Ia ingin berpacaran tetapi tidak melanggar apa yang diyakini.
Agak lucu. Tapi begitulah Igor. Anak yang unik. Mungkin tidak ada yang seperti dia di dunia ini. Atau mungkin sebaliknya: ada.
Ia mengaku, kali pertama memegang tangan pacarnya---merasakan ada yang tidak biasa. Seluruh tubuhnya merasa gemetar. Dia sempat membisu saat ditanya sang pacar. Tapi Igor merasakan kenyaman. Lain sisi, ia juga merasa bersalah.
Igor pun memohon ampun kepada tuhan atas lakunya. Ia tobat. Berharap tuhan mengampuninya.
Dua dosa itu dilakukannya lepas tidak lama lulus dari sekolah (SMA). Sebelum-sebelum itu, ia mengaku belum pernah melakukannya. Tidak satu kali pun.
Bahkan pernah, ketika ada seorang teman yang mengajaknya untuk menonton film dewasa, ia selalu menolak. Dan wanita yang ingin memegang tangan pun pernah dia tolak.
Pun di awal, ketika ia mulai berpacaran, sering mengingatkan bahwa tidak ada yang namanya berpegangan tangan. Tapi semua itu sirna. Igor gagal ujian.
Igor melanggar keinginan kuatnya itu. Igor kurang kuat. Ia menyesal.
Namun, Igor tidak terus merasa demikian: terpuruk. Menyesali sangat apa yang pernah dilakukannya itu.
Terpenting, yang ia yakini adalah terus memperbaiki diri sambil sekuat tenaga tidak mengulanginya. Ia berjanji akan itu.
Janji itu jalan. Baru kembali memegang tangan wanita setelah menikah. Ia ceritakan ke isterinya, isterinya tertawa sekaligus kagum.