Sahal tersenyum kembali. "Iya, Pak Imam. Motor nggak pernah protes, nggak pernah cemburu, dan selalu setia. Makanya aku nggak buru-buru menikah."
Kami tertawa lagi. Meskipun sering dijadikan bahan candaan, kami tahu Sahal sudah menemukan kebahagiaannya sendiri. Menikah atau tidak, yang penting adalah hidup bahagia dan puas dengan pilihan kita.
Ketika senja mulai turun, kami berpisah. Sahal menghidupkan motornya dan melambaikan tangan. "Sampai ketemu lagi, kawan. Jangan lupa, hidup ini untuk dinikmati!"
Kami mengangguk dan melambaikan tangan kembali. Sahal mungkin tidak akan menikah dalam waktu dekat, tapi dia sudah menunjukkan kepada kami bahwa kebahagiaan tidak harus datang dari hal yang sama untuk setiap orang. Baginya, motor-motor itu adalah cinta sejatinya, dan itu sudah cukup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI