Setelah makan, Iwan diberi tanda terima kasih---amplop putih. Di dalamnya berisi uang. Iwan diberi uang Rp300 ribu. Ia mengucap syukur.
***
Pelanggan kedua Iwan menyupiri keluarga temannya ke luar kota. Itu selang beberapa hari dari ia mengantar tetangganya ke Bandung. Iwan ke Surabaya.
Iwan menyanggupi. Di Surabaya juga tidak lama. Hanya dua hari. Di  sana acara pernikahan juga.
Iwan lebih memilih menyupiri ke luar kota daripada dalam kota. Alasannya, lebih seru dan berpengalaman ke daerah-daerah orang. Mirip seperti keluarga Lita, Iwan tak dianggap supir pada umumnya.
Kemiripan lainnya, Iwan juga ditanya-tanya soal kuliahnya. Iwan menjawab sama seperti keluarga Lita bertanya.
Begitu seterusnya, sampai Iwan mendekati kelulusannya. Banyak sudah pelanggan atau teman yang dibantu disupirinya. Kalau dihitung-hitung, dalam sebulan setidaknya ia bisa menerima jasa itu 3-4 kali. Dan semuanya ke luar kota.
Iwan merasa bersyukur dengan pengalaman "banting setir" ini. Dengan itu, ia akhirnya mampu meluluskan kuliahnya, walau tida tepat waktu seperti keinginan orang tuanya: empat tahun.
Iwan mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang mau mempekerjakannya sebagai supir "tembak" selama kuliah.
Iwan lulus kuliah 4,5 tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H