Kemen PU dan Kemen Kehutanan terkesan sangat bersemangat menghijaukan jalan tol, demikian Gubernur Jabar, Menteri BUMN dan BUMN.
Menteri PU dan Menhut, pemerintahan lalu
Pada masa pemerintahan yang lalu, Menteri PU Djoko Kirmanto bersama dengan Menteri Kehutanan M.S. Kaban melakukan penanaman pohon di areal interchange tol Cawang, Jakarta, 23/11/2007.
Penghijaukan jalan tol diatas adalah dalam rangka menyambut World Climate Change Conference yang akan diadakan di Bali.
Komentar: Penghijjauan jalan tol lebih merupakan pamer. Pamer jang jauh dari sasaran sebab kedua menteri tersebut sadar bahwa penghijauan Hulu dan Daerah Aliran Sungai(DAS) maupun penanaman kembali hutan yang dibakar, adalah yang harus kita kerjakan, jika kita sungguh-sungguh perduli pada World Climate Change.
Men LHK menghijaukan jalan tol Cipali, penanaman 300 pohon, 19/03/2016
Hadir pada kegiatan itu Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, Gubernur Jawa Barat Aher, dan sekitar 70 direktur BUMN.
Menurut Kemen LHK, penanaman dan pemeliharaan pohon menjadi salah satu strategi pemerintah dalam menanggulangi degradasi lahan. Penanaman dan pemeliharaan pohon juga bermanfaat dalam pencegahan bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan kekeringan sekaligus meningkatkan serapan karbon.
Gubernur Jabar Aher ikut menari
Sangat disayangkan bahwa Gubernur Aher ikut menari mengikuti “irama pamer” dan “irama mempromosikan diri” dari Men LHK, Men PUPR, Men BUMN dan para Direktur BUMN .
Gubernur Aher tahu bahwa dari sudut pandang lingkungan, pembangunan Tol Cipali seperti pembangunan jalan tol manapun, menjadikan luasan lahan terbuka bertambah melalui pembukaan lahan kawasan hutan, pertanian, perkebunan serta lahan milik masyarakat seluas 1.000 Ha. Belum lagi kerusakan lingkungan oleh pembakaran kendaraan bermotor yang melintasi jalan tol.
Segera menyusul kegiatan lainnya yang merugikan lingkungan yaitu pembangunan di sisi jalan tol. Tiga investor akan kembangkan kawasan industri pinggir Tol Cipali. Jasa Marga juga Kepincut bisnis Properti.
Menghijaukan jalan tol adalah usaha kecil untuk mengurangi kerusakan yang kita perbuat kepada lingkungan hidup kita. Menghijaukan jalan tol bukan proyek CSR tetapi merupakan cakupan dari pembangunan sebuah jalan tol.
Sebanyak 60 persen tol di Indonesia ada di Jawa Barat, jadi Gubernur Aher harus menekankan bahwa biarpun jalan tol dihijaukan, lingkungan Jawa Barat masih sangat dirugikan.
Penghijauan Hulu dan DAS jauh lebih bermanfaat, jauh lebih mendesak
Bagi Jabar, bagi Idonesia adalah sangat mendesak untuk menghijaukan Hulu yang sudah kita rusak, kita rusak habis-habisan.
Hutan di Hulu( tanggung jawab KLHK) yang kita gunduli dan DAS( tanggung jawab Kemen PUPPR) yang kita rusak mengakibatkan banjir, pengendapan/sedimentasi di hilir dan waduk yang dilaluinya. Hutan yang gundul juga menyebabkan air tanah tanah di Hilir berkurang.
Kewajiban Gubernur Aher untuk memastikan bahwa Jabar dihiaukan kembali, bukan bermain kata-kata manis tentang penghijauan jalan tol.
Dua dari ratusan Hulu dan DAS yang mendesak untuk dipulihkan: Hulu Sungai Ciliwung dan Hulu Sungai Citarum.
Hulu dan DAS Sungai Ciliwung
Menurut Menhut Zulkifli Hasan ( sekarang Ketua MPR) ruang tutupan hijau di hulu daerah aliran Sungai Ciliwung di Puncak, Bogor, hanya bersisa 3-5 persen dari total kawasan hulu, Februari 2013. Sisanya sudah tertutup oleh perkebunan teh, sayuran, dan bangunan vila. Nah sekarang tutupan pasti bersisa jauh dibawah 3 %.
Sungai Ciliwung mengalir melalui kota Bogor, Depok, Jakarta dan bermuara di Teluk Jakarta.
Rusaknya hulu menyebabkan banjir di musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Cara penanganan banjir termudah adalah dengan menggelontorkan air sungai secepatnya ke laut. Menggelontorkan air ke laut mengurangi jumlah air tanah, yang mengakibatkan Jakarta kekurangan bahan mentah untuk pengadaan air bersih. Berkurangnya air tanah adalah salah satu penyebab dari turunnya permukaan tanah di Jakarta.
Hulu dan DAS Sungai Citarum
Kerusakan Hulu dan DAS Sungai Citarum mengakibatkan kerugian seperti yang diakibatkan kerusakan Hulu Sungai Ciliwung. Kerugian lainnya adalah sangat menurunnya produktivitas lahan pertanian di hilir, yaitu kebanjiran dan kekeringan yang saling berganti.
Waduk Cirata, Waduk Saguling dan Jatiluhur merana oleh kerusakan hulu Sungai Citarum ini. Namun Kemen PUPR hanya menyatakan waduk-waduk diatas sekarat, lalu mengeluh sukarnya membuang sampah dan endapan dari Waduk.
Kemarau kemarin, pasokan Listrik Jawa – Bali dari PLTA Cirata terancam berhenti, 4/8/ 2015. PLTA Cirata hanya mengoperasikan satu dari delapan turbin listrik yang dimiliki, berarti daya yang keluar hanya 126 MW dari daya terpasang 1008 MW. Alasan : Minimnya debit air yang masuk waduk Cirata akibat musim kemarau. Kerusakan Hulu sebagi penyebab berkurangnya air yang masuk Waduk, oleh semua pihak terkait secara berjamaah dihindari, disembunyikan.
Krisis listrik diselesaikan secara cekatan dengan mengirimkan Genset dan Kapal pembangkit listrik. Ggagah sekali nama kapal pembangkit listriknya: Marine Vessel Power Plant "Karadeniz Powership Zeynep Sultan. Semua pihak berterima kasih dan memuji PLN atas tindakan daruratnya.
Maka penghijauan Hulu di lupakan
Pemimpin bangsa puas dan bangga menyanyi-nyanyi dan menari-menari lagu “ Penghijauan jalan tol, melestarikan lingkungan dari World Climate Change”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H