Kami kembali ke Tomok, melewati jalan yang berkelok-kelok, berbukit-bukit dan beberapa titik krusial yang perlu dilalui dengan penuh kewaspadaan. Kami tiba di Tomok sekitar pukul 16.00 dan langsung menuju ke pelabuhan Ambarita untuk mengejar jadwal kapal yang akan berlayar ke pelabuhan Ajibata. Kami berterimakasih kepada Bang Firman yang sudah membantu kami dalam perjalanan ini. Beliau sangat baik dan setia menemani kami ke beberapa tempat yang telah dikunjugi. Setiba di pelabuhan kami segera membeli tiket kapal dan kembali ke Sinaksak-Siantar. Â
Sehari setelah perjumpaan itu aku menulis di catatan harianku demikian.
Hari itu, Akhir pekan pertama awal bulan Maret, telah terjadi transfigurasi. Perjumpaan dengan kak Mia dan kak Efa. Itulah perubahan rupa yang saya alami. Mungkin pertemuan itu sederhana saja. Tetapi bagi saya sangat bermakna. Perjumpaan dengan orang asing tak harus membuat kamu terasa asing apalagi diasingkan. Maka tidak ada pilihan lain selain kamu harus memberanikan diri berkenalan, bertanya dan membangun komunikai. Kelak alam menentukan kegunaan dari semua pertanyaan itu.Â
Perbedaan di antara kami lantas tak membuat jarak. Tidak ada rasa enggan setelah komunikasi dibangun. Tidak ada lagi orang asing ketika ego dilepaskan dan melihat suatu realitas dengan kacamata yang lebih universal, bahwa semua saudara-sesama manusia yang diciptakan Tuhan. Kita tidak pernah berkembang jika kita tidak membuka diri dengan orang lain. Mendengarkan orang lain bercerita tentang pengalamannya juga akan memeperkaya wawasanmu kelak.Â
Terimakasih Holbung. Terimakasih pribadi-pribadi yang telah membuka wawasanku tentang indahnya persaudaraan, indahnya perbedaan dan indahnya Indonesia Raya.Â
Sekian tentang dyari perjalanan ke Samosir.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H