Ke-empat injil memiliki versi tersendiri untuk menjelaskan tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh Yudas terhadap Yesus. Menurut Yohanes bab 13:2 dalam perikop tentang pembasuhan kaki para murid, iblis membisikan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon dan Yesus mengetahui hal itu. Selanjutnya setelah pembasuhan itu Yesus lalu membongkar rahasia tentang siapa yang akan menyerahkan-Nya. Tetapi para murid belum juga memahami hal tersebut.
Selanjutnya peran Yudas muncul kembali pada kisah penangkapan. Dia datang dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi ke tempat di mana Yesus dan murid-murid yang lainnya berada yaitu di lembah sungai Kidron (Yoh 18:1-3).Â
Di sini tidak dijelaskan seperti dalam injil-injil sinoptik bahwa Yudas mencium Yesus. Dalam bab 18:4-6 para ahli berkesimpulan bahwa Yudas menjadi tokoh utama dari cerita tersebut. Hal ini dilihat dari segi sastranya.
Dalam injil apokrif yaitu injil Yudas ada usaha untuk membela nama baik Yudas. Bila dalam ke empat injil kanonik dikisahkan bahwa Yudas Iskariot adalah murid Yesus yang akhirnya berkhianat dan menyebabkan kematian-Nya, dalam injil Yudas tokoh yang sama ini dikisahkan sebagai pahlawan yang berjasa.Â
Dalam tulisan ini, Yudas digambarkan sebagai tokoh yang berjasa bagi Yesus karena ia berperan dalam usaha penting untuk membebaskan Yesus dari tubuh-Nya yang selama itu mengurung roh-Nya.Â
Sebuah konsep pemisahan antara tubuh dan roh. Yang bersifat material (tubuh) itu pada dasarnya jahat, sedangkan yang baik adalah yang bersifat spiritual (roh). Naskah ini ditemukan pada tahun 1970-an. Namun perlu diwaspadai bahwa ajarannya lebih dipengaruhi oleh ajaran gnostik, itulah sebabnya injil ini tidak diakui oleh Gereja dan tidak dikanonisasikan sebagai injil yang resmi.
Pengkhianatan terhadap Yesus sudah beberapa kali disinggung dalam Injil Yohanes (Yoh 6:64,70.71, Yoh 12:4, Yoh 13:2,11.18). Yesus tahu siapa yang akan meneyrahkan Dia, tetapi Dia menyimpan hal itu sampai pada saat terakhir menjelang pengkhiatan itu terjadi. Ia tidak menghalang-halangi Yudas untuk melaksanakan niatnya karena Ia tahu bahwa semua itu terjadi supaya genaplah apa yang tertulis dalam Kitab Suci.Â
Kisah pengkhiatan itu terjadi pada malam hari. Keterangan malam di sini menunjuk pada makna kegelapan. Sesudah memakan roti yang diberikan Yesus, Yudas kemudian pergi menemui para pemuka agama untuk menjual Yesus dengan tiga puluh keping perak.Â
Meski dalam Yohanes hal ini tidak dijelaskan, tetapi kita dapat mengetahuinya melalui tradisi sinpotik. Yudas pergi pada malam hari dimaknai bahwa Yudas pergi dari Yesus Sang terang dan masuk dalam kegelapan. Keesokannya pagi-pagi sekali dia datang dengan orang-orang membawa obor dan pentung untuk menyerahkan Sang Terang.
Yudas itu diliputi malam, "pada waktu itu hari sudah malam" (13:30), lambang kegelapan yang melekat padanya selaku alat iblis (13:27)." Penguasa dunia ini" (bdk 14:30) kini mendekati Yesus dalam rupa Yudas. Kawan-kawan yudas datang "dengan lentera, suluh dan senjata" untuk di tengah malam menangkap Terang dunia, Dia yang tidak mungkin dikuasai oleh kekuatan si jahat (bdk 14:30; 12:31).Â
Hari sudah malam juga menunujuk pada makna teologis dari pada kepada waktu: Yudas termasuk kegelapan karena kesadarannya untuk berkhianat dan kepada kegelapann yang sama Yesus akan memberikan terang (Yoh1:5). Malam dimaksudkan untuk mengakhiri karya Yesus telah datang (Yoh 9:4, 11:10 dan 12:35).