Suara pesan singkat di HP Soni (bukan nama sebenarnya) berbunyi. Ternyata dari Tiyo (bukan nama sebenarnya), kawannya, sekaligus seniornya, di sebuah organisasi kepemudaan.
Soni diminta datang menemuinya, untuk berbincang soal rencana deklarasi dukungan ke bakal salah satu pemimpin di negeri Antah. Soni mengiyakannya. Ia bersiap-siap. Memanaskan mesin kendaraannya sebentar---lalu berangkat.
"Buru-buru amat. Mau ke mana?" tanya isterinya berteriak, saat kendaraan Soni sudah mulai jalan melewati pagar rumah.
Soni tak sempat menjawab. Ia menghubungi isterinya setelah sampai di gedung organisai kepemudaan.
Tidak sampai 30 menit, Soni sudah sampai di gedung organisasi kepemudaan itu. Soni langsung mengirim pesan singkat ke isterinya, memberi tahu ke mana ia pergi.
Tiyo sudah menunggu di ruangannya. Tiyo tidak sendiri. Ada beberapa temannya yang ikut bergabung. Ada tiga orang, sehingga totalnya lima orang.
Sebelum ke inti pembicaraan, Soni diminta untuk memesan minum dan makanan ringan. Ia hanya memesan minuman saja. Pesan kopi hitam pahit.
Teman-teman Tiyo sudah lebih dahulu memesan minuman dan atau makanan.
Sambil menunggu kopi datang, Tiyo langsung membuka pembicaraan.
"Selamat datang semuanya. Terima kasih sudah mau datang," ia mengawali dan membuka pembicaraan, yang disambut anggukan kepala Soni dan yang lainnya.
Kata Tiyo, pertemuan ini adalah rapat. Rapat untuk rencana mendeklarasikan bakal calon pemimpin ke depan di negeri Antah. Perlu persiapan matang, kata dia.