Syukurnya, Trisno sedang berada di kosannya. Jams lega. Akhirnya tengah malam menjelang pagi ini ia tidak luntang-lantung.
Jams segera berangkat ke kosan Trisno dengan memesan taksi di depannya.
Ia memberanikan diri membangunkan supir taksi itu yang sedang tidur. Cukup lelap. Sampai-sampai mulut dan matanya terbuka sedikit.
"Mau ke mana tengah malam begini, mas?" tanya supir taksi itu kepada Jams.
Lagi-lagi Jams merasa bersyukur, karena supir taksi itu mau mengantarnya ke kosan Trisno.
Kosan trisno, dengan kondisi tengah malam, menjadi tidak terlalu jauh. Tapi, kalau siang hari atau jelang sore, maka akan terasa jauh. Bahkan jauh sekali, karena jalan ke sana selalu macet.
Tidak lama Jams sudah sampai di kosan Trisno. Trisno tertawa. Menanyakan mengapa tengah malam begini ia keluyuran. Jams menepis.
Jams menceritakan kronologi mengapa ia pada akhirnya terdampar di kota orang. Trisno malah makin kencang tertawanya, karena tidak habis pikir kejadian itu. Jams pun demikian, tidak menduga bahwa akan terjadi.
Trisno juga kenal dengan Diana. Keduanya di cabang yang sama. Berbeda hanya desk. Trisno di outlet sebagai mekanik. Sedangkan Diana sebagai admin. Keduanya sudah sangat lama kenal. Bahkan sebelum kenal Jams.
*
Pesan singkat masuk ke handphone Jams. Dari Diana. Dia menanyakan keberadaaan Jams. Jams heran.