Mohon tunggu...
ROBERTUS DARVINO KARNO
ROBERTUS DARVINO KARNO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lahir pada bulan November, tanggal 15, 1993. Menyukai pemikiran Herakleitos tentang Pantha Rei. Bahwa sesuatu itu mengalir dan dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Tindakan Pengkhianatan Yudas Iskariot (Sebuah Refleksi Memasuki Pekan Suci)

10 April 2022   07:36 Diperbarui: 10 April 2022   07:45 3998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: https://www.pngdownload.id

Pengantar: Sekilas Tentang Yudas Iskariot

Salah satu tokoh yang paling fenomenal di antara para murid Yesus adalah Yudas Iskariot yang dikenal sebagai penghianat karena menjual Gurunya sendiri, Yesus Kristus dengan tiga puluh keping perak (bdk Mat 26:15). Yudas adalah bagian dari para rasul yang dipilih oleh Yesus sendiri (bdk Mrk 3:19). 

Kata Iskariot merupakan kata yang ditambahkan kepadanya, sebab dia adalah orang Keriot, yang di dekat Moab (bdk Yer 48:22.24). Ayahnya bernama Simon Iskariot (bdk Yoh 6:71, 13:26). Dalam kalangan para rasul Yudas juga menjabat sebagai bendahara yang memegang kas (bdk Yoh 13:29).

Ke-empat injil memuat pemberitaan tentang Yudas secara berbeda-beda. Dalam injil Markus dan Lukas nama pengkhianat Yesus tidak diberitahukan sebelumnya. 

Sedangkan dalam injil Matius nama Yudas sebagai pengkhianat malah diberitahukan sebelum perjamuan terakhir dan dalam injil Yohanes kepada pembaca diberitahu nama pengkhianat Yesus yang terdapat dalam Yohanes 6:71 dan dalam kisah perjamuan terakhir. Demikian pun kisah mengenai peran Yudas dalam rencana penangkapan Yesus yang diketuai oleh Yudas. Injil mengisahkannya secara berbeda-beda.

Pembicaraan tentang Yudas dalam injil Yohanes mulai pada babak ketika Yesus akan memasuki penderitaannya yang diawali dengan kisah Yesus membasuh kaki para murid-Nya. Namun dalam Yohanes 6:71 sudah disinggung mengenai pengkhianatan yang akan dilakukan oleh Yudas. 

Yesus menyinggung bahwa salah seorang dari mereka akan menyerahkan Dia. Tetapi para murid belum memahami maksud Yesus ini. Berdasarkan Yohanes 6:70-71 dapat disimpulkan bahwa Yudas kiranya mulai merencanakannya sejak pertengahan karya Yesus di hadapan umum.

Yudas di kemudian hari  mengakhiri hidupnya secara tragis. Dalam injil Matius bab 27:3-10 diceritakan cara Yudas mengakhiri hidupnya setelah menyesali perbuatanya. Setelah dia melihat bahwa Yesus dijatuhi hukuman mati maka dia menyesal dan menyadari bahwa dirinya telah berdosa. Ia menyerahkan kembali uang perak itu lalu pergi menggantungkan diri. 

Berbeda dengan pemberitaan Kisah Para Rasul bab 1:18-19. Di sini diberitakan bahwa Yudas jatuh tertelungkup dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar. Tanah itu dibelinya sendiri dan kemudian disebut "Hakal Dama" yang berarti tanah darah.

Makna di Balik Pengkhianatan Yudas. 

Ke-empat injil memiliki versi tersendiri untuk menjelaskan tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh Yudas terhadap Yesus. Menurut Yohanes bab 13:2 dalam perikop tentang pembasuhan kaki para murid, iblis membisikan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon dan Yesus mengetahui hal itu. Selanjutnya setelah pembasuhan itu Yesus lalu membongkar rahasia tentang siapa yang akan menyerahkan-Nya. Tetapi para murid belum juga memahami hal tersebut.

Selanjutnya peran Yudas muncul kembali pada kisah penangkapan. Dia datang dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi ke tempat di mana Yesus dan murid-murid yang lainnya berada yaitu di lembah sungai Kidron (Yoh 18:1-3). 

Di sini tidak dijelaskan seperti dalam injil-injil sinoptik bahwa Yudas mencium Yesus. Dalam bab 18:4-6 para ahli berkesimpulan bahwa Yudas menjadi tokoh utama dari cerita tersebut. Hal ini dilihat dari segi sastranya.

Dalam injil apokrif yaitu injil Yudas ada usaha untuk membela nama baik Yudas. Bila dalam ke empat injil kanonik dikisahkan bahwa Yudas Iskariot adalah murid Yesus yang akhirnya berkhianat dan menyebabkan kematian-Nya, dalam injil Yudas tokoh yang sama ini dikisahkan sebagai pahlawan yang berjasa. 

Dalam tulisan ini, Yudas digambarkan sebagai tokoh yang berjasa bagi Yesus karena ia berperan dalam usaha penting untuk membebaskan Yesus dari tubuh-Nya yang selama itu mengurung roh-Nya. 

Sebuah konsep pemisahan antara tubuh dan roh. Yang bersifat material (tubuh) itu pada dasarnya jahat, sedangkan yang baik adalah yang bersifat spiritual (roh). Naskah ini ditemukan pada tahun 1970-an. Namun perlu diwaspadai bahwa ajarannya lebih dipengaruhi oleh ajaran gnostik, itulah sebabnya injil ini tidak diakui oleh Gereja dan tidak dikanonisasikan sebagai injil yang resmi.

Pengkhianatan terhadap Yesus sudah beberapa kali disinggung dalam Injil Yohanes (Yoh 6:64,70.71, Yoh 12:4, Yoh 13:2,11.18). Yesus tahu siapa yang akan meneyrahkan Dia, tetapi Dia menyimpan hal itu sampai pada saat terakhir menjelang pengkhiatan itu terjadi. Ia tidak menghalang-halangi Yudas untuk melaksanakan niatnya karena Ia tahu bahwa semua itu terjadi supaya genaplah apa yang tertulis dalam Kitab Suci. 

Kisah pengkhiatan itu terjadi pada malam hari. Keterangan malam di sini menunjuk pada makna kegelapan. Sesudah memakan roti yang diberikan Yesus, Yudas kemudian pergi menemui para pemuka agama untuk menjual Yesus dengan tiga puluh keping perak. 

Meski dalam Yohanes hal ini tidak dijelaskan, tetapi kita dapat mengetahuinya melalui tradisi sinpotik. Yudas pergi pada malam hari dimaknai bahwa Yudas pergi dari Yesus Sang terang dan masuk dalam kegelapan. Keesokannya pagi-pagi sekali dia datang dengan orang-orang membawa obor dan pentung untuk menyerahkan Sang Terang.

Yudas itu diliputi malam, "pada waktu itu hari sudah malam" (13:30), lambang kegelapan yang melekat padanya selaku alat iblis (13:27)." Penguasa dunia ini" (bdk 14:30) kini mendekati Yesus dalam rupa Yudas. Kawan-kawan yudas datang "dengan lentera, suluh dan senjata" untuk di tengah malam menangkap Terang dunia, Dia yang tidak mungkin dikuasai oleh kekuatan si jahat (bdk 14:30; 12:31). 

Hari sudah malam juga menunujuk pada makna teologis dari pada kepada waktu: Yudas termasuk kegelapan karena kesadarannya untuk berkhianat dan kepada kegelapann yang sama Yesus akan memberikan terang (Yoh1:5). Malam dimaksudkan untuk mengakhiri karya Yesus telah datang (Yoh 9:4, 11:10 dan 12:35).

Dalam kisah pembasuhan kaki para murid ditunjukkan adanya seorang murid yang tidak bersih. Pada saat ini, pada permulaan konflik akhir, murid ini menolak mengambil bagian dalam kebersamaan dengan Yesus, ia menolak percaya kepada-Nya (ayat 19). 

Murid itu adalah Yudas Iskariot yang duduk makan semeja bersama Yesus (ayat 18), sekarang akan meninggalkan terang dunia. Ketika Yudas Iskariot beralih dari keadaan terang ke kegelapan. Yudas adalah contoh orang yang ditawari dan menolak, orang yang menagalami cahaya dan kehidupan, tetapi meninggalkannya untuk memasuki kegelapan dan  kematian. 

Tekanan pada Yudas Iskariot menggarisabawahi problem yang dihadapi oleh orang-orang Kristen perdana dan barangkali juga menyebabkan terjadinya pertentangan-pertentangan. Apa dan bagaimana hubungan antara tindakan pengkhianatan Yudas dengan kebijaksanaan serta pengetahuan Yesus? Dapatkah Mesias sejati membuat suatu pilihan yang demikian fatal? Yohanes mau menkankan bahwa Yesus mengetahui pengkhianatan Yudas Iskariot dan bahwa hal ini sesuai dengan rencana Allah.

Pada kotbah perdana Petrus dalam Kisah Para Rasul mengemukakan bahwa pengkhianatan Yudas harus terjadi untuk memenuhi nubuat-nubuat dalam mazmur 69:26 dan 109:8. Seperti kebanyakan orang apa zamannya, Lukas mengganggap semua mazmur ditulis oleh Daud di bawah inspirasi Roh (bdk Kis 2:30). 

Lukas biasanya menjelaskan peristiwa yang menggetarkan seperti kematian Yesus dan pengkhianatan oleh salah seorang pengikut terdekat-Nya demikian: itu semua perlu untuk memahami rencana keselamatan Allah dalam Alkitab (mis. Luk 24:25-27, 44-47). Juga meskipun Allah tampaknya tidak ada namun Lukas menekankan bahwa Ia selau terlibat dalam setiap peristiwa. 

Salah satu bentuk pengawasan Allah adalah penghukuman terhadap pendosa yang khusus, seperti Yudas Iskariot dan Herodes (kis 12:21-23). Seandainya orang jahat dibebaskan begitu saja, Allah akan tampak tidak adil atau tidak mampu menjaga hukum dan tatanan di dunia.

Dalam bab 6:70-71 menggambarkan makna pengkhianatan Yudas. Ia tetap tinggal dalam kelompok para murid tetapi menghayati keberadaan yang terpisah dan sudah bergerak menuju kegelapan dan ke dalam kuasa Iblis yang dilambangkan oleh kegelapan (bdk Yoh 13:26-30). 

Perjamuan malam terakhir yang terjadi pada malam hari dilambangkan sebagai kegelapan yang menyelimuti Yudas. Salah satu tema yang paling kental dalam Injil Yohanes adalah tentang dualisme dunia; Terang dan Gelap. Terang sebagai dunia atas dan Gelap sebagai dunia bawah.

Relevansinya Bagi Kehidupan Sekarang

Pengkhianatan Yudas terhadap Yesus itu dapat dianalogikan dengan adagium klasik "musuh dalam selimut" atau "duri dalam daging". Ironis memang ketika seseorang yang sudah menjadi sahabat berubah menjadi lawan. Namun mungkin dengan cara demikianlah Kemuliaan Allah mau dinyatakan kepada manusia. Bahwa Anak manusia memang harus menderita dan menaggung semuanya itu.

Kisah Yudas ini rupanya masih relevan dengan kehidupan manusia dari waktu ke waktu. Khususnya dalam kehidupan dewasa ini. Kegelapan yang dialami oleh Yudas masih ada hingga sekarang. Yudas mengalami kegelapan ketika dia tidak menggunakan kapasitas manusiawinya (kehendak) untuk masuk dalam dinamika hidup Yesus. 

Yudas cenderung mengikuiti kehendak dan egonya sendiri. Yesus mengatakan "apa yang hendak kau perbuat, perbuatlah segera". Rupanya Yudas salah menggunakan kehendaknya. Itulah kegelapan yakni "ketika kita salah menggunakan kehendak yang dikaruniakan Allah". Pada hakikatnya kehendak itu baik yakni untuk mengarahkan manusia kepada hal-hal yang baik. Tetapi Yudas salah menggunakan atribut tersebut. Persis inilah fakta masuknya iblis dalam diri Yudas.

Realitas pengkhianatan masih sangat kental dalam dunia kita. Contoh yang paling nyata adalah perdagangan manusia "human tracfiking" dan tindakan saling membunuh. Perdagangan manusia mirip sekali dengan kisah pengkhianatan Yudas terhadap Yesus dengan tiga puluh keping perak, dimotifasi oleh kehausan akan uang. 

Perdagangan manusia merupakan kejahatan kemanusiaan yang ditimbulkan dari hilangnya kehendak untuk berbuat baik dan memperlakukan sesama secara manusiawi. Demikian pun dengan tindakan pembunuhan merupakan kejahatan kemanusiaan yang disebabkan karena hilangnya kehendak (situasi gelap) untuk berbuat baik.

Dalam Gaudete et Exultate Paus Fransiskus mengatakan ada dua musuh besar-iblis yang menggelapkan pikiran manusia yang perlu diwaspadai dalam dunia dewasa ini yakni; Pelagianisme dan Agnostisisme (GE 36 dan 48). Kaum gnostisisme berkeyakinan bahwa manusia dapat mencapai kekudusan dengan mengandalkan kemampuan akal budinya sendiri tetapi akhirnya terpenjara pada perasaanya sendiri. 

Sedangkan kaum pelagianisme percaya bahwa mereka dapat mencapai kesucian tanpa bantuan rahmat Allah sendiri. Bahayanya kehidupan Gereja dapat menjadi sebuah benda museum milik sekelompok orang tertentu. Mereka lupa bahwa yang menjadi pusat dari semuanya itu adalah cinta kasih-iman yang yang bekerja melalui cinta kasih (GE Art. 60)

Menghadapi dua bahaya ini Paus Fransiskus menegaskan perlunya Discerment. Iblis adalah pangeran kejahatan (GE Art. 159). Discerment adalah satu-satunya cara untuk mengetahui apakah sesuatu itu berasal dari Allah atau dari kekuatan iblis (GE Art. 166). Discerment adalah sebuah sarana pertempuran untuk membantu kita mengikuti Tuhan dengan lebih setia. 

Discerment lahir dari kesediaan untuk mendengarkan Tuhan, sesama dan realitas itu sendiri yang senantiasa mengundang kita dengan cara-cara baru. Dengan cara ini kita menjadi sungguh terbuka untuk menerima suatu panggilan yang dapat menghancurkan rasa aman kita namun menuntun kepada hidup yang lebih baik (GE Art. 172). 

Marilah kita belajar dari kisah ini untuk membangun kehidupan yang lebih bermakna. Yesus adalah mereka yang hari ini diperlakukan secara tidak adil, mereka yang diterlantarkan, mereka yang terpinggirkan yang disebabkan karena hilangnya kehendak untuk memperlakukan sesama secara manusawi.

Bahan Bacaan

Stefan Leks, Tafsir injil Matius, Yogyakarta: Kanisius, 2008

Annie Jaubert, Mengenal Injil Yohanes, Jakarta: Kanisius  & lembaga biblika Indonesia

Deshi Ramadhani, SJ, Menguak Injil-Injil Rahasia, Yogyakarta: Kanisius, 2007

St. Eko Ryadi, Yohanes Firman Yang Menjadi Manusia, Yogyakarta: Kanisius, 2011

A. S. Hadiwiyata, Tafsir Injil Yohanes, Yogyakarta: Knisiusm, 2008

lembaga biblika Indonesia, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 2002

Seruan Apostolik Paus Fransiskus, Gaudete et Exultate (Bersukacitalah dan Bergembiralah), Roma, 19 Maret 2018

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun