Mohon tunggu...
Robigustas
Robigustas Mohon Tunggu... Penulis - Penulis riang

Suka pizza. *Setiap nama yang ada di cerpen, bukanlah nama sebenarnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menyesal

10 Juli 2023   21:32 Diperbarui: 10 Juli 2023   21:59 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Diana meninggalkan Jams dipinggir jalan. Di halte. Duduk. Sendiri. Tengah malam. Sekira pukul 2 pagi.

Persis di depan halte, ia melihat beberapa supir taksi yang tidur di dalam. Di depan tempat makan cepat saji yang cukup terkenal di Indonesia. Jams kebingungan.

Ia berpikir, mesti ke mana di tengah malam ini. Di kota orang. Dan baru pertama kali ia menginjakkan kaki di sini. Di Yogyakarta.

Terdengar atau terasa aneh memang, Jams ditinggalkan di pinggir jalan. Sendirian. Tapi, itulah kenyataannya. Sebab cemburu buta. Jams dan Diana bertengkar.

Padahal, sebelumnya keduanya asyik jalan-jalan mengelilingi Yogyakarta dan sekitarnya. Saling tertawa dan bercanda. Tidak ada tanda-tanda kalau keduanya pada akhirnya bertengkar. Diana menuduh Jams main mata dengan orang lain.

Tuduhan yang mestinya tidak ada, karena keduanya sudah menjalani hubungan cukup lama. Hampir lima tahun.

Jams akhirnya terpikir menghubungi salah satu temannya yang juga satu kerja dengannya. Beda cabang. Jams di pusat, Jakarta. Temannya di Yogya, cabang.

Jams kerja di Jakarta. Ke Yogyakarta, khusus untuk bertemu Diana, kekasihnya. Sebulan sekali Jams bertemu Diana.

Setiap pertemuan mestinya dijadikan momen indah. Tapi tidak malam ini. Menyesakkan dada, karena baru pertama kali terjadi.

Jams berpikir, mungkin saja Diana sedang ada masalah. Ia tidak tahu. Tapi yang pasti, setiap kedatangan mestinya selalu menggembirakan. Apalagi Jams ke Yogya mengambil jatah cutinya: hanya ingin bertemu dengan Diana.

"Halo, Tris. Jams, nih. Lagi di mana?" Jams menelepon Trisno.

Syukurnya, Trisno sedang berada di kosannya. Jams lega. Akhirnya tengah malam menjelang pagi ini ia tidak luntang-lantung.

Jams segera berangkat ke kosan Trisno dengan memesan taksi di depannya.

Ia memberanikan diri membangunkan supir taksi itu yang sedang tidur. Cukup lelap. Sampai-sampai mulut dan matanya terbuka sedikit.

"Mau ke mana tengah malam begini, mas?" tanya supir taksi itu kepada Jams.

Lagi-lagi Jams merasa bersyukur, karena supir taksi itu mau mengantarnya ke kosan Trisno.

Kosan trisno, dengan kondisi tengah malam, menjadi tidak terlalu jauh. Tapi, kalau siang hari atau jelang sore, maka akan terasa jauh. Bahkan jauh sekali, karena jalan ke sana selalu macet.

Tidak lama Jams sudah sampai di kosan Trisno. Trisno tertawa. Menanyakan mengapa tengah malam begini ia keluyuran. Jams menepis.

Jams menceritakan kronologi mengapa ia pada akhirnya terdampar di kota orang. Trisno malah makin kencang tertawanya, karena tidak habis pikir kejadian itu. Jams pun demikian, tidak menduga bahwa akan terjadi.

Trisno juga kenal dengan Diana. Keduanya di cabang yang sama. Berbeda hanya desk. Trisno di outlet sebagai mekanik. Sedangkan Diana sebagai admin. Keduanya sudah sangat lama kenal. Bahkan sebelum kenal Jams.

*

Pesan singkat masuk ke handphone Jams. Dari Diana. Dia menanyakan keberadaaan Jams. Jams heran.

Dia yang meninggalkan tetapi tiba-tiba menanyakan keberadaannya. Jams tahu, Diana sangat cinta dengan Jams. Pedulinya Jams tiada duanya, walaupun dalam situasi "genting" yang terjadi pada diri Jams.

"Besok, aku jemput di kosan Trisno. Kamu jangan ke mana-mana," pesan tegas Diana.

Sebenarnya Jams tidak ingin ke tempat Trisno. Hanya saja ia tiba-tiba terpikir ke sana. Lumayan, katanya. Numpang semalam gratis.

Biasanya Jams, kalau Yogyakarta menemui Diana, malamnya ia akan menginap di hotel. Diana, pulang. Paginya, keduanya bertemu kembali. Sore harinya, Jams kemnali ke Jakarta. Selalu begitu, hampir lima tahun perjalanan keduanya.

Trisno sudah berangkat kerja. Ia menintipkan kosannya kepada Jams. Jams sekalian pamit pulang nanti sore.

Ia mengucapkan terima kasih kepada Trisno karena telah menjadi pahlawan bagi di tengah malam.

Trisno baik. Sebelum ia berangkat kerja tadi, dan usai keduanya menunaikan ibadah salat subuh, ia membelikan Jams sarapan. Bukan gudeg. Semacam nasi uduk tetapi berbeda dengan yang biasa Jams beli di dekat rumahnya.

Jams beberapa kali bertemu Trisno kalau di sedang pelatihan di Jakarta.

Pukul 09.00, Diana tiba di dekat kosan Trisno. Jams siap-siap. Mencari kunci kosan Trisno. Tidak ketemu. Jams menelepon Trisno. Tapi tidak diangkat. Mungkin ia sedang sibuk.

Jams memberi tahu Diana untuk sabar. Diana tidak merespons. Pikirnya, "Jangan-jangan dia 'marah' lagi." Ternyata tidak.

"Di kantong samping kulkas," jawab Trisno.

Jams segera menemui Diana. Keduanya bertemu. Saling tatap. Saling melempar senyum tetapi tidak seperti biasanya.

Saat sudah dekat, keduanya malah tertawa.  Diana minta maaf. Menyesal.

Ia berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Diana berlaku begitu semalam karena terbawa suasana akibat persoalan di rumahnya. Dugaan Jams tepat. Tapi Diana belum mau cerita. Jams tidak masalah.

Ia berpikir, tidak semua masalahnya diceritakan ke dirinya. Artinya, kata Jams, Diana bisa menghadapinya sendiri. Kecuali, kalau memang dia tidak bisa, baru akan menceritakannya ke Jams.

Keduanya kemudian melanjutkan perjalanan ke suatu tempat menggunaka sepeda motor milik Diana. Jams yang membawa. Diana di belakang.

"Kita akan ke mana, duhai kekasihku?" tanya Jams mesra.

Pertanyaan Jams bikin pipi Diana merah. Jams lihat itu lewat spion sebelah kanan. Makin merah dilihat Jams. Jams dicubit, pingganya.

Jams senang, akhirnya Diana kembali seperti biasa. Seperti waktu-waktu sebelumnya, ketika Jams berkunjung ke Yogyakarta: Diana tidak pernah marah. Selalu bahagia jika berada di samping Jams.

Jams memaafkan Diana atas kejadian semalam. Diana berjanji kembali tidak akan pernah terjadi kejadian seperti semalam. Jams semringah.

Keduanya sampai di tujuan: Candi Borobudur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun