Sahal tersenyum kembali. "Iya, Pak Imam. Motor nggak pernah protes, nggak pernah cemburu, dan selalu setia. Makanya aku nggak buru-buru menikah."
Kami tertawa lagi. Meskipun sering dijadikan bahan candaan, kami tahu Sahal sudah menemukan kebahagiaannya sendiri. Menikah atau tidak, yang penting adalah hidup bahagia dan puas dengan pilihan kita.
Ketika senja mulai turun, kami berpisah. Sahal menghidupkan motornya dan melambaikan tangan. "Sampai ketemu lagi, kawan. Jangan lupa, hidup ini untuk dinikmati!"
Kami mengangguk dan melambaikan tangan kembali. Sahal mungkin tidak akan menikah dalam waktu dekat, tapi dia sudah menunjukkan kepada kami bahwa kebahagiaan tidak harus datang dari hal yang sama untuk setiap orang. Baginya, motor-motor itu adalah cinta sejatinya, dan itu sudah cukup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H