Alhamdulillah anak-anak terlihat senang dengan wisata kali ini, tak lupa kami belanja oleh-oleh buat rekan-rekan dan teman-teman anak kami. Karena hotel kami disekitar China Town, kalau malam ramai dengan pedagang di pinggir jalan seperti kota pecinan di Jakarta kota.
Tiba saatnya kami kembali ke tanah air bumi pertiwi yang kami cintai, walau negara lain lebih indah tetap bagi kami negeri kami jauh lebih indah. Kami kembali dengan pesawat Malindo dan mendarat dengan selamat di Bandara Soeta pukul 10.15 wib.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah yang telah memberikan kami rejeki, sehingga kami bisa menyenangkan hati anak-anak kami.
Namun dua bulan kemudian, di akhir bulan Maret 2020 kami harus menerima kenyataan bahwa adanya virus yang merebak di negara Tiongkok China tepatnya di kota Wuhan, tidak hanya pada kesehatan manusia namun juga memporak porandakan segala aspek kehidupan baik aspek ekonomi, agama dan pendidikan.
Kami sebagai pengelola di lembaga pendidikan benar-benar harus memikirkan bagaimana cara mendidik anak-anak yang kegiatannya di tutup sementara. Karena pemerintah melalui menteri kesehatan mengeluarkan himbauan untuk melaksanakan semua kegiatan di rumah. Bekerja dari rumah, ibadah dirumah dan belajar pun di rumah.
Dengan merubah strategi pembelajaran dari memberi tugas atau LKS, kini merubah dengan membuat tutorial pembelajaran lewat aplikasi yuotube, zoom meeting, google class room dan lainnya yang terjangkau dengan siswa dan orang tua.
Juga jadwal sidang tesisku yang seharusnya bulan April terlaksana akhirnya diundur sampai batas tak menentu. Sekolah pun saat ujian anak-anak mondar mandir ambil soal untuk dikerjakan di rumah, benar-benar kurang kondusif pikir saya. Karena ujian yang dilakukan di rumah sudah pasti kurang pengawasan, dan pasti ada bantuan dari orang tua.
Sedangkan dari finansial lembaga kami sebagai pengelola tidak ada pemasukan karena para orang tua juga mengalami kesulitan dan mereka berpikir anak-anak tidak ada yang kesekolah.Â
Padahal kami harus tetap membayar kewajiban kami pada guru. Ada juga orang tua yang mau bayar tapi minta dikurangi totalnya. Kamipun dengan penuh kebijakan mengurangi jumlah iuran yang seharusnya di bayar.
Tabungan anak-anak untuk biaya ujian dan perpisahan pun kami pulangkan semua karena permintaan para orang tua, dengan alasan tidak ada ujian. Padahal walau tidak ada ujian guru tetap bikin soal dan menggandakan, yah begitulah karena ekonomi yang mengalami perubahan dan kemerosotan uang sebesar apapun akan di minta.
Guru yang merasa berhak membantu yayasan ternyata malah mengakibatkan salah pengertian sehingga terjadi kesalah fahaman. Hal ini bagi saya sangat menyakitkan menyangkut nama baik yayasan dan demi nama baik tersebut kami mempertaruhkan dengan mengembalikan semua tabungan siswa kelas enam sebesar Rp.99.000.000.-. Dengan berharap agar nama baik yayasan tetap berkwalitas.