Kenapa agama diajarkan? Tentu antara lain untuk menjadi petunjuk bagi akal. Sebab, tentu akal saja tidak cukup menemukan dengan benar identitas Allah Swt. Karena keterbatasan akal ini, Allah mengutus Rasul untuk setiap umat secara berkala. Setiap Rasul membawa wahyu dari-Nya, yang kemudian disebut dengan agama. Maka, apa salahnya kita mengingat pepatah dari Albert Einstein (1879-1955), “Science without religion is lame, religion without science is blind.”
Dalam bahasa Arab, alam itu bisa diartikan sebagai sebuah tanda. Jadi, alam semesta ini merupakan tanda eksistensi pencipta-Nya, yaitu Allah Swt. Tidak heran, banyak yang menafsirkan alam sebagai segala sesuatu selain Allah Swt. Dengan agama dan akal ilmu pengetahuan, kita akan menyadari bahwa semua selain Allah itu pasti menyimpan tanda-tanda-Nya, yang perlu kita singkap.
Wallahu a’lam bish Showab
Kamis Dini Hari, 03/03/2016 di Ampang, Kuala Lumpur
*) Ditulis untuk Pengajian Online Safinah (POS) KMNU IIUM dan Kalam Ulama
Silahkan baca serial sebelumnya, POS#5: Balada Kisah di Balik Hamdalah.
__________________________
[1] Tafsir Ibn Katsir, 1/46.
[2] Mafatihul Ghaib, 1/24.
[3] Bahjatul Wasa`il, 1. Namun, Ibnu Katsir menilai riwayat semacam ini unik, masih memerlukan dalil yang benar.
[4] Ma’arijul Qabul karya Syekh Hafidz bin Ahmad Al-Hakami (w. 1377 H), 1/111.
[5] Allah Jalla Jalaluh karya Syekh Said Hawa, hal. 15.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H