Mohon tunggu...
Robi Firnando
Robi Firnando Mohon Tunggu... Penulis - Man Jadda Wajada

Tidak ada balasan kebaikan selain kebaikan pula (Ar-Rahman: 60)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Bukan Malaikat

18 Mei 2022   11:00 Diperbarui: 18 Mei 2022   11:01 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah kepulangan ku dari Jakarta, aku mendapatkan tawaran untuk bekerja sebagai seorang pendidik, ya tepatnya sebagai seorang guru di sekolah yang cukup ternama di daerah tersebut. Saat itu aku memang sedang tidak ada kegiatan yang mengikat dan mengharuskan ku melakukan kegiatan. Singkat cerita akupun menerima tawaran tersebut dengan berbagai pertimbangan saat itu, tentu dalam hal ini restu dari kedua orang tua bagi ku adalah nomor satu, hingga pada akhirnya orang tua merestui dan mendukung ku untuk menerima pekerjaan itu.

Aku di berikan waktu hanya sehari semalam untuk memikirkan tawaran yang di berikan tersebut hingga pada akhirnya aku menerima dan kemudian keesokan harinya aku diminta untuk datang ke sekolah melalui guru yang menawari ku pekerjaan ini, ya beliau dahulu ialah guru sekolah ku dahulu yang kini masih setia mengabdi di sekolah ku dahulu. Setelah menerima kabar, keesokan harinya aku sudah berpenampilan yang rapi dari rumah, wajar saja aku demikian mengingat ini adalah tahap wawancara apakah aku layak atau tidak untuk di terima. Pukul menunjukkan nol sembilan lebih dua puluh lima menit aku mendapatkan pesan dari WhatsApp yang mana isi pesan tersebut aku diminta untuk keruangan dan berjumpa dengan kepala sekolah beserta para wakilnya di sana, alhamdulillah aku pun di respon dengan baik dan di terima untuk menjadi bagian keluaraga di sekolah tersebut.

“Oh ini yang namanya Roman, siswa kita dahulu kan ini? Ya sudah, besok sudah mulai mengajar ya”. ucap kepala sekolah kepada ku di hadapan para wakil-wakilnya.

“Baik bu, terima kasih bu”. ucap ku sembari memberikan senyum dan menundukkan kepala kepada ibu kepala sekolah beserta wakilnya.

Kesan pertamaku sebagai seorang guru saat itu belum terlalu menggambarkan aku sebagai seorang guru, mengingat kala itu kondisi masih hangat di awal-awal masa pandemi covid-19. Jadi proses belajar mengajar saat itu dengan online dan kita memang hanya berkomunikasi dalam jaringan dengan melalui media WhatsApp, Google meet, Zoom dan Google classroom. Waktu terus berjalan tidak terasa sudah mulai hampir satu semester aku sebagai seorang guru, dan alhamdulillah semua berjalan lancar dengan alurnya. Memasuki semester dua, alhamdulillah kami sedikit di berikan kelonggaran untuk bisa bertemu dengan siswa-siswi disekolah walaupun masih terbatas yakni hanya perangkat kelas dari masing-masing kelas yang kami ajar, alhamdulillah kesan ku kali ini mulai menunjukkan bahwa aku ialah seorang guru yang mana kepribadiannya saat ini digugu dan ditiru.

Cukup banyak yang menarik dari kisah perjalanan ku selama menjadi seorang guru di sekolah tersebut, di antaranya aku di pertemukan dengan berbagai macam watak dan karakter dari guru-guru disana yang mana mereka ialah lain tidak bukan sekarang sebagai teman, sahabat dan kawan ku sesama mengajar, bahkan dahulunya aku seorang siswa bagi beberapa guru ku di sana kini aku menjadi rekan kerja bagi mereka di sekolah. Alhamdulillah aku sangat bersyukur sekali bisa di pertemukan dengan mereka dan beberapa guru lainya dengan kondisi yang berbeda. Alhamdulillah.

Tidak terasa waktu terus berjalan, mengajak ku pada perkenalan setiap insan. “Ah begitu cepat waktu berlalu”. ucapku dalam hati.

Hampir satu tahun perjalanan ku di sekolah menjadi seorang guru disana, banyak pengalaman baru yang ku dapat sebagai sebagai seorang guru, kini tugas dan kewajiban ku sebagai seorang guru juga terus ku asa. Memang tidak mudah untuk mendidik anak-anak bangsa yang mempunyai karakter berbeda-beda, ya inilah Indonesia dengan semboyannya Bhinneka Tunggal Ika berbeda-beda tapi tetap satu jua. Tujuan mulia seorang guru ialah berusaha dan terus berusaha memberikan yang terbaik untk siswa-siswi nya dimanapun berada, inilah pahlawan tanpa tanda jasa yang sebenarnya. Sungguh aku merasa bangga dengan amanah yang ku emban saat ini, ini merupakan ladang amal dan pahala bagi ku yang mana tidak semua orang mempunyai kesempatan seperti ini. Alhamdulillah.

Oh, iya aku hampir saja lupa kalau cerita ini ku buat untuk seorang sahabat, teman sekaligus kawan yang pertama ku kenali saat dia datang kesekolah menemui guru yang sama, diruang yang penuh sejarah, ya guru yang ku maksud itu ialah guru yang ku ceritakan diawal. Hmm, ternyata dia dahulunya pernah menjadi mahasiswi magang di sekolah ini, singkat cerita kala itu hanya tegur sapa biasa saja antara aku dan dia. Ya, namanya juga belum saling mengenal. Harap maklum saja.

Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata dia yang ku maksud ini sebagai sahabat, teman dan kawan kini menjadi guru baru disekolah, sama seperti ku namun aku lebih dahulu darinya masuk, hanya beda beberapa bulan saja jarak kami sebagai penyandang status guru baru disekolah. Singkat cerita, dengan seringnya bertemu di sekolah maupun diruangan serta orang yang rajin kita temui  juga sama, akhirnya masing-masing kita mulai memberanikan diri untuk mengobrol dan tegur sapa saat berjumpa, kemudian bercerita latar belakang pendidikan dari mana, tahun lulus kuliah nya tahun berapa dan lain sebagainya. Ternyata, kita sama-sama dari satu almamater perguruan tinggi, hanya saja kita berbeda fakultas dan jurusan.

Setelah masing-masing kita sudah mulai cukup akrab bahkan sudah berani untuk saling tolong menolong dalam kebaikan baik itu mengurus berkas-berkas sebagai guru baru maupun tugas lainnya, dalam hal ini aku cukup sering bertanya apa-apa saja bahan-bahan yang harus dipersiapkan dalam mengajar padanya mengingat dia memang cukup handal dalam mempersiapkan itu semua. Ya, alhamdulillah kita akhirnya kian semakin lebih bersahabat mengingat aku juga orangnya cukup humoris dan dia juga bisa menyesuaikan akhirnya kitapun terus semakin akrab. Hmm, sekedar informasi memang dia orangnya baik, saking baiknya dia cukup sering bawakan jajanan untuk kita makan di ruangan.

Semakin kesini kami semakin terus akrab, tidak hanya disekolah saja keakraban kami tunjukan tetapi juga di luar sekolah, tetapi di luar sekolah kita tetap menunjukan sikap akrab itu dengan baik. Di tengah hubungan kita yang semakin dekat, aku selalu berusaha menunjukan sikap professional sebagai seorang sahabat, teman dan kawan baginya jangan sampai nanti ada anggapan yang tidak-tidak di luar sana, namun ternyata dugaan ku benar, di luar sana sudah cukup banyak guru-guru lain membicarakan kedekatan kami bahkan ada yang beranggapan bahwa kami ada hubungan spesial. Tapi akhirnya kita sama-sama dewasa menanggapi semua itu, hubungan yang ada antara kita hanya sebatas sahabat, teman dan kawan. Apa yang dibicarakan orang-orang diluar sana memang tidak bisa kita tahan, yang bisa kita lakukan ialah menyumbat dengan tebal kuping kanan dan kuping kiri. Karena setiap orang punya hak untuk berpendapat, walaupun kadang pendapat yang mereka utarakan cukup meresahkan, mengingat apa yang mereka lihat dan pikirkan belum tentu sesuai dengan apa yang terjadi.

Waktu kembali berjalan dengan sesuka hatinya dengan membawa cerita kami begitu cepat, menyisakan banyak cerita di antara aku dan dia. Di antara banyak cerita itu aku hanya ingin mengatakan bahwa dia selalu benar dan apabila dia salah tetap saja dia benar, dan dia tidak boleh kalah. Lucu bukan kisah ini? Hmm, ku rasa sebagian orang mengatakan benar, karena wanita selalu benar. Hihi

Tapi, tunggu dulu aku tidak kebayankan seperti orang-orang lainnya aku cukup berbeda, perbedaan inilah yang membuat kami sampai dengan saat ini antara aku dan dia yang ku anggap sebagai sahabat, teman dan kawan masih terjalin komunikasi yang baik, yah walaupun kadang-kadang atau mungkin bagi dia aku memang menyebalkan tapi aku juga sebaliknya mengatakan begitu kalau dia juga menyebalkan. Contohnya saja, bila dia bertanya aku jawab, tapi kadang dia menilai jawaban dari ku itu baginya kadang membuat dia merasa tersinggung, padahal aku hanya menjawab sesuai dengan apa yang dia tanya, yah walaupun kadang aku sengaja membuatnya merasa kesal, tapi sungguh semua yang ku lakukan tidak ada sama sekali niatan untuk membuat dia merasa tersinggung, ya namanya juga manusia tidak ada yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Dia (Tuhan) tentu saja aku bukan Tuhan, laki-laki biasa yang selalu salah dimata dia, yah dia yang ku maksud adalah wanita. Hehe

Dari kisah perjalanan ku sampai dengan saat ini bersama dia, yah dia yang kadang menyebalkan tapi sesungguhnya dia itu sangat baik, bahkan aku saja merasa kadang tidak sebaik dia bahkan mungkin jahat bagi dia, aku bersyukur bisa mengenalinya. Aku juga berharap dia juga bersyukur bisa mengenaliku karena aku tidak kebanyakan seperti orang-orang lainnya atau mungkin seperti sahabat, teman dan kawan dia kebanyakan. Bisa saja saat ini yang bisa memahami dan menghadipi dia hanya aku, hihi. Tapi aku sadar aku bukan orang baik, bahkan aku jauh dari kata baik dibandingkan dia yang sangat baik kepadaku, sekali lagi aku hanya hamba, manusia biasa yang bukan malaikat yang tidak pernah berbuat salah, karena memang malaikat diciptakan hanya untuk beribadah dan taat padaNya. Sungguh, mungkin aku tak akan mampu membalas segala kebaikkannya kepada ku, namun aku mendo’akan semoga Allah (Tuhan) membalas segala kebaikan yang telah dia lakukan kepadaku. Aamiin....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun