Perjuangan Remaja Penjaja Gorengan di Padang yang Berakhir Tragis, Bukti Nyata Mahalnya Biaya Kuliah Di Indonesia
       Â
Media masa Sumatera Barat, akhir-akhir ini di hebohkan dengan berita Gadis berinisial NKS yang berumur 18 tahun, seorang siswi SMA yang selalu melakukan rutinitas setelah pulang sekolah  sebagai penjual gorengan keliling di Kayu Tanam, Padang Pariaman, Sumatera Barat, di temukan tewas terkubur tanpa busana pada Minggu (8/9/2024)
Menurut cerita orang tua korban, Rutinitas berjualan gorengan sudah dilakukan NKS sejak dia masih duduk di bangku SMP. Profesi itu dilakukan korban agar ia bisa menabung untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Dengan menggunakan payung dan nampan, NKS menjajakan gorengan keliling kampung dengan jalan kaki sejak pukul 16.00 WIB hingga 18.00 WIB.
Dari cerita orang tua korban, mereka sempat melarang NKS untuk berjual gorengan demi menabung biaya untuk kuliah nantinya, dan mereka juga berjanji pada korban untuk berusaha  berkerja keras agar korban bisa kuliah tanpa harus melakukan rutinitas itu lagi. Tapi NKS menolak, dia bersikukuh tetap berjualan gorengan dengan alasan meringankan beban orang tua.
Hingga akhirnya NKS hilang dan pada sabtu (7/9/2024), barang miliknya seperti gorengan, kantong plastik, botol saus dan uang ditemukan berserakan tak jauh dari rumahnya. Keinginan gadis berinisial NKS untuk kuliah akhirnya pupus dengan kematiannya yang tragis. Tekadnya yang kuat, tak cukup tangguh menghadapi dunia yang kejam terhadapnya.
Kematian NKS dalam perjuangannya untuk bisa duduk di bangku kuliah menyadarkan kita akan beberapa  hal di negeri ini:
Mahalnya Biaya Kuliah Bagi Masyarakat Menengah Ke Bawah
Bukan menjadi rahasia lagi bahwa pendidikan di perguruan tinggi di negeri ini sangat tidak ramah bagi masyarakat yang hanya memiliki penghasilan yang pas-pasan. Jangankan untuk sampai pada jenjang kuliah, bisa menyekolahkan anak hingga tamat SMA saja sudah sangat kesulitan bagi mereka yang tidak berpenghasilan tetap.
Melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi terasa bagai mimpi yang sulit diraih bagi keluarga yang ekonominya tergolong menengah ke bawah. Jikapun perguruan tinggi negeri memang menawarkan biaya kuliah lebih murah bagi masyarakat, namun masuk kesana penuh dengan seleksi dan persyaratan yang sangat ketat. Dan jikapun kuliah swasta yang memiliki aturan yang sedikit longgar dalam penerimaan mahasiswa, tapi biaya yang dituntut sangat mencekik bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Dua jenis perguruan tinggi yang ada di negeri ini sama-sama memiliki aturan dengan tingkat kesulitannya masing-masing.
Beasiswa Yang Belum Maksimal di Jenjang Perguruan Tinggi
Memang, ada beberapa masyarakat kurang mampu yang bisa memasukan anak mereka ke perguruan tinggi dengan jalur bantuan dari pemerintah. Namun, bantuan ini hanya menyasar mereka-mereka yang beruntung saja, dan tidak merata. Dan itupun tentunya dengan persyaratan yang tidak mudah.
Masih banyak di antara masyarakat yang kurang mampu tidak mendapat bantuan beasiswa tersebut, walaupun sebenarnya mereka memang layak mendapatkannya. Pengadaan beasiswa di jenjang kuliah yang terbatas, membuat mereka hanya bisa mengurut dada menahan keinginan anak mereka yang sangat ingin berkuliah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jalur beasiswa ini, juga turut membuat mereka kesulitan mendapatkan kesempatan untuk masuk ke sistem ini.
Masyarakat dan Generasi Muda Mulai Menyadari Sulitnya Mendapatkan Pekerjaan Di Negeri Ini Tanpa Ijazah Sarjana.
Meskipun seorang pemikir di negeri ini mengatakan bahwa ijazah hanya sebagai tanda bahwa anda pernah bersekolah, dan bukan pertanda bahwa anda pernah berpikir. Namun, para pencari kerja di indonesia tetap membutuhkan ijazah. Lowongan pekerjaan selalu menuliskan kata-kata minimal S1, bukan minimal pernah berpikir. Belum pernah terjadi di perusahaan manapun yang menerima karyawan tanpa meminta persyaratan berupa ijazah.
Hal itu tentunya secara tidak langsung pastinya akan menimbulkan pola pikir di masyarakat bahwa hanya yang berijazah S1 yang berguna di negeri ini, dan kenyataannya memang seperti itu. Jangankan tamat SMA, sekelas sarjana saja juga sangat susah mencari kerja di indonesia. Pertumbuhan lapangan perkerjaan di negeri ini, tidak sebanding dengan pertumbuhan SDM yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Dari tiga hal tersebut, rasanya pemimpin di negeri ini sudah sepatutnya memikirkan pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Karena sepertinya ijazah tingkat menegah atas hanya selembar kertas yang tak lagi dianggap di negeri tercinta ini. Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H