tazilah, kesamaan keduanya terletak pada kepercayaan kedunya yang menyatakan bahwa manusia mampu mewujudkan tindakan dan perbuatannya, dan tuhan tidak campur tangan dalam perbuatan manusia ini, dan mereka menolak segala sesuatu terjadi karena qada dan qadar Allah SWT.

Aliran ini merupakan aliran yang suka mendahulukan akal dan pikiran dari pada prinsip ajaran Al-Qur'an dan hadits sendiri. Al-Qur'an dan Hadits mereka tafsirkan berdasarkan logika semata-mata. Padahal kita tahu bahwa logika itu tidak bisa menjamin seluruh kebenaran, sebab logika itu hanya jalan pikiran yang menyerap hasil tangkapan panca indera yang serba terbatas kemampuannya. Jadi seharusnya logika dan akal pikiranlah yang harus tunduk kepada Al-Qura'n dan Hadits, bukan sebaliknya.

Tokoh utama Qadariyah ialah Ma'bad Al-Juhani dan Ghailan al Dimasyqi. Kedua tokoh ini yang mempersoalkan tentang Qadar.

Pokok-pokok ajaran Qadariyah

Menurut Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam halaman 297/298, pokok-pokok ajaran qadariyah adalah :

Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlahmukmin, tapi fasik dan orang fasikk itu masuk neraka secara kekal.

Allah SWT. Tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusia lah yang menciptakannyadan karena itulah maka manusia akan menerima pembalasan baik (surga) atas segala amal baiknya, dan menerima balasan buruk (siksa Neraka) atas segala amal perbuatannya yang salah dan dosakarena itu pula, maka Allah berhak disebut adil.

Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu maha esa atau satu dalam ati bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat azali, seprti ilmu, Kudrat, hayat, mendengar dan melihat yang bukan dengan zat nya sendiri. Menurut mereka Allah SWT, itu mengetahui, berkuasa, hidup, mendengar, dan meilahat dengan zatnya sendiri.

Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama. Sebab, katanya segala sesuatu ada yang memiliki sifat yang menyebabkan baik atau buruk.

Selanjutnya terlepas apakah paham qadariyah itu di pengaruhi oleh paham luar atau tidak, yang jelas di dalam Al-Qur'an dapat di jumpai ayat-ayat yang dapat menimbulkan paham qadariyah .

Dalam surat Al Ra'ad Ayat 11, di jelaskan

"Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan diri mereka sendiri"

Dalam Surat Al-Kahfi ayat 29, allah menegaskan

"Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir".

Dengan demikian paham qadariyah memilki dasar yang kuat dalam islam, dan tidaklah beralasan jika ada sebagian orang menilai paham ini sesat atau kelaur dari islam

Tokoh aliran Qadariah

Tokoh ajaran Qadariah adalah ma'bad Al-Juhani (tokoh utama Qadariah) dan Ghalian al Dimasyqi.

Doktrin-diktrin Pokok Qadariah

Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal, masalah Qadariah disatukan pembahasannya dengan bahasan tentang doktrin-doktrin Mu'tazilah, sehingga perbedaan antara kedua aliran ini kurang jelas (Al-Syahrastani:85). Ahmad Amin menjelaskan bahwa doktrin qadar kiranya lebih luas dikupas oleh kalangan Mu'tazilah. Sebab, paham ini dijadikan salah satu diantara diktrin Mu'tazilah, sehingga orang sering menamakan Qadariah denga Mu'tazilah karena mereka sama-sama percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tindakan tanpa campur tangan Tuhan (Ahmad Amin:287)

Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentang doktrin Qadariah bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya; manusia yang melakukan, baik atas kehendak maupun kekuasaannya, dan manusia pula yang melakukan atau menjauhi perbuatan jahat atau kemauan dan dayanya (Harun Nasution, teologi islam:31).

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa doktrin Qadariah pada dasarnya menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Oleh karena itu ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikannya dan berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang telah diperbuat. Dalam kaitan ini, apabila seseorang diberi pahala atau hukuman maka itu berdasarkan pilihan pribadinya, bukan takdir Tuhan.

Dengan pemahaman seperti ini, kaum Qadariah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat menyandarkan segala perbuatan manusia pada perbuatan Tuhan. Diktrin-doktrin ini mempunyai tempat pijakan dalam doktrin islam. Banyak ayat A-Qur'an yang dapat merndukung pendapat ini, misalnya surat Al-Kahf ayat 29.

kesimpulan

Qodariya adalah suatu kaum yang tidak mengakui adanya Qodar bagi Tuhan. Mereka menganggap dan menyatakan bahwa tiap-tiap hamba Tuhan adalah pencipta bagi segala perbuatannya, dia juga dapat berbuat sesuatu atau meninggalkan sesuatu atas kehendaknya sendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun