Mohon tunggu...
Robertus Widiatmoko
Robertus Widiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Menerima, menikmati, mensyukuri, dan merayakan anugerah terindah yang Kauberikan.

Indahnya Persahabatan dalam Kebersahajaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hangout

24 Januari 2019   13:10 Diperbarui: 24 Januari 2019   13:23 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak lama setelah itu aku menekan bel rumah itu. Tettt ...tettt !!! mirip bel sekolah. Sembari menunggu kedatangannya aku duduk sebentar sambil memandangi buah rambutan yang kebetulan sudah berbuah lebat. Selang lima menit berlalu terdengar suara pintu dibukakan oleh seseorang. Seseorang itu tidak asing lagi ya Irma. 

Gadis dusun yang sedang menimba ilmu di kampus biru. Dengan ramah dan sopan ia memersilakan aku masuk. Sebagai dosennya aku tetap membawa nama baik kampus. Kendati demikian kami tetap biasa-biasa saja layaknya kakak bertemu dengan adiknya. "Ehh ...Mas Bob. Koq nggak kasih kabar mau datang kemari" katanya. 

"Maaf, ini juga nggak direncanakan Ir. Begitu pingin ke rumahmu ya pergi aza pas kebetulan lewat" jawabku. "Kalau kasih kabar kan aku bisa buatkan sesuatu buat Kakak. Kalau nggak ada kabar ya minum seadanya aza ya. Nggak marah kan?" celotehnya. "Ohh nggak apa-apa. Rapopo Kakak sudah makan dari rumah tadi. Bisa datang ke sini liat Dik Irma saja Kakak sudah bersyukur koq. Iki tenan ora ethok-ethok. Apalagi, disuguh wedang teh tubruk wis mantep banget!" candaku. 

Irma hanya tersungging senyum. Sepertinya ia tersipu-sipu malu. Kemudian kami terhanyut dalam obrolan kecil. Lalu ia beranjak ke dapur sebentar kemudian membawakan teh tubruk dan ubo rampenya. Singkong rebus, gedhang godhog, dan kacang rebus. Ia bercerita banyak tentang desanya. Terutama setelah mendapatkan bantuan desa dari pejabat setempat beberapa kemajuan sudah mulai menunjukkan prestasinya. Dari mulai perbaikan jalan kampung-kampung, pengairan sawah, pembibitan ikan dan benih padi unggul sampai ke peternakan unggas, sapi, dan sektor wisata. 

Aku hanya manggut-manggut. Tentu sebagai mahasiswa ekonomi Irma tahu hal tersebut. Ia juga menceritakan bagaimana koperasi dan badan usaha yang dikelola langsung oleh para petani. Lewat bimbingan kepala desa semua warga berpartisipasi ikut bergotong royong membangun desa menjadi Desa Mandiri. Tak terasa berdua kami mengobrol sambil menikmati cemilan. Irma mengajak aku untuk melihat Taman Buah di seberang sana. Taman Buah adalah sebuah lokasi wisata tempat bapak, ibu, dan anak-anak bermain-main. Semua ngumpul bareng di sana.  

Ada plosotan, ada ayunan, ada jungkat-jungkit, ada tempat pemancingan mainan, dan sarana hiburan lainnya. Di kawasan itu juga berdiri warung-warung dan kedai-kedai yang menjajakan berbagai macam jajanan pasar dan minuman. Selain itu, disediakan tempat parkir yang cukup memadai. Sore hari biasanya sudah tutup tinggal kedai-kedai dan warung-warung yang masih buka. Terutama kedai kopi yang diminati sebagai tempat tongkrongan anak-anak muda. 

Mereka sering menghabiskan malam di situ. Benar-benar betah karena kedai itu menyediakan wifi gratis dan mereka memanfaatkan fasilitas tersebut.  Sore itu berdua kami menikmati betul keramaian Taman Buah. Layaknya anak-anak yang masih kecil berdua bermain ayun-ayunan. Irma duduk di kursi ayunan sementara aku berusaha mengayun-ayunkan sekuat-kuatnya agar ayunan lebih lama bergerak. Bagaikan dunia baru terlahir kembali. 

Dunia anak yang penuh permainan memang sangat menyenangkan. Dunia penuh fantasi dan menyegarkan. Permainan yang barangkali agak sedikit langka di tengah peradaban dunia modern sekarang ini. Betapa jauh dengan anak-anak sekarang yang sudah dicekoki oleh tuntutan orang tua dengan berbagai macam pelajaran tambahan. Bagaimana pun dunia anak adalah dunia bermain-main. Lewat permainan edukatif anak-anak pun bisa belajar secara maksimal sesuai dengan minat dan bakatnya. 

Dan malam pun mulai merangkak pelan-pelan. Kami menyudahi permainan ayun-ayunan dan membeli secangkir kopi untuk dibawa pulang. Tidak mahal dan rasanya benar-benar mantap. Kami tergugah untuk bisa kembali lagi menikmatinya. Sesampainya di rumah aku segera berpamitan pulang. Dibawakannya aku buah rambutan dan gedhang godhog sisa hidangan tadi. Semburat mentari di penghujung senja. Dan aku pun melaju menyibak malam yang mulai hinggap. Tak sampai dua jam akhirnya tibalah di komplek perumahanku.

Hari berikutnya aku masih memiliki rencana untuk jalan-jalan lagi. Kebetulan mobil yang aku naiki adalah fasilitas milik kampus. Sebuah mobil keluarga yang memiliki berbagai kelebihan seperti irit bahan bakar, mampu memuat jumlah penumpang sebanyak 6 orang dewasa, memiliki design modern serta nilai jual kembali yang paling tinggi dibandingkan dengan mobil lain. Didukung dengan design aerodinamis, yang membuat mobil ini sangat mudah dikendalikan, walaupun dikemudikan dalam kecepatan tinggi. 

Grill depan mobil ini terlihat lebih sangar dan lebar, selain itu grille depan menyatu dengan bagian bumper bawah yang terlihat menyatu dengan lampu kabut. Desain grille bernuansa hitam dengan bagian atas grille bergelombang dan bagian grille pada bumper bawah dengan garis lurus. Lampu utama depan juga mendapatkan perubahan desain dan terkesan lebih agresif dan sedikit menonjol, Lampu kabut ada penambahan garnish warna crome yang melingkar di atas lampu kabut. Bagi saya desainnya sangat bagus dan terkesan sporty. Berbekal makanan dan minuman secukupnya kemudian aku bersiap-siap untuk berangkat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun