Dia yang meninggalkan tetapi tiba-tiba menanyakan keberadaannya. Jams tahu, Diana sangat cinta dengan Jams. Pedulinya Jams tiada duanya, walaupun dalam situasi "genting" yang terjadi pada diri Jams.
"Besok, aku jemput di kosan Trisno. Kamu jangan ke mana-mana," pesan tegas Diana.
Sebenarnya Jams tidak ingin ke tempat Trisno. Hanya saja ia tiba-tiba terpikir ke sana. Lumayan, katanya. Numpang semalam gratis.
Biasanya Jams, kalau Yogyakarta menemui Diana, malamnya ia akan menginap di hotel. Diana, pulang. Paginya, keduanya bertemu kembali. Sore harinya, Jams kemnali ke Jakarta. Selalu begitu, hampir lima tahun perjalanan keduanya.
Trisno sudah berangkat kerja. Ia menintipkan kosannya kepada Jams. Jams sekalian pamit pulang nanti sore.
Ia mengucapkan terima kasih kepada Trisno karena telah menjadi pahlawan bagi di tengah malam.
Trisno baik. Sebelum ia berangkat kerja tadi, dan usai keduanya menunaikan ibadah salat subuh, ia membelikan Jams sarapan. Bukan gudeg. Semacam nasi uduk tetapi berbeda dengan yang biasa Jams beli di dekat rumahnya.
Jams beberapa kali bertemu Trisno kalau di sedang pelatihan di Jakarta.
Pukul 09.00, Diana tiba di dekat kosan Trisno. Jams siap-siap. Mencari kunci kosan Trisno. Tidak ketemu. Jams menelepon Trisno. Tapi tidak diangkat. Mungkin ia sedang sibuk.
Jams memberi tahu Diana untuk sabar. Diana tidak merespons. Pikirnya, "Jangan-jangan dia 'marah' lagi." Ternyata tidak.
"Di kantong samping kulkas," jawab Trisno.