Surya diminta sang ayah untuk berhenti kuliah sementara atau cuti. Sang ayah menyampaikan itu saat belum lama tiba di rumah pada malam hari, kemarin, Selasa. Surya terdiam.
Ia tidak menanyakan alasan mengapa harus mengambil cuti. Sebab, Surya sudah tahu alasannya. Sang ayah sedang dihadapkan masalah usahanya yang sedang tidak baik-baik saja.
"Insyaallah semester depannya kamu kuliah lagi," kata sang ayah.
Sebenarnya gejala itu sudah ia rasakan dalam dua bulan terakhir. Salah satunya uang jajan (bulanan) yang tidak diberikan seperti biasanya.
Surya malah pada akhrirnya, saat itu berutang kepada temannya. Teman dekatnya. Dikasih utang usai tidak sengaja mengobrol ke sana dan ke sini dengannya, di pinggir lapang sepak bola dekat rumahnya pada sore hari. Tanpa ada niat.
Awalnya, temannya itu kaget, karena Surya tidak biasanya meminjam uang. Malah ia merasa, itu adalah kali pertama Surya meminjam uang kepada orang lain---ke dirinya.
Akhirnya temannya itu, yang bernama Rano meminjamkannya. Rano tidak memberikan tempo untuk Rano mengembalikan uangnya.
Surya terpaksa melakukan itu, karena uang tabungannya sudah hampir habis. Tersisa kira-kira hanya cukup untuk membeli air mineral dengan ukuran 1 liter saja.
Kali pertama ia menghadapi itu dalam hidupnya. Saat kuliah. Di awal semester tiga.
Uang pinjaman dari temannya itu ia gunakan untuk kebutuhan sehari-harinya, seperti untuk ongkos ke kampus; makan; dan lain-lainnya. Ia berhenti sejenak meminta kepada sang ayah.
Kadang, untuk meminimalisir pengeluaran dari uang pinjaman itu, ia menumpang tidur di kos temannya. Lumayan memangkas biaya untuk transportasinya ke kampus.