Waktu menunjukkan pukul 11 malam. Ibo ingin pamit kembali ke tempat tinggalnya. Tapi merasa berat, karena melihat Eli masih terlihat sedih. Tapi tetap dilakukan.
Tony PergiÂ
Sejak malam itu, Ibo dan Eli tidak pernah lagi bertemu. Sekira enam bulan lamanya. Pun dengan Tony. Mungkin antara Eli dan Tony juga sama. Ibo dan Eli "bertemu" hanya lewat pesan singkat.
Eli tidak memberitahu di mana keberadaannya kepada Ibo. Eli hanya menjawab bahwa ia baik-baik saja dan sedang berada di tempat lain, bukan tempat tinggalnya, di mana Ibo dan Tony tinggal.
"Kamu tidak perlu khawatir. Saya baik-baik saja. Saya hanya ingin menyendiri sambil menghasilkan karya lagi," kata dia, kepada Ibo, lewat pesan singkat.
Ibo memahaminya. Ibo tidak menghubunginya dahulu. Khawatir mengganggu "bed rest"-nya.
Ibo menjalankan aktivitas seperti biasa. Eli juga. Tony pun juga.
Suasana sore hingga malam di tempat Ibo dan Tony tinggal menggeliat seperti biasa. Malam tetap ramai. Meriah. Banyak acara seni, di mana ketiga orang itu menyukainya. Bising kendaraan sesekali menyela keramaian. Publik figur lalu-lalang.
Tiba di suatu tempat, Ibo dan Tony bertemu. Tidak sengaja. Di tempat ramai. Di kafe. Keduanya kemudian duduk bersama. Ada empat orang selain keduanya. Semuanya "artis".
"Bo, kamu tahu kabar Eli? Saya sudah lama tidak komunikasi dengannya," tanya Tony mendesak, sembari memesan minuman kepada pelayan.
Ibo menjawab tidak tahu, sesuai dengan apa yang dipesan oleh Eli kepadanya.