Mohon tunggu...
Robert Parlaungan Siregar
Robert Parlaungan Siregar Mohon Tunggu... lainnya -

Sekarang Pemerhati Indonesia Kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mengingat Keramahan dan Kebaikan Hati Warga Bali

28 Agustus 2015   04:20 Diperbarui: 28 Agustus 2015   04:20 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bali atau Indonesia murah” , suatu kesempatan mendatangkan devisa, pada saat ekonomi kita melemah. Ditambah rupiah yang sangat lemah, peningkatan Wisman yang akan berkunjung ke Indonesia menjadi sangat menjanjikan. “Bebas Visa” yang mulai diberlakukan bagi 45 negara menambah optimisme kita.

Murah bukan Murahan

Minggu lalu saya mengunjungi Bali, menginap 3 malam. Saya tidak pernah henti menikmati dan mengenang keramahan orang Bali.

Kemajuan Bali

Ekonomi Bali Semester I-2015 tumbuh 6,12 persen, jauh diatas Indonesia yang tumbuh 4.7%( tahun ke tahun). Melemahnya Rupiah akan menguntungkan Bali.
Pertumbuhan ekonomi terlihat dari peningkatan jumlah Hotel, Restoran dan Tempat Hiburan lainnya.

Apakah biaya yang harus dibayar Warga Bali untuk kemajuan ini?

Ubud sekarang macet, tentunya dibarengi polusi udara.

Tanah dan sawah:
• Hotel maupun Restoran yang hadap sawah, “berhak” memberikan harga yang tinggi. Juga yang hadap ke Sungai dan ke Laut.
• Sawah berubah menjadi Bangunan: hotel, pertokoan, perumahan. Sistim Subak melemah. Kepedihan terbesar bagi Petani adalah kehilangan Tanah/Sawah mereka. Dari miskin menjadi sangat miskin ( Kaya, bahagia dan hura-hura untuk beberapa tahun sesudah penjualan). Maaf bukan menghina tetapi berusaha memuliakan Petani kita.
• Kata seorang ahli agro-forestry: Dengan lebih dari 2 juta pengunjung setiap tahunnya, subak, sistem irigasi sawah khas Bali, terancam keberlanjutannya justru karena rasa kagum yang teramat besar.
Karena subak adalah sebuah sistem yang terpadu, maka ketika sebagian lahan dijual, beban yang ditanggung oleh persawahan di sekitarnya akan meningkat. Kondisi ini memberikan tekanan yang lebih besar bagi petani untuk menjual sawahnya, yang kemudian mengancam keberlangsungan seluruh sistem. Jika laju hilangnya lahan tetap berlanjut seperti sekarang, maka seluruh lahan subak terancam .
• Pembelian tanah oleh orang asing secara ilegal menjamur. Warga Bali terdesak tetapi pantang bagi mereka untuk mengeluh tentang tamu mereka. Adat dan agama mereka mengajarkan mereka untuk menghormati tamu mereka, hormat habis-habisan.
Kemudahan mencapai pantai bagi Warga Bali:
• Nusa Dua penuh dengan Hotel/Resort raksasa kelas dunia. Hotel/Resort berderet mempersulit Warga Bali untuk ke pantai, pantai mereka. Hal yang sama untuk perjalanan ke Pura mereka.

Pemandu Wisata:
• Rombongan Turis dari Luar Bali maupun dari Manca Negara semakin meningkat. Wisata dipimpin Pemandu Wisata mereka. Setibanya di Bali atau dimana saja di Indonesia, seharusnya tugas memandu diserahkan pada Pemandu Lokal, dalam hal ini Pemandu Bali. Hal ini tidak diatur dan diawasi dengan ketat. Kemajuan Bali harus dinikmati oleh Pemandu Lokal.
• Mari kita cermati wisata di RRC. Di Beijing tur dipimin Pemandu Beijing. Rombongan dibawa( keharusan dari Pemerintah mereka) antara lain ke Klinik Kesehatan pabrik obat TCM( Traditional Chinese Medicine). Tiba di Shanghai, tur dipimpin pemandu dari Shanghai. Yang harus dikunjungi diantaranya Pabrik Sutera dan Pabrik Perhiasan.
Nah RRC negeri kaya dan adikuasa merasa perlu mengatur hal seperti ini, demi kepentingan Pemandu Lokal maupun Industri mereka. Pemerintah Indonesia mungkin merasa pengaturan seperti ini, hanya hal remeh temeh. Kita bangsa pragmatis: serah terima ke Pemandu Lokal itu kecil. Sudah untung, sudah syukur, mereka mau berwisata ke negeri kita.

Penjual suvenir:
• Toko suvenir serba lengkap, berukuran raksasa (jika dibandingkan toko suvenir dipantai atau di pasar tradisional)  bermunculan. tradisional) tradisional) 
• Ulasan seperti berikut bertebaran di dunia maya: Krishna is a big and cheap fixed price souvenir store in Bali. They have a few outlet in Bali.... I bought a lot of ..., their T-shirts is also very cheap........ It is better to buy in this fixed price store than bargaining in Kuta or Legian tourist shop which is more expensive.
Oh, this place accepts credit card!

Saya tegur anak saya( perempuan) mengapa tidak berbelanja di Pantai dari Ibu-ibu? Jawab anak saya: sudah mahal, saya dimarah-marahin. Saya coba untuk menerangkan bahwa penjualan Ibu-ibu di Pantai menurun dengan drastis. Mereka harus menjual dengan margin keuntungan yang besar. Toserba cukup dengan margin sekadarnya, karena mereka menjual banyak sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun