Prahara rumah tangga yang melanda Pak Sanib di usia senjanya, sungguh teramat menyakitkan, sehingga membuatnya sangat yakin untuk meninggalkan cerita dunia. Tali yang sering dipakainya untuk menjerat kera, akhirnya dipakai untuk menjerat lehernya. Tak sedikitpun masyarakat Kampung Pelang mempercayai kisah hidup pria baya berambut putih ini berakhir di ujung tali, namun itulah yang terjadi.
Sejak kematian Pak Sanib diumumkan di Surau Gadang Kampung Pelang, Buk Siti istrinya Pak Sanib, mengunci diri di kamarnya. Bahkan saat jenazah Pak Sanib sudah diantar pihak Kepolisian ke kediaman itupun, Buk Siti juga tak kunjung keluar. Â
Hingga akhirnya anak laki-lakinya yang baru pulang dari kota Penang, berteriak memanggil nama Buk Siti. Dengan kesedihan dan amarah yang telah memuncak ke ubun-ubun, mencoba mendobrak pintu kamar itu. Ia mengepalkan tinjunya, napasnya berat dan tak beraturan, sementara matanya menyala. Suara dentuman pintupun bergema di seluruh ruangan saat ia membanting tangannya dengan keras. Â Â Â Â Â Â Â
Pintu kamar itu akhirnya terbuka. Terlihatlah Ibu Siti yang sedang merenung di pojok kamarnya, sambil terus berkata, "kera lebih pandai menyenangkan hati betinanya."(*) R.M Affandi. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H