Mohon tunggu...
Siti Robiatul Adawiyah
Siti Robiatul Adawiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Anak Usia Dini

11 Desember 2024   10:28 Diperbarui: 11 Desember 2024   13:53 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh : Kesehatan mental anak terganggu

PENDAHULUAN
Dalam era pertumbuhan yang cepat dalam teknologi informasi dan komunikasi, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan kita sehari-hari. Ini merujuk pada beragam situs dan aplikasi yang beroperasi melalui teknologi internet. Teknologi ini memungkinkan penggunanya untuk terhubung dengan berbagai orang, baik mereka yang dikenal maupun yang belum pernah ditemui sebelumnya, Platform seperti YouTube, Instagram, TikTok, dan Facebook Media sosial tidak hanya populer di kalangan orang dewasa, tetapi juga semakin sering diakses oleh anak-anak, termasuk mereka yang masih usia dini. Perkembangan ini menimbulkan berbagai pertanyaan dan kekhawatiran tentang dampak media sosial terhadap perkembangan anak-anak pada usia yang sangat kritis dalam kehidupan mereka.

Anak prasekolah, yang seringnya berada dalam rentang usia 0 hingga 6 tahun, berada dalam fase perkembangan yang sangat cepat dan penting. Periode ini sering dianggap sebagai masa keemasan karena anak-anak Pada periode ini, perkembangan berkembang pesat di beragam aspek. Tahap ini memiliki signifikansi penting karena menjadi saat di mana fungsi fisik dan psikis mencapai kematangan dan siap untuk menanggapi berbagai rangsangan dari lingkungan sekitarnya, mereka mulai membangun fondasi keterampilan kognitif, emosional, sosial, dan fisik yang akan mempengaruhi kehidupan mereka di masa depan. Stimulasi yang mereka terima dari lingkungan sekitar, termasuk dari media sosial, dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap perkembangan mereka, penting untuk memahami dampak interaksi dengan media sosial terhadap anak-anak pada masa awal perkembangan ini.

Perkembangan merupakan transformasi terstuktur atau berkesinambungan yang memiliki kelanjutan dalam individu seseorang sejak lahir hingga akhir usianya. Setiap orang pasti mengalami perubahan tersebut, terutama sejak lahir hingga dewasa. Sistematis artinya pembangunan dalam yang memilki arti normal nampaknya terus menerus. Perkembangan yang progresif menandakan evolusi yang terjadi secara bertahap menuju kondisi yang dianggap ideal. Keberlanjutan, di sisi lain, menunjukkan pemeliharaan kemajuan dalam tingkat optimal yang dapat dicapai.

Media sosial menawarkan banyak potensi manfaat bagi anak-anak. Konten edukatif yang tersedia di berbagai platform dapat membantu dalam pembelajaran dini, memperkenalkan konsep-konsep baru, dan meningkatkan keterampilan bahasa dan kognitif, Video-video yang interaktif dan kreatif dapat merangsang imajinasi dan kreativitas anak-anak. Selain itu, media social, Selain itu, dapat berkontribusi pada pengembangan keterampilan sosial anak-anak mereka melalui interaksi virtual dengan keluarga dan teman-teman. Namun, di sisi lain, media sosial juga membawa berbagai risiko yang perlu diperhatikan. Paparan berlebihan terhadap layar dan konten yang tidak sesuai dapat mengganggu perkembangan kognitif dan emosional anak. Anak-anak dapat mengalami gangguan tidur, penurunan kemampuan konsentrasi, dan bahkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan stress, Kurangnya aktivitas fisik akibat menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar juga bisa berdampak buruk perkembangan fisik mereka.

Mengelola penggunaan media sosial pada anak usia dini menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua dan pengasuh. Diperlukan pendekatan yang bijaksana untuk memastikan bahwa anak-anak dapat mengambil manfaat dari media sosial sambil meminimalkan dampak negatifnya. Meskipun media sosial menawarkan peluang untuk pembelajaran, kreativitas, dan interaksi sosial, juga ada risiko yang perlu diwaspadai, seperti paparan konten yang tidak sesuai atau pengaruh terhadap kesehatan mental. Pengawasan yang ketat, pemilihan konten yang tepat, serta pengaturan waktu layar yang sehat adalah beberapa langkah yang bisa diambil untuk mencapai tujuan ini. Dengan penguasaan yang lebih baik tentang peran media sosial dalam kehidupan anak-anak, kita dapat membantu mereka tumbuh dan berkembang secara seimbang di era digital ini. Dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat memastikan bahwa anak-anak kita memanfaatkan potensi positif media sosial sambil menjaga keseimbangan dan keamanannya.

PEMBAHASAN

PENGERTIAN MEDIA SOSIAL DAN PERKEMBANGAN ANAK

media sosial adalah alat yang dipakai oleh individu untuk menyebarkan teks, gambar, audio, video, dan informasi kepada individu lainnya. Sementara menurut Taprial, media sosial merupakan platform yang digunakan individu untuk berinteraksi atau bersosialisasi secara daring dengan cara membagikan konten media, berita, foto, dan sebagainya.

Secara lebih umum, media sosial adalah proses interaksi antara individu melalui pembuatan, berbagi, pertukaran, dan modifikasi gagasan atau ide melalui komunikasi atau jaringan virtual. Ini memberikan berbagai bentuk komunikasi dan informasi kepada pengguna.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak dijelaskan sebagai "keturunan kedua atau seseorang yang masih sangat muda”. Dari definisi di atas, anak merupakan generasi kedua dari manusia kecil. Perubahan yang terus menerus adalah bagian dari perkembangan. Semua hal secara bertahap berubah. Perkembangan merupakan proses perubahan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, yang dialami oleh individu sepanjang rentang kehidupannya, mulai dari tahap konsepsi hingga dewasa, meliputi masa-masa seperti bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dan dewasa. Dari penjelasan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa perkembangan adalah hasil dari serangkaian perubahan yang berkelanjutan sepanjang kehidupan seseorang (Nuryanti, 2008).

PENGARUH POSITIF DAN NEGATIF MEDIA SOSIAL TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Media sosial dapat menjadi sumber pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif bagi anak. Mereka memiliki akses terhadap konten pendidikan yang merangsang perkembangan kognitif dan kreativitas mereka. Namun, keberagaman konten juga membawa risiko terpaparnya konten yang tidak sesuai usia anak. Paparan kekerasan, bahasa kasar, atau, materi yang kurang sesuai dapat menghambat perkembangan emosional dan perilaku anak. Lebih lanjut, menghabiskan waktu berlebihan di media sosial dapat mengacaukan pola tidur anak-anak merupakan aspek penting bagi perkembangan fisik dan kesehatan mereka. Dampak media sosial pada anak usia dini juga melibatkan peran guru dalam pendidikan formal. Media sosial dapat menjadi alat tambahan bagi guru untuk mendukung pembelajaran di kelas. Guru dapat menggunakan platform media sosial untuk menyediakan konten tambahan, memfasilitasi diskusi, dan memberikan umpan balik kepada siswa. Peran guru tidak hanya sebatas mendukung pemanfaatan media sosial untuk keperluan pembelajaran dapat disertai dengan memberikan pendidikan kepada siswa mengenai penggunaan media sosial yang bertanggung jawab dan aman. Peran guru dalam mengelola dampak media sosial terhadap anak-anak kecil memiliki tingkat penting yang tinggi. Mereka mampu memberikan pemahaman yang lebih dalam kepada siswa tentang risiko dan manfaat media sosial dan memberikan panduan tentang cara mengelola penggunaan media sosial secara sehat. Selain itu, guru dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan utama dalam mengevaluasi informasi yang mereka temui di media sosial.

Aditya R. menyatakan bahwa penggunaan media sosial mempengaruhi pemahaman dan pembelajaran teknologi. Pengaruh media sosial terhadap dunia pendidikan yang positif dan negatif, yaitu seperti berikut:

1.Mendapatkan dan Meningkatkan Pengetahuan

Salah satu dampak utama media sosial dalam konteks pendidikan adalah memberikan fasilitas bagi siswa untuk mendapatkan dan memperluas pengetahuan mereka. Melalui media sosial, siswa memiliki kesempatan untuk mencari dan menjelajahi berbagai informasi yang relevan dengan proses pembelajaran. Tambahan pula, platform ini membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menyerap informasi yang telah mereka peroleh sebelumnya.

2.Pengenalan dan Pembelajaran Teknologi

Dampak lain dari media sosial dalam pendidikan memfasilitasi siswa untuk mengenal dan memahami teknologi. Ini terjadi karena perkembangan yang pesat dalam teknologi informasi dan komunikasi, yang mendorong siswa untuk lebih mengenal dan memahami teknologi. Dikarenakan siswa sering menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, maka menjadi penting bagi mereka untuk memahami dan mempelajarinya lebih lanjut.

3.Mengembangkan Keterampilan dan Bakat yang Dimiliki

Media sosial berperan besar dalam mengembangkan keterampilan seseorang. Misalnya, seorang anak yang memiliki bakat bernyanyi bisa merekam video dirinya, mengunggahnya ke media sosial, dan membagikannya kepada teman-teman serta publik. Melalui media sosial, bakat tersebut dapat dengan cepat ditemukan oleh produser ternama, yang kemudian mungkin akan mengajaknya untuk merekam album atau mengikutsertakannya dalam kompetisi pencarian bakat.

4.Menggali Kreativitas

Media sosial hadir dalam beragam bentuk, memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kreativitas mereka. Sebagai contoh, siswa yang memiliki bakat menulis dapat membuat blog pribadi untuk memperdalam kemampuan menulisnya. Melalui blog, siswa atau siapa pun dapat mengekspresikan gagasan, pandangan, dan pendapat mereka tentang berbagai permasalahan.

5.Mengurangi Kemampuan Komunikasi Tatap Muka

Keberadaan media sosial memiliki dampak besar terhadap pola komunikasi antar manusia, terutama dalam komunikasi interpersonal. Contoh bagaimana media sosial memengaruhi pola interaksi personal juga merupakan contoh bagaimana media sosial mempengaruhi interaksi personal. Walaupun media sosial dapat membantu siswa pemalu berkomunikasi dengan orang lain, efek sampingnya adalah dapat memengaruhi keterampilan komunikasi tatap muka. Jika siswa pemalu terlalu sering menggunakan media sosial untuk berinteraksi dan berekspresi, mereka mungkin merasa terisolasi dalam kehidupan nyata dan bahkan bisa mengalami peningkatan kecemasan dalam komunikasi karena takut bertemu langsung dengan orang lain.

6.Kerusakan kesehatan

Penggunaan media sosial yang berlebihan oleh pelajar dapat memberikan dampak negatif pada kesejahteraan mereka. Menyita waktu yang panjang untuk terusmenerus terhubung dengan media sosial tanpa memperhatikan batas waktu dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik seperti masalah mata, rasa sakit pada bagian punggung, dan bahkan meningkatkan risiko kesehatan serius karena terlalu lama dalam posisi yang sama. Masih segar dalam ingatan kita adalah kabar seorang pria meninggal setelah duduk berjam-jam tanpa henti bermain game online.

Contoh : Kesehatan mental anak terganggu
Contoh : Kesehatan mental anak terganggu

7.Kurangnya Kewaspadaan dan Kehati-Hatian

Media sosial memfasilitasi siswa untuk membangun jaringan pertemanan dengan siapa pun, namun memiliki banyak koneksi tidak selalu bermanfaat, terutama dalam lingkungan daring. Perlu diingat bahwa tidak semua profil media sosial adalah autentik, karena ada banyak akun palsu yang beredar di internet. Ini menjadi peringatan bagi siswa untuk lebih waspada, karena banyak kasus penipuan atau tindakan kriminal yang berawal dari interaksi di dunia maya. Ketergantungan pada pencarian teman dan interaksi online dapat membuat siswa kehilangan kewaspadaan dan kehati-hatian terhadap potensi bahaya yang mungkin terjadi.

Contoh: Anak kecanduan melihat media sosial dari belita  berlebihanhttps://banjarmasin.tribunnews.com/2018/12/01/kecanduan-main-handphone-dari-usia-ba
Contoh: Anak kecanduan melihat media sosial dari belita  berlebihanhttps://banjarmasin.tribunnews.com/2018/12/01/kecanduan-main-handphone-dari-usia-ba

Contoh: Pengunaan HP atau Media sosial berlebihan mengakibatkan dampak kesehatan fisik 
Contoh: Pengunaan HP atau Media sosial berlebihan mengakibatkan dampak kesehatan fisik 

8.Mengurangi Interaksi Sosial di Kehidupan Nyata

Manusia secara alami adalah makhluk sosial yang membutuhkan kontak dan koneksi dengan sesama untuk keberlangsungan hidupnya. Dengan kemunculan media sosial sebagai wadah komunikasi modern, individu, termasuk siswa, memiliki kemungkinan untuk berkomunikasi dengan individu dari berbagai belahan dunia meningkat. Namun, semakin lama Anda menghabiskan waktu berinteraksi secara daring, semakin terbatas waktu Anda untuk berinteraksi secara langsung dengan orang secara tatap muka di kehidupan nyata. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan memahami bahasa tubuh. Memberikan stimulasi dan membentuk tumbuh kembang kepada anak.

Pentingnya pengawasan orang tua dan pendidik dalam mengelola penggunaan media sosial anak menjadi semakin penting. Sebagai orang tua penting untuk melakukan pengawasan yang ketat terhadap konten yang diakses oleh anak-anak. mereka dan memberikan panduan yang jelas mengenai perilaku aman dan etis di Internet. Selain itu, mereka juga harus memperhatikan manajemen waktu pemakaian perangkat untuk memastikan anak-anak memiliki keseimbangan yang baik antara penggunaan media sosial dan aktivitas offline yang penting bagi perkembangan mereka. Namun menurut penulis, hal ini bukan hanya tanggung jawab orang tua. Pembuat konten dan platform media sosial juga memiliki tanggung jawab etis untuk menyediakan konten yang aman, bermanfaat, dan sesuai usia bagi pengguna anak-anak. Mereka harus mengambil langkah-langkah untuk membatasi paparan anak-anak terhadap konten yang tidak pantas dan mendorong penggunaan media sosial yang memiliki tanggung jawab dan dampak positif. Peran pemerintah juga krusial dalam memberikan peraturan dan panduan yang jelas mengenaiperlindungan anak di ruang digital. Ini termasuk regulasi terkait dengan privasi data anakanak, kontrol orang tua, dan tindakan yang harus diambil terhadap konten yang melanggar atau merugikan anak-anak.

Contoh: (Pengawasan orang tua terhadap anak menggunakan HP) https://www.fimela.com/parenting/read/4028091/hati-hati-ini-5-tanda-anak-yang-kecanduan-ga
Contoh: (Pengawasan orang tua terhadap anak menggunakan HP) https://www.fimela.com/parenting/read/4028091/hati-hati-ini-5-tanda-anak-yang-kecanduan-ga

Menurut (Anak & Dini, 2020) Pemanfaatan media sosial seperti YouTube dalam bentuk video mungkin bisa menjadi langkah yang tepat. Namun, pentingnya peran orang tua dalam memantau dan mengendalikan penggunaan media sosial oleh anak-anak, termasuk YouTube, tidak dapat diabaikan. Dilihat dari terdapat tiga gaya pola asuh yang umumnya dikenal, yakni pola asuh partisipatif, pola asuh otoriter, dan pola asuh laissezfaire. Pola asuh partisipatif lebih condong memprioritaskan kepentingan anak dengan pendekatan yang rasional, sementara pola asuh otoriter menegaskan aturan dengan ketat. Di sisi lain, pola asuh laissez-faire cenderung memberikan anak kebebasan tanpa pengawasan yang memadai. Peran orang tua memiliki signifikansi yang krusial dalam mengawasi serta membimbing anak-anak mereka dalam menggunakan media sosial seperti YouTube ditekankan. Tanpa pengawasan yang memadai, anak mungkin akan kesulitan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Dengan mengkolaborasi upaya orangtua, guru, pemerintah, serta pembuat konten dan platform media sosial, kita Mampu membentuk lingkungan yang aman, mendukung, dan memberi manfaat bagi pertumbuhan anak pada usia dini. Hanya dengan bekerja sama dari semua tingkat kita dapat memastikan bahwa anak-anak kita dapat mengambil maanfaat maksimal dari teknologi digital dengan tetap dilindugi dari resiko yang mungkin terjadi (Sit, 2015).

KESIMPULAN

Media sosial memiliki peran besar dalam membentuk lingkungan informasi dan interaksi bagi anak usia dini. Mereka dapat mengakses materi pembelajaran yang merangsang perkembangan kognitif dan kreativitas. Namun, keberagaman konten juga membawa risiko paparan konten yang tidak sesuai usia, yang dapat mengganggu perkembangan emosi dan perilaku mereka. Penggunaan media sosial secara berlebihan bisa mengganggu kesejahteraan fisik dan pola tidur anak-anak serta memengaruhi keterampilan berkomunikasi tatap muka. Karena itu, peran guru dan orang tua sangatlah krusial dalam mengelola efek media sosial pada anak-anak usia dini. Mereka harus memberikan pembelajaran dan arahan mengenai penggunaan media sosial yang bertanggung jawab, sekaligus membantu anak-anak memperoleh keterampilan untuk mengevaluasi informasi yang mereka temui di platform tersebut. Perlunya kerjasama antara orang tua, guru, pembuat konten, platform media sosial, dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang aman, mendukung, dan bermanfaat bagi perkembangan anak usia dini dalam era digital.

DAFTAR PUSTAKA

Anak, K., & Dini, U. (2020). Article History Received : 5/04/2020.

Anak, K., & Dini, U. (2020). Article history received: 5/04/2020.

Bou-Hamad, I. (2020).The impact of social media usage and lifestyle habits on academic achievement: Insights from a developing country context. Children and Youth Services Review, 118. https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2020.105425

Carthy, C. M. M. (2022). The influence of unhealthy food and beverage marketing through social media and advergaming on diet-related outcomes in children—A systematic review. Obesity Reviews, 23(6). https://doi.org/10.1111/obr.13441

Dr. Masganti Sit, M. A. (2015). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini Edisi Pertama. In Yogyakarta: Gava Media.

Handayani, F., & Maharani, R. A. (2022). Pengaruh penggunaan media sosial terhadap perkembangan anak usia sekolah dasar. Jurnal Pendidikan, 6, 11362–11369.

Koniakou, V. (2022). CHILDREN AND ADOLESCENTS’ CONSUMER BEHAVIOUR: ONLINE SHOPPING AND SOCIAL MEDIA INFLUENCE FOLLOWING THE COVID-19 ERA. International Conference on Information Systems, ICIS 2022: “Digitization for the Next Generation.”

Korte, A. (2020). Accelerated living environment – Children and adolescents growing up in the here and now: How social media, online games and changes in the socialization field school influence mental development. Monatsschrift Fur Kinderheilkunde, 168(8), 715–729. https://doi.org/10.1007/s00112-020-00928-6

Lozano-Blasco, R. (2023). Social media influence on young people and children: Analysis on Instagram, Twitter and YouTube. Comunicar, 30(74), 117–128. https://doi.org/10.3916/C74-2023-10

Masganti Sit, M. A. (2015). Psikologi perkembangan anak usia dini (Edisi pertama). Yogyakarta: Gava Media.

Nuryanti, L. (2008). Psikologi anak. Jakarta: Indeks, 17–45.

Nuryanti, L. (2008). Psikologi anak. Jakarta: Indeks, 17–45.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun