Mereka berduapun terbang bersamaan di antara kelopak bunga Anggrek yang bermekaran. Hawa dingin mengiringi perjalanan mereka, namun pancaran cahaya di tubuh keduanya, seakan saling menghangatkan satu sama lain.
      Pada akhirnya, sampailah mereka di puncak gunung Alpen, dimana bunga Edelweis itu berada. Bunga itu terlihat anggun dan misterius. Kelopaknya yang putih dan berbulu lembut tampak berkilau di bawah sinar rembulan, seolah-olah menyimpan cahayanya sendiri.
      Di bawah cahaya yang remang-remang, bunga Edelweis berdiri tegak di antara bunga Anggrek dan batu-batu gunung, seakan menjadi symbol keabadian di alam liar. Udara malam yang dingin menghembuskan aroma lembut yang samar dari bunga Edelweis, menambah kesan magis.
      Cahaya bintang-bintang di langit yang cerah memantul di setiap kuntum bunga itu, menciptakan pemandangan mempesona dan penuh ketenangan. Di tengah malam yang sunyi itu, Edelweis seakan berbisik tentang keabadian dan kekuatan alam yang tak tergoyahkan.
      Namun, mendekati bunga itu tak semudah yang Gubee pikirkan. Hampir di setiap tangkai bunga Edelweis di huni oleh semut yang berukuran sangat besar. Semut-semut itu seperti penjaga bagi bunga-bunga itu. Ukuran mereka lebih besar dari ratu semut merah. (bersambung...)  Â