"sungguh manis dan menyejukan." Deham Gubee, puas dengan nektar bunga Daisy.
Ia menyandarkan tubuhnya di kelopak bunga Daisy yang berayun-ayun terhembus angin sejuk gunung Alpen. Tubuhnya yang lelah, ia rebahkan sejenak seraya memulihkan tenaganya yang habis terkuras dalam perjalan panjang itu. Namun hawa sejuk disela-sela pohon Cemara hutan itu, membuat kelopak mata Gubee terasa berat, dan akhirnya iapun tertidur. Â Â
Senja mulai merayap, langit berubah menjadi palet warna yang menakjubkan dengan semburan merah, oranye, dan ungu yang mewarnai horizon. Matahari yang perlahan turun ke cakrawala menciptakan bayangan panjang di bumi, sementara udara mulai mendingin, dan dengan lembut menyentuh kulit Gubee.
Gubee terbangun dari tidurnya. Ia pandangi sekelilingnya sambil mengusap-usap matanya yang masih kabur. Mentari terlihat telah kembali keperaduan, terbenam di antara pepohonan hutan gunung Alpen. Keinginannya yang harus mencapai puncak gunung Alpen sebelum matahari terbenam, tak lagi kesampaian. Ia telah terbawa ke sisi lain kenyataan, dan tak sesuai dengan apa yang ia pikirkan.
 "oohh tidak, sudah hampir malam." Keluhnya menyadari keadaan sekelilingnya yang mulai gelap.
Ia mulai merasakan ada yang berbeda dari dirinya. Ia pandangi seluruh tubuhnya, pori-porinya yang tadinya bernafas, sekarang telah kembali seperti semula. Lendir yang diberikan katak hijau telah mengering dari tubuhnya.
"aku harus tetap mencobanya!" Tekadnya tak kehilangan semangat dalam keluhan itu.
Gubee mengolesi tubuhnya dengan minyak pemberian ratu semut merah. Tubuhnya yang dingin mulai terasa hangat dan bercahaya. Kemudian ia kembali terbang di antara cahaya hutan gunung Alpen yang remang-remang.
Lambat-laun menempuh perjalanan, puncak gunung Alpen sudah semakin dekat. Aroma bunga Edelweis telah samar-samar semerbak terbawa angin. Namun, apa yang diceritakan oleh laba-laba tua juga mulai terasa. Oksigen di udara, terasa mulai berkurang.
Napas Gubee mulai terasa berat, seakan-akan ada yang menyumbat jalur pernapasannya. Detak jantungnya meningkat, wajahnya memucat, dan tubuhnya semakin terasa lemah. Akhirnya Gubee tak sanggup lagi menggerakkan sayapnya, dan jatuh  perlahan.
Tubuhnya terhempas ke dedaunan semak belukar hutan. Ia kebingungan dan mulai kehilangan kesadaran. Dari kejauhan ia melihat cahaya kuning yang melayang di udara, sebelum akhirnya matanya terpejam. (bersambung...) Â
    Â