Mohon tunggu...
Roby Martin
Roby Martin Mohon Tunggu... Administrasi - Kadang jadi Penulis dan lebih sering jadi Buruh Pabrik

Penulis Buku Sepi-Ritual, Galau Inside dan Ngerasa Paling Hijrah dan Suka Nyebelin | robymartin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Enggak Usah Nikah! Biarin Sendiri yang Penting Bahagia

12 Juli 2024   20:05 Diperbarui: 12 Juli 2024   20:09 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kenapa nggak nikah-nikah, Sahal?" tanya Wawan sambil melipat sajadah di beranda masjid. Kami baru saja selesai salat Ashar di Masjid Al-Falah, Jakarta, tahun 2007. Sahal, sahabat kami yang punya usaha rental motor paling laris di kota ini, hanya tersenyum tipis. 

Beberapa menit sebelumnya, kami sedang bersantai di masjid setelah lelah mengelilingi kota. Sahal datang dengan motor bebeknya yang selalu mengkilap, ciri khas pengusaha sukses di bidang rental motor.

"Aku tuh sibuk, Wan. Rental motor butuh perhatian lebih," jawab Sahal sambil mengunyah kurma. "Lagipula, nikah itu nggak wajib, kan?"

Wawan tertawa kecil. "Ya memang nggak wajib, tapi kan enak kalau ada yang ngurusin. Masa hidup sendiri terus?"

Sahal hanya mengangkat bahu. "Aku nggak sendiri kok, ada motor-motor kesayanganku," jawabnya sambil tertawa. "Lagipula, hidup sendiri itu lebih bebas. Mau ke mana saja, nggak perlu izin."

Kami semua tertawa mendengar jawaban Sahal. Sebenarnya, banyak yang penasaran kenapa dia tidak pernah terlihat dekat dengan perempuan manapun, padahal dengan penghasilan dari rental motornya, Sahal bisa dibilang cukup mapan.

Beberapa kali aku dan Wawan mencoba memperkenalkan Sahal kepada beberapa teman perempuan kami. Hasilnya selalu sama, Sahal tetap lebih tertarik dengan motor-motor bebek dan skutik yang berderet di garasinya.

"Jadi, sampai kapan kamu mau sendiri terus, Hal?" tanyaku, mencoba sedikit lebih serius.

Sahal terdiam sejenak, menatap ke arah jalan raya yang ramai. "Mungkin sampai waktunya datang," jawabnya pelan. "Tapi kalaupun nggak datang, aku nggak masalah. Hidup ini nggak melulu soal menikah."

Kami terdiam, merenungi kata-kata Sahal. Ada benarnya juga, pikirku. Banyak orang menikah karena tekanan sosial, bukan karena benar-benar ingin.

Tiba-tiba, Pak Imam datang membawa senyuman. "Sahal ini memang unik. Sejak kecil suka motor, dan ternyata sampai sekarang masih setia sama motor-motornya," katanya sambil tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun