Mohon tunggu...
Robertus Nata
Robertus Nata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berjalan menuju terang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gagasan yang Menjadi Peristiwa

24 April 2023   18:20 Diperbarui: 24 April 2023   18:23 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karya Pastor Looymans bisa dibilang berhasil. Pada tahun 1897 ia melaporkan ada 476 orang dibabtis sejak tahun 1890, 429 yang masih hidup, 2007 orang di Sejiram, 181 di Putusibau, dan 41 di Ng. Badau. Pastor Looymans S.J adalah perintis Keuskupan Sintang.

Gagasan Menjadi Awal Peristiwa

Seorang Prefak konggregasi Propaganda Fide yaitu Kardinal Gregorius Agagian datang ke Jakarta pada 25 September 1951 untuk mengadakan pertemuan di kedutaan besar Vatikan. Pertemuan ini membahas tentang pendirian Keuskupan di Indonesia (Repoblika Indosiana Eposkopalies heirarchia a counstituitur). 

Tokoh-tokoh yang terlibat ialah 15 Prefek dan vikaris Apostolik yang tergabung dalam Dewan Waligereja Pasat(DEWAK) yang menjadi asal usul MAWI. Pertemuan itu diteruskan oleh para prefek dan Vikaris bersama Propaganda Fide di Girisonta pada 9-16 Mei 1960. Pertemuan ini memutuskan dan mengirim surat kepada Paus Yohanes XXIII untuk mendirikan Keuskupan di Indonesia.

Berdasarkan Kontitusi Paus Yohanes XXIII tanggal 3 januari 1961, Quod Christus, Adrandus Dei Filius, dan bersama Prefek dan Vikariat, menetapkan Sintang menjadi sebuah Keuskupan. Dalam surat Apostolik Scararum Expiditionum, tanggal 20 Maret 1961 oleh Paus Yohanes XXIII menegaskan konstitusi itu. Dan tanggal 16 Mei 1961, Paus Yohanes mengangkat Mgr. Lamberus Van Kessel, SMM menjadi Uskup Sintang.

Pada tanggal 15 Agustus 1961, beliau ditabiskan di Leoven, Belgia oleh Uskup Agung Blantyre dari Malawi. Dua bulan kemudian barulah ia pindah ke Sintang. Sekitar bulan Oktober 1961 setelah mencari donatur, selanjutnya ia pun dilantik menjadi Uskup Sintang dan Sintang pun resmi menjadi Keuskupan. Sebagai sebuah Keuskupan, ia harus bisa mandiri sesuai dengan instruksi Quum Nuis mengenai Ius Commissiones, sebuah ketentuan mengenai visi misi Propaganda Fide, bahwa pada tanggal 8 Desember 1929 yang menetapkan wilayah misi (prefek dan Vikariat Apostolik diserahkan pada tarekat tertentu).

Awalnya Keuskupan yang benar-benar baru ini mengalami masalah yang besar berkaitan dengan pemenuhan dana dan tenaga imam. Dan beberapa Pastor Belanda yang libur berusaha mencari dana di negara mereka untuk memenuhi tuntutan di Keuskupan Sintang.

Waktupun terus berjalan, sekitar tahun 70-an, uskup pertama Sintang Mgr. Lambertus Van Kessel SMM mengundurkan dirinya, tepatnya pada 25 Mei 1973. Hal itu ia lakukan karena mengingat kondisi kesehatannya yang menurun dan ia sering sakit. Akhirnya tanggal 15 Agustus 1973 dalam Oservatore Romano baru disetujui pengunduran dirinya. Ia mengabdi pada Keuskupan Sintang kurang lebih 25 tahun lamanya dan setelah itu Tahta Apostolik kemudian mengangkat pastor Lambertus Van Den Born SMM, sebagai Administrator Keuskupan Sintang.

Uskup Lambertus van Kessel menyerahkan jabatannya pada 18 Agustus 1973. Setelah diserahkan oleh Propaganda fide tanggal 25 Mei 1973 kepada Mgr. Lambertus Van Den Born SMM. Beliau berangkat ke tanah kelahirannya pada 8 Oktober 1973.

Karena belum ada uskup di Sintang, maka Mgr, Lambertus Van Den Born SMM sebagai Administrator Appostolik harus menyerahkan terna yang terdiri atas tiga orang nama yang nantinya akan menjadi Uskup Sintang. Awalnya hanya Rm. Isyak Doera Pr dan Rm. Aloisius Ding SMM, namun karena saran, akhirnya hanya Rm Isak Doera dan Mgr. Lambertus Van Den Born. Dan oleh Paus Paulus VI dalam Bulla Quondoquem Praedicare Evangelium Usque Adulium Terae Est Munus Ecclesiae menetapkan Rm. Isak Doera sebagai Uskup Sintang. Hal itu beru dipublikasikan pada 2 Februari 1977.

Pada tahun 90-an terjadi konflik internal antara Mgr, Isak Doera dengan Pastor Josep Van Liber SMM yang menjabat sebagai ekonom Keuskupan. Konflik yang awalnya internal menjadi eksternal, hingga Mgr, Isak Doera pada tanggal 1 Januari 1996 menulis surat pengunduran dirinya sebagai Uskup Keuskupan Sintang. Hal itu disetujui oleh Tahta Apostolik dan Tahta Suci meminta untuk menutup Serikat Hidup Kerasulan (Regnum Dei) yang Beliau dirikan tahun 80-an. Tahta Apostolik menyetujui hal itu dan pada tanggal 19 Januari 1996 mengangkat Mgr, Agustinus Agus Pr menjadi Administator Apostolik Keuskupan Sintang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun