Iwan mau tidak mau "banting setir" untuk bisa terus melanjutkan kuliahnya. Kalau tidak, kuliahnya bisa-bisa terputus.
Ia "banting setir" dari yang hanya duduk diam, berharap transferan orang tua untuk membayar uang kuliah dan makan, menjadi supir "tembak" pribadi.
Iwan "banting setir" karena orang tuanya mengancam akan menghentikan pendanaan untuk kuliahnya. Masa kuliah Iwan semester ini mestinya selesai. Tapi kenyataannya tidak demikian. Di semester selanjutnya lah Iwan baru bisa menyelesaikan kuliahnya.
Ia "banting setir", karena dirinya dan kedua orang tua telah sepakat, bahwa masa kuliah untuknya hanya empat tahun. Lebih dari itu, Iwan harus cari biaya sendiri. Dan usia kuliah Iwan sudah memasuki tahun terakhir.
Orang tua Iwan menerapkan aturan itu karena bukan hanya dirinya yang dikuliahkan. Ada adik-adik Iwan. Mereka dua orang. Iwan empat saudara. Paling akhir perempuan. Masih SMP.
***
Pelanggan pertama Iwan adalah tetangga dekat indekosnya. Iwan ngekos bersama dua temannya satu kampus.
Iwan dimintai tolong tetangga dekatnya itu ke luar kota. Ke Bandung, Jawa Barat. Ke sana untuk menghadiri pernikahan keluarga.
"Besok pagi, jam 8, kamu sudah stand by ya, Wan?" pesan Lita, tetangga dekatnya yang usianya tidak jauh dengan Iwan.
Pesan Lita ke Iwan ditepati. Malah kurang pukul 8 pagi, Iwan sudah di depan rumahnya. Mengucapkan salam, dan diminta tunggu di terasnya. Iwan masuk. Duduk.
"Kamu udah sarapan, Wan?" tanya Lita.