Ia sisir-sisir dengan jari. Ia berkaca. Dilihatnya memang sudah panjang. Rambut sebelah pinggir sudah melewati telinga. Di kedua sisinya.
Bagian depan, sudah melewati keningnya. Hampir menyentuh hidungnya yang mancung. Nanti ia ke tempat cukup rambut.
Ia mulai rapihkan laporan-laporan dari tim di kantor. Ia amati per angka. Sebab ia khawatir ada kesalahan. Dan umumnya begitu. Tidak sedikit yang salah ketika membuat laporan keuangan.
Anak-anaknya sudah mulai bangun. Dimulai anak pertama yang bangun. Disuruh minum susu. Tak lama, adiknya bangun. Anak kedua Zaid.
Isterinya lagi-lagi menyuruh anak kedua itu minum susu. Keduanya setiap pagi memang minum susu.
Anak-anak Zaid masih kecil. Keduanya masuk ketegori balita. Antara anak pertama dengan kedua hanya berjarak satu setengah tahun. Keduanya sangat tampan.
Isteri Zaid sudah selesai mandi, buat sarapan---kemudian menyuruh kedua anaknya mandi. Langsung heboh. Selalu begitu jika keduanya ingin mandi.
Mainan yang keduanya tahu hidup di air, dibawanya ke kamar mandi. Katanya, "Ini kan mahluk hidup yang hidup di air," kata anak pertama Zaid sembari menunjuk mainan ikan-ikanan.
Pun dengan kedua, sama. Ikut-ikutan menunjuk ikan-ikanan dan mengopi ucapan kakaknya. Selain mandi, di kamar mandi keduanya main.
Selesai mandi dan sudah berpakaian, keduanya lalu makan. Begitu hampir setiap hari.
Usai itu, main dan nonton TV. Untuk nonton TV, Zaid membatasinya. Lebih baik main dengan mainan yang ada daripada nonton TV---karena sedikit bergerak, kata Zaid. Isterinya setuju.