Mohon tunggu...
ROBERTUS DARVINO KARNO
ROBERTUS DARVINO KARNO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lahir pada bulan November, tanggal 15, 1993. Menyukai pemikiran Herakleitos tentang Pantha Rei. Bahwa sesuatu itu mengalir dan dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menelisik Fenomena Eksisnya Budaya Penti dan Gradasinya Sistem Kerja Dodo-Leles dalam Hidup Harian Orang Manggarai

22 April 2022   22:53 Diperbarui: 23 April 2022   18:49 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era disrupsi digital ini kecanggihan tekhnologi membuat makna kerja bagi manusia semakin kabur. Istilah Disrupsi digital sering juga dikenal dengan istilah Revolusi Digital yang dipahami sebagai perubahan dari teknologi mekanik dan elektronik analog ke teknologi digital yang telah terjadi sejak tahun 1980 dan berlanjut sampai hari ini. Revolusi itu pada awalnya mungkin dipicu oleh sebuah generasi remaja yang lahir pada tahun 80-an. Analog dengan revolusi pertanian, revolusi Industri, revolusi digital menandai awal era Informasi. Revolusi atau disrupsi digital ini telah mengubah cara pandang seseorang dalam menjalani kehidupan yang sangat canggih saat ini. Sebuah teknologi yang membuat perubahan besar kepada seluruh dunia, dari mulai membantu mempermudah segala urusan sampai membuat masalah karena tidak bisa menggunakan fasilitas digital yang semakin canggih ini dengan baik dan benar.

Dari definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa secara bahasa disrupsi disebut sebagai suatu gangguan yang terjadi pada sebuah peristiwa atau, aktifitas dan proses (distrbance or problems which interrupt an event, activity or process). Pada landasan konsepsional disrupsi ditandai dengan perkembangan tekhnologi informasi digital dan berubahnya pola hidup manusia secara radikal. Disrupsi ini mengikuti revolusi industri peradaban industrial masyarakat yang telah sampai pada level 4.0 ketika perkembangan industri informasi virtual menyergap kehidupan sebagain besar bangsa masyarakat modern dan membangun kedangkalan dan perusakan kulutaral manusia.

Terganggunya tatanan sosial oleh kemajuan teknologi bukanlah fenomena baru bagi manusia. Tanda-tanda ini sudah mulai muncul sejak awal Revolusi Industri, di mana masyarakat manusia telah mengalami proses modernisasi tanpa henti sebagai satu proses produksi baru menggantikan yang lain. Disrupsi digital sebenarnya sudah mulai dipropagandakan sejak era tersebut.  Disrupsi digital ini kemudian membentuk identitas manusia yang baru yang disebut homo digitalis. Seperti yang dikatakan F. Budi Hadirman "kelahiran  homo   digitalis ke  pentas   sejarah   dimungkinkan   oleh   teknologi".

Dalam perspektif di atas budaya dodo-leles yang sudah punah dalam masyarakat Manggarai pertama-tama disebabkan karena revolusi industri yang sudah menyusup hingga ke sektor yang paling kecil dari kehidupan manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa hadirnya tekhnologi mengubah pola pikir manusia untuk mempersingkat dan mempermudah sistem kerja dengan menggunakan tekhnologi. Manusia berpindah dari sistem kerja tradisional ke sistem yang modern dengan memangkas nilai-nilai yang esensial dari sistem itu. Nyatanya nilai-nilai yang terbangun dari sistem kerja modern sangat bersifat superfisial di mana keuntungan bisnis lebih diutamakan. Sistem kerja modern lebih dibangun di atas hukum-hukum tertentu.

Penutup 

Dari eksplorasi di atas penulis menyimpulkan bahwa eksis dan punahnya kearifan lokal tergantung pada upaya masyarakat setempat untuk meregenerasikan budaya tersebut ke dalam setiap dinamika kehidupan. Kearifan lokal dalam masyarakat tentu saja berjalan beriringan dengan realitas sosial yang dinamis. Maka pengintegrasian ke dalam setiap dinamika sosial merupakan suatu upaya yang penting untuk dilakukan demi melestarikan kearifan lokal. Perkembangan zaman yang sulit dibendung mengharuskan manusia untuk beradaptasi dengan setiap perkembangan tersebut termasuk juga dengan segala kebudayaan yang dihidupinya.

Bahan Bacaan 

Dr. Gregorius Neonbasu, SKETSA DASAR, Mengenal Manusia dan Masyarakat, Jakarta: Kompas, 2020

Paula A. Erickson & Liam D, Murphy, Sejarah Teori Antropologi, Jakarta: Prenada Media: 2018

Adi  M Nggoro, Budaya Manggarai Selayang Pandang, Ende: Nusa Indah, 20016

Johanes Boylon dan Fransiskus Widi Awah, Mbaru Gendang, Rumah Adat Flores Manggarai, Jogjakarta: Kanisius, 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun