Mohon tunggu...
Robert Antonius
Robert Antonius Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer dan Videografer lepas

hobinya kerja, kerjanya jalan-jalan, menikmati Indonesia bagian dari desa saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bilik Swara Sandhi Yudha_Kitab Selendang Naga Langit (5)

8 April 2024   18:18 Diperbarui: 8 April 2024   19:10 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tunjung Dupa yang kenyang malang-melintang di palagan pertempuran begitu meremehkan keberadaan Padepokan Ragasemangsang yang diketahuinya hanya sekedar padepokan biasa seperti yang ia sering jumpai. Sifat meremehkan ini berujung pada kegagalannya dalam mengambil kitab selendang naga langit.  Padahal telah diintainya beberapa lama dan dihitung secara cermat sebelum ia melakukan aksi malam itu. Tidak menyangka murid-murid padepokan yang meski nampak biasa saja tapi ternyata banyak memiliki ilmu silat yang aneh dan macam-macam. Apalagi jika mengingat akibat dari serangan gelombang suara yang menyakitkan gendang telinga dan membuatnya mual pada malam aksi itu, beruntung tenaga dalamnya bisa meredam rasa sakit yang amat sangat meski itu butuh waktu pemulihan beberapa hari kemudian.

...

Kembali  di kedai makan di kadipaten Tuban sana, Dhuaaaar.....! secara tiba-tiba, Ki Demang nampak menggeser kursi tempatnya duduk agak menyamping dari  meja yang menjadi ajang permainan dadu,  suara keras berderak membuat meja permainan dadu itu terbelah menjadi dua. Beberapa orang menjadi terkejut dengan apa yang terjadi segera memilih menyingkir. Puing-puing meja berserakan di lantai, menyisakan sedikit debu yang bertebaran disekeliling ruangan. Sebuah tombak nampak menancap persis ditengah-tengah hingga membuat meja tersebut terbelah menjadi dua. Dilanjutkan sedetik kemudian sebuah erangan keras menghambur dari luar kedalam bilik tersebut, sosok tubuh besar dan berat melompat sambil berputar seperti gasing, menyerang Ki Demang yang duduk di tengah membelakangi meja permainan dadu yang telah terbelah itu. Ki demang beringsut dengan cepat memiringkan tubuhnya, kaki kanannya maju sedikit ke depan dan lantas seluruh tubuhnya egos melingkar mengikuti sosok tubuh yang menerjangnya.

Kaki penyerang menapak lantai dan dilanjutkan dengan sebuah sapuan naga luar mengarah pada posisi kedua kaki Ki Demang, dengan sedikit tenaga Ki demang hanya lakukan lompat tipuan putri dan langsung ia lepaskan tendangan gejug ke bawah ke arah dada si penyerang. Menyadari posisinya yang kritis, penyerang melakukan gerak harimau menggulung, menghindar ambil jarak dari jangkauan tendangan Ki Demang yang deras dan cepat sekali. Masih dalam posisi agak merunduk, si penyerang melentingkan tubuhnya lakukan terkam harimau, menyerang ke bagian atas Ki demang, sebuah lompatan yang cepat dan kedua telapak tangan saling menangkup seperti mencengkeram ke arah kepala Ki Demang. Menyadari bagian atasnya terbuka dan sangat membahayakan, Ki Demang memutar badan kesamping dengan hempis kedua tangan didepan dada, posisinya sekarang saling berhadapan dan berjarak sekitar 2 tombak. Dengan nafas yang memburu, si penyerang menyadari dua kali serangannya mengenai tempat kosong tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan kali ini, dengan mengempos kedua kakinya lakukan gerakan lompat terkam harimau lagi, kali ini lebih ganas dan deras, dan sangat cepat sekali.

Ki Demang yang telah memperhitungkan jarak segera melakukan gerakan garuda sayap mengembang maju menyongsong terkaman harimau lawannya. Kedua tenaga bertubrukan di udara, harimau yang kuat itu hanya sedikit saja lompatannya dibawah kepak garuda yang dilakukan oleh Ki Demang, kedua tangan mereka berdenyut keras, ngilu... membuat masing-masing mundur 2-3 langkah, saling menjauh,  hawa panas menjalar ke seluruh ruangan, kibasan tenaga melontarkan benda2 ringan yang ada di sekelilingnya.

Tapak garuda Ki Demang bergetar hebat begitu pula dengan cengkeraman harimau lawannya. Si Penyerang memutar tangan dengan cepat, guna memunahkan getaran tenaga yang masih dirasakan hingga ke lengan. Tanpa menunggu lawannya bergerak, Ki Demang mengembangkan lagi kedua tangannya di udara, sambil tubuhnya melompat memutar di udara, tanganya berkelebat, melontarkan sebuah benda hitam, meluncur deras ke arah si penyerang yang masih belum pulih dari benturan tenaga dalam terakhir tadi. Dengan tetap waspada dan memperhatikan sekilas kelebat serangan Ki demang, dia melontarkan tubuhnya ke belakang sambil memutar badan melakukan gerak harimau merendah, setelah dirasa bayangan hitam tersebut mendekat, dengan menggeram seperti harimau menangkap mangsa, sentakan tenaga dari gerak harimau menghentikan laju kelebat hitam tersebut. Ditangkapnya kini sebuah pisau yang seluruhnya hitam legam, pisau lempar yang didesain sangat unik dan khusus, dan memiliki sandi aksara khas yang sangat dikenalnya.

"apa kabarmu kawan lama?" ucapnya kepada Ki Demang.

"sangat baik kawanku,... aku lihat ilmu silatmu semakin tinggi" sahut Ki demang.

"Aaaish, pukulan garudamu kini nyata semakin ampuh, apalagi dengan luncuran pisau khusus ini, Ki... " lanjutnya.

Keduanya berangkulan erat layaknya kawan yang  lama tidak berjumpa, sambil mempersilahkan duduk, Ki Demang dan Jaran Keling melanjutkan perbincangan. Para tamu yang tadi menonton pertarungan menjadi semakin bingung dengan kejadian tersebut, dua orang yang saling beradu silat, saling menyerang dengan deras, tiba-tiba berangkulan erat dan tertawa bersama-sama.

"Maafkan aku, mejamu jadi hancur terbelah jadi dua". Ucap Ki Demang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun