Mohon tunggu...
Anna Skl
Anna Skl Mohon Tunggu... -

Selalu belajar dan berbagi dalam mengharap RahmatNya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Atas Jembatan Waktu

25 Oktober 2018   06:27 Diperbarui: 25 Oktober 2018   08:35 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari jendela dapur keamati pepohonan.

Dedaunan kering menggravitasi, terhampar kebumi bak permadani surya, kuning keemasan.

Sementara dedaunan lain masih bertahan, memeluk erat ranting ranting kerontang.

Takut akan  kejam mistral yang menerjang ganas.

Tetiba, alunan musik lagu 'Oh darling'  membahana, menandakan panggilan dari mu via selularku.

 Sedang dimana,  tanyaku sedikit cemburu.

 Jalan jalan dihatimu  rayuan celotehmu.

Oh,,,yang disebelah  mana? kembali kubertanya dengan nada penasaran.

 Ditepi sungai yang penuh bebatuan  jawabmu di barengi renyah tawa.

 Hhhmmm,,,panjang nian sungainya. Akan kucoba menjumpai dirimu menggunakan canoe buat menelusuri sungai itu  niatku dalam kata.

 Sungguh ?  Desahmu.

 Sungguh!  yakinku.

Bila kau temui namamu namaku di salah satu bebatuan kali, aku tak jauh dari situ menunggumu

kembali kudengar tawamu, menggoda.

Hatiku di hatimu. Mungkinkah?

Hempasan bayu membentak lamunanku melalui klik klak jendela yang tadi kubuka.

Dingin menjalar keseluruh ruangan.

Kutututp rapat jendela itu.

Musim gugur yang kembali bertamu untuk kesekian kalinya.

Sebelumnya tak pernah kugubris hadirnya, hingga kumengenalmu. 

Kuhitung dalam angan musimmu musimku.

Ah,,,engkau masih pagi menjelang tengah hari, sementara diriku sudah melewati waktu Duhr.

 Aku tak peduli  berkali kamu konfirmasi dalam tuturmu.

 Apa arti ke tak pedulian dan hingga kapan?  Desir pikiranku menggelitik valva aliran darah menuju serambi jantungku.

Kupandangi jam dinding yang selalu menjalankan tugasnya dengan riang , tik,,,tak,,,tik,,,tak.

Perlukah merisaukan perbedaan waktu?

Sempat ia berputar keliling dibenakku dan masih kembali menari dengan gemulainya.

Mungkin kita harus membangun jembatan penyeberang.

Sanggupkah?

Bangkit dan semangat demi suatu harapan tangguh.

Pada selang waktu, aksaramu aksaraku terjalin terkelindan.

Lihat,,,jembatan itu terwujud kokoh.

Kau awali berjalan dari seberang sana, tanah permai  gugusan kepulauan.

Perlahan kuberanikan diri melangkah dalam tulus dan hati hati dari benua biru.

Diatas jembatan waktu kita bertemu.

Ohhhh,,,bukan hanya waktu kita berbeda. Dalam banyak hal !!!

Tapi,,,tunggu,,,jangan pergi dulu.

Ada juga kesamaan kita.

Ya betul,,,ada,,,

Kamu aneh, aku juga aneh.

Kamu pemimpi, aku pikir aku juga.

Kamu pengelana, aku juga. 

Aku punya kunci  untuk masuk ke dunia cita cita

Rangkaian enam aksara ,,,  Berdoa

Semoga Sang Pengatur waktu memberkati kita dalam menjalankan amanahNya.

Siapa tau niat luhur yang terpendam selama ini dapat terealisasi.

Jangan lagi risau.

KeputusanNya, apapun itu, pasti yang terbaik buat kita.

Melalui transparansi jendela tertutup kuamati tarian rerantingan

melenggok kekanan melenggok kekiri.

Bukan lagi semilir bayu yang membelai pepohonan

Hempasan demi hempasan hembusan angin

Dingin cuaca tak lagi kurasakan. 

Malam tadi pemanas rumah telah kunyalakan.

Multi warna nan mempesona memadati panaroma alam pedesaan 

Walau banyak juga rimbun dedaunan hijau yang terus menggelayuti dahan dahan

Masih pagi disini. Kureguk teh hijau kesukaanku. 

Dimana kau minum kopimu siang ini?

Anna Skl, 25 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun