Mohon tunggu...
robi kurniawan
robi kurniawan Mohon Tunggu...

https://robikurnia1.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kuliah ke Luar Negeri bersama Keluarga? Inshaa Allah Bisa!

22 Mei 2016   04:19 Diperbarui: 22 Mei 2016   07:47 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si Bocah Selepas Sekolah

Setidaknya kami perlu berangkat pukul 8 agar cukup waktu mengantar kedua bocah ke sekolahan masing-masing. Sebelum berangkat kuliah, kami mengantar anak-anak ke sekolahan masing-masing. Jarak antara asrama dengan sekolah mereka kurang lebih 3 km. Jarak antara TK dan kampus kami 2 km. Karena di Jakarta saya terbiasa menggunakan sepeda ke stasiun, jarak ini masih genjotable. Sepeda dapat digunakan saat cuaca cukup hangat dan tidak hujan.

Saat akhir musim gugur sampai awal musim dingin, kami menggunakan transportasi umum. Konsekuensinya waktu tempuh yang lebih lama. Saat puncak musim dingin, cuaca di kota kami bisa mencapai minus enam derajat celcius. Suhu ini setara dengan freezer kulkas untuk membuat es batu.

Membagi waktu agar seimbang antara pendidikan anak, mengurus rumah, kebutuhan pribadi, serta tuntutan kuliah adalah tantangan bagi kami. Kalau membaca referensi manajemen waktu jawabanya sih mudah: planning dan organizing.

Tapi bagi yang punya anak tentu mafhum, bahwa planning sebaik apapun dapat kandas seketika. Bagaimana seorang balita dan anak TK disuruh memahami jadwal deadline ayah dan praktikum ibunya? Malah, beberapa kali si kecil sakit di hari yang sama saat kami ada ujian dan presentasi.

Skill utama yang harus ditingkatkan oleh para ortu, apalagi yang sama-sama kuliah seperti kami adalah kemampuan berimprovisasi dan tetap bersikap tenang menjelang deadline sekalipun. Selain sabar tentu saja J

Bersekolah dengan membawa 2 anak yang masih kecil memang tidak mudah. Menurut saya, tantangan untuk mengurus dan mendidik anak ini tidak lebih ringan dari kuliah kami sekalipun.

Tetek bengek terkait kuliah kami, mulai dari tugas kuliah, presentasi, submit paper, dll system dan infrastrukturnya sudah lengkap. Waktu, deadline, dan supervisor, sudah jelas. Kita akan sendirinya mengikuti prosedur yang sudah baku. Jika besok kita ada presentasi misalnya, mau tidak mau ya kita harus menyiapkannya.

Kami beruntung mendapatkan supervisor yang memahami kondisi kami. Kondisi yang dihadapi setiap orang bisa jadi berbeda.

Beberapa waktu yang lalu, seorang senpai yang sudah lulus menceritakan kalau dia justru dimarahi habis-habisan oleh supervisornya setelah menceritakan istrinya baru melahirkan. “Anda datang kesini untuk tambah pengetahuan, bukan tambah anak” begitu alasan si supervisor.

Hal di atas adalah salah satu poin penting bagi para scholarship hunter, apalagi bagi yang berencana membawa anak.

Pendidikan Agama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun