Alih-alih menjadi intelektual sejati yang terjadi melacurkan pengetahuan itu sendiri. Sementara ruang kontestasi gagasan yang digunakan dalam proses kegiatan belajar kosong dan hampa maknanya. Mereka tidak lagi menjadi bagian dari proses dinamika kualitas intelektualitas generasi penerus yang idealis malah menjadi bandit dan menjilati remah-remah makanan kekuasaan.
Mungkin ada ketersinggungan jika membaca tulisan ini. Baiknya tolong tersinggung. Bukankah tidak makan satu hari itu lebih baik dari pada tidak berpikir satu hari? soal makan itu urusan perut sudah jelas. Tetapi memusatkan perhatian pada makanan tanpa ada kesan malu dan tak tahu diri itu persis adab kebinatangan. Jadi mengapa harus sering minum dan makan dari menjilat.
Apakah "Aman Lambung "mungkin ini adalah kebiasaan yang digunakan dalam mencegah terjadinya paceklik pangan alias gantung periuk? jelas ini bukanlah satu-satunya cara sebagai dalih kemerosotan ekonomi dan moral. Melainkan ada cara-cara tertentu yang paling banyak digunakan. Asalkan bukan semata-mata hanya untuk amankan lambung.
Dion Rasu
Manusia Biasa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI