Keduanya akhirnya pulang.
Sebelum meninggalkan tempat makan itu, Aji menyampaikan pesan di telinga Dewi ---yang membuatnya sangat kaget, dan akhirnya menangis.
"Kita tidak perlu bertemu lagi kayaknya," tegas Aji.
Menurut Aji sudah jelas semuanya. Tidak lagi bisa diteruskan bagaimanapun caranya.
Cerita hidup Dewi, kata Aji, hanya ada di tangan orang tuanya. Bukan di tangan dirinya, karena Dewi dinilainya tidak dapat meyakinkan orang tuanya atas niat baik yang ia miliki.
Keduanya akhir berpisah. Di tempat makan itu. Tempat makan yang berada di bilangan Jakarta Timur. Tempat itu akan menjadi kenangan pahit Aji, dan juga Dewi.
Aji tetap mengantar Dewi pulang. Tapi kali ini, ia tidak mampir ke rumah Dewi. Tidak seperti biasanya, ketika mengajak Dewi keluar selalu mampir dan bertemu orang tuanya.
Dalam perjalanan, Dewi hanya menangis. Dewi merasa menyesal menceritakan apa yang diucapkan oleh orang tuanya. Sayang, nasi sudah menjadi bubur. Dewi mendapat konsekuensinya.
Aji hanya diam saja selama perjalanan. Tidak lagi riang seperti biasanya. Menggoda Dewi dan mengerjai Dewi dengan candaan-candaan konyol dan ngeselin.
Sepanjang jalan, suasana di dalam mobil menjadi "dingin". Dingin karena sikap Aji.
Aji sudah tidak mau tahu lagi soal Dewi. Ia benar-benar kecewan berat.