Sebenarnya kekecewaan terhadap PKS tidak akan muncul jika PKS tidak mencabut dukungan dari Annisa-Leli. Kalau PKS tidak mencabut dukungan kepada pasangan calon itu, masyarakat menganggap PKS sama dengan partai lain yang bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju yang mengusung Annisa-Leli. Masyarakat pun paham bahwa di pusat, PKS sudah bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju.
Namun, PKS lalu mencabut dukungan dari Annisa-Leli. Saat itulah masyarakat senang dan punya harapkan kepada PKS karena PKS akan mengusung Adi-Romi. Rasa senang tersebut berubah menjadi rasa kecewa ketika PKS mencabut dukungan dari Adi-Romi, lalu berbalik mendukung Annisa-Leli.
Karena itu, kekecewaan masyarakat, bukan hanya masyarakat Dharmasraya, melainkan juga masyarakat Sumbar, kepada PKS dapat dimaklumi. Kekecewaan memang lahir dari harapan. Kalau masyarakat tidak berharap kepada PKS sebagai penyelemat demokrasi di Dharmasraya, masyarakat tidak akan kecewa. Namun, PKS ternyata tidak bisa menjadi tumpuan harapan masyarakat. Maka, wajar masyarakat menghukum PKS dengan hujatan dan kritikan hingga memberikan hukuman nyata yang berdampak terhadap elektabilitas PKS dan kadernya, yaitu tidak memilih calon kepala daerah yang diusung PKS.
Seharusnya DPW PKS Sumbar mengeluarkan pernyataan untuk menenangkan masyarakat agar tidak kecewa dan tidak kehilangan suara serta kepercayaan dari masyarakat. Namun, DPW PKS Sumbar, yang diketuai Mahyeldi, belum memberikan pernyataan apa-apa tentang hal itu. Bisa jadi masyarakat Dharmasraya, juga masyarakat Sumbar, tidak memilih Mahyeldi sebagai calon gubernur karena kecewa kepada sikap PKS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H