Aman lambung, begitulah sebuah istilah yang digunakan oleh remaja daerah Manggarai belakangan ini. Berbicara tentang Manggarai kita harus ligat peta dahulu, soalnya Manggarai itu lebih dari satu. Yang saya sebutkan ini adalah Manggarai yang berada di pulau Flores, provinsi NTT. Serta merupakan salah satu kabupaten di provinsi NTT.Â
Kiranya dari sanalah istilah "Aman Lambung" ini berasal. Tepatnya diciptakan dan dipopulerkan oleh anak remaja yang sering bertemu di area tongkrongan.Â
Sebagaimana diketahui, lambung adalah organ dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk menampung makanan setelah dikunyah mulut manusia. Selain itu lambung juga adalah organ tubuh lainnya sebelum usus yang mencerna makanan dalam tubuh manusia.Ketika kelebihan makanan dalam tubuh manusia entah makanan itu enak atau memiliki kandungan zat asam berlebih maka manusia akan terkendala sebuah gejala penyakit lain seperti "Asam Lambung".
Saya tidak sedang menyoal fungsi lambung, cuman menyesali posisi lambung sebagai dalih atau alasan lain  kenapa istilah aman lambung ini begitu dominan dimulut orang yang mengucapkannya hingga menyebar sebagai istilah populer.
Katanya, penggunaan istilah aman lambung ini dipakai sebagai perinsip nyeleneh alias candaan berbau parodi. Banyak hal kenapa harus dan harus istilah ini dipakai. Berpacu pada konteks istilah ini diciptakan ketika situasi kepepet soal pangan di kala pagebluk menyerang.Â
Selain pagebluk masalah sakit dompet atau penyakit ekonomi seperti gejala kanker (Kantong Kering) datang menghampiri. Jika ditelaah, menyoal ini cukup tidak berfaedah bagi sesama manusia yang tidak pusing dengan maksud saya menyampaikan ini.Â
Tidak masalah, jika tidak penting untuk dibahas atau disoalkan, toh kita juga harus legowo kalau sudah sering menjadi pelaku mengamankan lambung ini. Maafkan jika keberatan untuk saya bahas.Tolong maafkan! sebab ini demi keselamatan anggaran orang lain dari kita yang mencerna makanan dari bantuan orang tanpa peduli terhadap kualitas isi otak.
Dalam beberapa kesempatan ada-ada saja ulah para master pengaman lambung ini. Kita bisa temukan di berbagai hajatan, seperti; acara pesta, arisan, kondangan dan lain-lain.Â
Celakanya orientasi yang digaungkan hanyalah isi perut sebagaimana fungsi lambung, bukan pada bagaimana makna yang diambil setiap perjumpaan.Â
Perhatikan kerumunan saat kampanye politik yang terjadi, di situlah para rombongan acara itu berulah demi elektabilitas lambungnya walaupun tinggal tebar janji sana-sini atau memakan hak rakyatnya. Tidak cuma melibatkan para rombongan pendusta sejati itu, sebagian besar yang ikutan nimbrung cuman hadir tanpa tahu bagaimana role model sebuah visi-misinya kandidat. Baik dan benar intinya "Aman Lambung".
Parahnya, soal aman lambung ini sering terjadi pada beberapa orang yang mengaku sebagai intelektual. Ingat yah, katanya sih kaum intelektual. Sesering mungkin mereka menjelma sebagai ahli-ahli dari berbagai mazhab pengetahuan. Selalu dan selalu ingin tampil beda dengan karakter elegan untuk menjadi tokoh, entah itu tokoh baju ataukah apapun sejenisnya. Mereka menjadi pelaku penyintas sebuah gerakan politik musim kampanye demi urusan perut sebagaimana dimaksud dalam arti aman lambung itu.
Alih-alih menjadi intelektual sejati yang terjadi melacurkan pengetahuan itu sendiri. Sementara ruang kontestasi gagasan yang digunakan dalam proses kegiatan belajar kosong dan hampa maknanya. Mereka tidak lagi menjadi bagian dari proses dinamika kualitas intelektualitas generasi penerus yang idealis malah menjadi bandit dan menjilati remah-remah makanan kekuasaan.
Mungkin ada ketersinggungan jika membaca tulisan ini. Baiknya tolong tersinggung. Bukankah tidak makan satu hari itu lebih baik dari pada tidak berpikir satu hari? soal makan itu urusan perut sudah jelas. Tetapi memusatkan perhatian pada makanan tanpa ada kesan malu dan tak tahu diri itu persis adab kebinatangan. Jadi mengapa harus sering minum dan makan dari menjilat.
Apakah "Aman Lambung "mungkin ini adalah kebiasaan yang digunakan dalam mencegah terjadinya paceklik pangan alias gantung periuk? jelas ini bukanlah satu-satunya cara sebagai dalih kemerosotan ekonomi dan moral. Melainkan ada cara-cara tertentu yang paling banyak digunakan. Asalkan bukan semata-mata hanya untuk amankan lambung.
Dion Rasu
Manusia Biasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H