Mohon tunggu...
Robi Muhammad Affandi
Robi Muhammad Affandi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta dan Penulis Media Online

Hidup adalah tentang bagaimana engkau bercerita, dan bagaimana engkau diceritakan. Karena dengan cerita itulah manusia akan dikenal dalam sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Prince Gubee 6 (Sisi Lain Kenyataan)

19 Agustus 2024   22:53 Diperbarui: 20 Agustus 2024   21:02 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prince Gubee 6 (Sisi Lain Kenyataan)

                "aku harus bertapa di dasar danau ini selama seratus hari. Aku harus membebaskan diriku dari rasa prihatin terhadap duniawi, dan membuat tubuhku mati raga selama pertapaan itu. Sampai akhirnya tubuhku akan terkubur sendiri oleh lumpur hitam danau ini, dan lumpur itu akan mengubah lendir di tubuhku menjadi lendir yang abadi. Namun, setiap kali aku mencobanya, aku selalu gagal!" Imbuh katak hijau. Wajahnya tampak lesuh.

 "kenapa begitu?" Tanya Gubee.

 "lumpur hitam di dasar danau ini sangat sulit untuk keluar. Lumpur itu hanya akan keluar saat jiwaku benar-benar tenang.  Namun di akhir-akhir pertapaanku, aku selalu terganggu oleh bayangan masa lalu. Bahkan getaran air yang ditimbulkan oleh sehelai daun kecil yang jatuh menimpa permukaan danaupun, dapat mengganggu konsentrasiku, seakan-akan katak-katak itu kembali menyerang danau ini.  

                Gubee teringat saat ia menjatuhkan jaring laba-laba ke permukaan danau ini. Ia menyadari, riak kecil yang ditimbulkan jaring itu sangat mengganggu pertapaan katak hijau.

"kau punya tujuan yang sangat besar dalam pertapaanmu, dan aku telah mengganggu pertapaan itu. Maafkan aku katak hijau, aku merasa sangat bersalah karena telah membangunkanmu." Ucap Gubee dengan wajah hambar, merasa tak enak hati.

"sudahlah, lupakan saja. Itu tidak sepenuhnya karenamu, tetapi juga karena aku yang masih belum sembuh dari trauma masa lalu. Aku akan mengulanginya dari awal. Pikirkan saja masalahmu. Apa kau tetap ingin melanjutkan perjalananmu?

"ya! Walaupun aku tak yakin bisa mencapai puncak gunung Alpen dalam waktu sehari, aku harus tetap mencobanya. Apapun yang terjadi, aku akan tetap menuju puncak gunung Alpen." Gubee tak sedikitpun gentar dengan apa yang akan ia hadapi kedepannya.

"baiklah. Ambillah lendir di punggunggku ini, dan oleskan pada tubuhmu.

Gubee menyentuh lendir bening kekuning-kuningan yang melekat di tubuh katak hijau. Lendir itu terasa dingin di tangannya, terasa seakan-akan angin bisa menembus kulitnya. Ribuan pori-pori baru muncul di kulit Gubee. "inikah keajaiban lendir ini? kulitku terasa benar-benar bisa bernapas." Pikir Gubee.

"kenapa kau hanya mengoleskannya pada tanganmu? Oleskan pada semua kulit ditubuhmu, agar kau lebih mudah bernapas di puncak gunung Alpen." Ujar katak hijau, melihat Gubee yang tiba-tiba diam memandangi tangannya.

"apakah aku bisa membawa lendir ini dengan sebuah wadah katak hijau? Aku akan memakainya ketika aku telah sampai di puncak gunung Alpen. Seandainya aku tak bisa mencapai puncak gunung itu dalam waktu sehari, aku masih bisa memakai lendir ini." Gubee mengutarakan sebuah ide yang terlintas di pikirannya.

"kau bisa membawanya, tapi takkan berguna. Lendir ini bukan sekedar cairan, ia bernyawa, dan hanya hidup pada kulit tubuh yang masih hidup. Jika ditempatkan pada wadah, ia hanya akan menjadi cairan biasa dan tak berguna." Terang katang hijau.

Sepertinya ide Gubee tak dapat membantu permasalahan itu. Tak ada cara lain selain membawa lendir itu dengan tubuhnya sendiri.  Gubee kembali mengambil lendir yang melekat di punggung katak hijau, dan mengoleskannya ke seluruh tubuhnya. "aku harus bisa mencapai puncak itu secepatnya!" Tekadnya dalam hati.

"Aku harus pergi sekarang katak hijau. Terimakasih atas kebaikanmu." Pamit Gubee pada katak hijau, setelah seluruh tubuhnya dibasahi oleh lendir katak itu.

"baiklah lebah muda. Semoga kau bisa sampai secepatnya." Ucap katak hijau.

Gubee terbang meninggi, melayang di antara pucuk pepohonan hutan gunung Alpen. Di udara, kembali ia buka petunjuk jalan menuju bunga Edelweis yang ia selipkan di pinggangnya. Jalur yang tergambar di peta itu, belum sampai separuh ia tempuh. "ini masih cukup jauh!." Gumamnya semakin cepat mengayuh sayapnya.

Setelah hampir sehari mengudara, tubuhnya mulai terasa lemah. Tenggorokannya terasa kering, dan perutnya mulai lapar. Ia menukikan pandangan kebawah, mencari hamparan bunga, berharap ada nektar yang dapat memulihkan tenaganya. Namun, di bawahnya hanya ada pohon-pohon Cemara tua yang tak berbunga.

"mungkin ada bunga yang tumbuh di dalam hutan ini" Gubee terbang rendah, masuk kedalam hutan Cemara.  

Terus  ia kepakkan sayapnya yang mulai lemah, terbang di antara pohon-pohon cemara. Pandangannya terus mengamati sekeliling hutan, berharap ada kuntum-kuntum bunga yang sedang mekar. Hingga tak jauh, tampaklah hamparan bunga Daisy yang berwarna putih, dengan mahkota kuning di tengahnya. Bunga yang berbentuk matahari itu, melambai-lambai seakan memanggil Gubee.

"haaa..., tak sulit mencari bunga di hutan yang subur ini." Desah Gubee tersenyum menuju bunga yang tak jauh darinya itu.  

Sayap Gubee bergetar lembut saat ia berusaha mencapai bagian terdalam benang sari bunga Daisy.  Proboscisnya yang panjang dan ramping, terjulur keluar untuk menyerap nektar, sementara kaki-kakinya yang berbulu halus memegang erat kelopak bunga.

"sungguh manis dan menyejukan." Deham Gubee, puas dengan nektar bunga Daisy.

Ia menyandarkan tubuhnya di kelopak bunga Daisy yang berayun-ayun terhembus angin sejuk gunung Alpen. Tubuhnya yang lelah, ia rebahkan sejenak seraya memulihkan tenaganya yang habis terkuras dalam perjalan panjang itu. Namun hawa sejuk disela-sela pohon Cemara hutan itu, membuat kelopak mata Gubee terasa berat, dan akhirnya iapun tertidur.    

Senja mulai merayap, langit berubah menjadi palet warna yang menakjubkan dengan semburan merah, oranye, dan ungu yang mewarnai horizon. Matahari yang perlahan turun ke cakrawala menciptakan bayangan panjang di bumi, sementara udara mulai mendingin, dan dengan lembut menyentuh kulit Gubee.

Gubee terbangun dari tidurnya. Ia pandangi sekelilingnya sambil mengusap-usap matanya yang masih kabur. Mentari terlihat telah kembali keperaduan, terbenam di antara pepohonan hutan gunung Alpen. Keinginannya yang harus mencapai puncak gunung Alpen sebelum matahari terbenam, tak lagi kesampaian. Ia telah terbawa ke sisi lain kenyataan, dan tak sesuai dengan apa yang ia pikirkan.

 "oohh tidak, sudah hampir malam." Keluhnya menyadari keadaan sekelilingnya yang mulai gelap.

Ia mulai merasakan ada yang berbeda dari dirinya. Ia pandangi seluruh tubuhnya, pori-porinya yang tadinya bernafas, sekarang telah kembali seperti semula. Lendir yang diberikan katak hijau telah mengering dari tubuhnya.

"aku harus tetap mencobanya!" Tekadnya tak kehilangan semangat dalam keluhan itu.

Gubee mengolesi tubuhnya dengan minyak pemberian ratu semut merah. Tubuhnya yang dingin mulai terasa hangat dan bercahaya. Kemudian ia kembali terbang di antara cahaya hutan gunung Alpen yang remang-remang.

Lambat-laun menempuh perjalanan, puncak gunung Alpen sudah semakin dekat. Aroma bunga Edelweis telah samar-samar semerbak terbawa angin. Namun, apa yang diceritakan oleh laba-laba tua juga mulai terasa. Oksigen di udara, terasa mulai berkurang.

Napas Gubee mulai terasa berat, seakan-akan ada yang menyumbat jalur pernapasannya. Detak jantungnya meningkat, wajahnya memucat, dan tubuhnya semakin terasa lemah. Akhirnya Gubee tak sanggup lagi menggerakkan sayapnya, dan jatuh  perlahan.

Tubuhnya terhempas ke dedaunan semak belukar hutan. Ia kebingungan dan mulai kehilangan kesadaran. Dari kejauhan ia melihat cahaya kuning yang melayang di udara, sebelum akhirnya matanya terpejam. (bersambung...)  

        

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun